INTINGAN
DAYUHAN
(Faisal Refki / 3-6-2017)
Kisah ini di adaptasi
dari lagu karya Alm. Anang Ardiansyah dengan judul yang sama.
Intingan dan Dayuhan
adalah kakak beradik, cerita
berawal ketika mereka berdua disuruh ibunya untuk menjaga sawah dan bertemu
seorang Raksasa yang bernama Ni Yaksa.
BLACKOUT
(suara Uma dari mic)
Uma : Intingan, Dayuhan, ibu
hari ini tidak bisa pergi ke sawah, jadi tolong kalian berdua untuk pergi ke
sawah hari ini, Intingan, tolong jaga adikmu Dayuhan, biar bagaimanapun kamu
adalah seorang kaka, dan kamu Dayuhan, jaga sikapmu dan jangan merepotkan
kakakmu. Dan ingat, jangan sampai kalian pulang terlalu senja, karna akan
sangat bahaya jika masih berada diluar rumah pada saat senja.
(lampu nyala, suasana
sawah, ada sebuah pondokan, orang-orangan sawah, tempat menjemur pisang Rimpi,
dan tanaman padi)
(Intingan dan Dayuhan
masuk)
Dayuhan : Intingan, aku lapar…
Intingan : aduh Dayuhan,, kita baru saya sampai di sawah, masa
kamu sudah lapar sih
Dayuhan : mau bagaimana lagi, kalau aku kelaparan aku tidak mau
membantumu menjaga sawah, ayolah beri
aku makan..
Intingan : tidak ada makanan..
Dayuhan : itu ada pisang yang bisa dimakan
Intingan : tapi ini mau aku jemur untuk membuat Rimpi
Dayuhan : ahh kau ini, berilah aku satu saja
Intingan : baiklah, tapi ada syaratnya
Dayuhan : apa itu syaratnya?
Intingan : kamu harus mencari kayu bakar untuk membuat api
Dayuhan : sendiri?
Intingan : iya sendiri
Dayuhan : tapi kan ini sawah dan kalau mencari kayu harus
kehutan, nanti kalau aku kenapa-napa bagaimana?
Intingan : tenang saja, disini aman.
Dayuhan : tapi…
Intingan : kalau tidak mau ya kamu tidak akan mendapatkan makan
Dayuhan : baiklah kalau begitu, kalau aku kenapa-napa aku akan
teriak dan kamu harus segera menghampiriku
Intingan : iyaa,, percaya saja sama kakakmu ini
Dayuhan : baiklah…
(Dayuhan pergi kehutan
mencari kayu, sedangkan Intingan menyiapkan pisang yang ingin dijemur)
(Dayuhan masuk membawa
kayu)
Dayuhan : Intingan, aku sudah dapat kayunya
Intingan : baguslah, letakkan disini, bagaimana, tidak ada
apa-apa kan dihutan sana
Dayuhan : yaa begitulah, oh ya, mana pisang untukku, kamu kan
sudah janji
Intingan : baiklah, tapi satu saja ya, sisanya mau aku olah jadi
Rimpi
Dayuhan : ahh kamu ini, dasar pelit
Intingan : sudah,, makan saja dulu dan cepat habiskan, setelah
itu bantu aku menjemur pisang ini dan menyalakan api untuk mengasapinya
(Intingan dan Dayuhan
menyiapkan segalanya, ketika mereka sedang asik menyiapkan masuklah burung
pipit memakan padi di sawah mereka)
Dayuhan : Intingan, lihat itu ada pipit memakan padi kita. (Dayuhan
berpantun)
U kaka u kiki banih kita dimakan pipit u
kaka
Anai-anai
bahindik-hindik u kaka
Ulat bulu nang
mamutiki..
(Intingan memburu pipit
dengan cara menggoyangkan orang-orangan sawah. Dayuhan terus berpantun,
perlahan burung pipit menjauh)
Intingan : ahh sukur lah pipitnya tidak terlalu banyak memakan
padi kita, Dayuhan, bantu aku membersihkan tanaman yang menggangu padi kita.
Dayuhan :aduh Intingan, aku lelah sekali setelah mencari kayu
dihutan, nanti saja lah kita membersihkannya
Intingan : kalau kita terus menunda-nunda pekerjaan nanti tidak
akan selesan-selesai, biar kita bisa istirahat lebih cepat Dayuhan,, ayoo
Dayuhan : ahh kamu ini…
(Intingan dan Dayuhan
membersihkan sawah)
Dayuhan : aduh Intingan, aku lelah sekali,,
Intingan : iya Dayuhan, akhirnya selesai juga kita membersihkan
sawahnya, ayo kita istirahat dulu.
Dayuhan : kalau tahu seperti ini jadinya aku tidak mau lagi
pergi kesawah
Intingan : ya begitulah, kita harus bekerja keras untuk mendapatkan
hasilnya Dayuhan, masa kita kalah sama ibu kita yang sudah tua, ibu hanya
sendiri mengurus sawah ini untuk makan kita, apakah dia pernah mengeluh? Kalau
ibu tidak bekerja keras mengurus sawah mau makan apa kita nanti. Kasihan ibu.
(menoleh ke Dayuhan) Dayuhan, heyy,, dasar kamu ini sebentar saja berbaring dia
langsung tidur, kalau begitu aku juga mau istirahat sebentar.
(Intingan dan Dayuhan
tertidur di pondokan, ketika mereka tertidur masuklah kera merusak sawah)
Dayuhan : (terbangun dari tidur) Intingan, temani aku buang air
kecil,, (terkejut melihat kera) Intingan, bangun Intingan,,, itu ada kera yang
merusak sawah kita, bangun Intingan…
Intingan : (bangun) gawat, Dayuhan cepat goyangkan orang-orangan
sawah itu untuk mengusir kera itu, nanti dia bisa merusak sawah kita.
Dayuhan : tidak bisa Intingan, orang-orangan sawahnya juga
sudah dirusak kera itu, bagaimana ini Intingan,, oh ya, kamu kan tadi ada
membawa ketapel dari rumah, cepat usir kera itu pakai ketapelmu itu Intingan
(Intingan menggunakan
ketapelnya untuk mengusir kera itu dan berhasil)
(kera keluar)
Intingan : Dayuhan, sepertinya kita tidak bisa cepat pulang, kita
harus memperbaiki sawah kita, kalau ibu tau pasti dia akan sangat marah sama
kita, ayo cepat kita perbaiki.
(Intingan dan Dayuhan
memperbaiki sawah yang telah dirusak oleh kera dan hari pun sudah menjelang
sore senja)
Dayuhan : Intingan, bagaimana ini, hari sudah mulai gelap, kamu
ingat apa pesan ibu kan kalau kita jangan pulang sampai hari gelap, bahaya, aku
takut Intingan.
Intingan : tenang saja Dayuhan, ada aku, aku akan melindungimu
kalau ada apa-apa
Dayuhan : aku takut Intingan
Intingan : sudahlah jangan berpikiran yang macam-macam Dayuhan
(seketika terdengar
suara raungan raksasa)
Dayuhan : Intingan,, suara apa itu?
Intingan : ahh itu Cuma suara air terjun..
(Ni Yaksa masuk)
Ni Yaksa : sedang apa kalian disini
(Intingan dan Dayuhan
ketakutan)
Intingan : siapa kamu ini?
Ni Yaksa : aku adalah penunggu dihutan ini, orang-orang biasa
memanggilku Nini Yaksa
Dayuhan : Intingan, makhluk apa itu? Tubunya besar sekali
seperti pohon beringin, mulutnya juga lebar seperti kawah balanga, lalu
rambutnya penuh kutu, lipan dan laba-laba
Intingan : jadi kamulah raksasa pemakan manusia yang banyak
orang bicarakan itu?
Ni Yaksa : yaa,, aku lah raksasa itu, kebetulan sekali ada
kalian berdua, aku akan memakan salah satu dari kalian atau keduanya
Dayuhan : Intingan, bagaimana ini? Aku takut Intingan..
Intingan : tenang saja Dayuhan, kamu cukup ikuti apa yang aku
lakukan
Dayuhan : baiklah Intingan
Intingan : (berpantun)
U
kaka u kiki banih kita dimakan pipit u kaka
Anai
anai bahindik hindik u ading
Ulat
bulu nang mamutiki
Ni Yaksa Ni Yaksa nang bungas langkar lagi
pambarian
Kami pang rila dimakan
hampian mun dibari habu halaban
Intingan : kami mau saja dimakan olehmu, tapi sebelum itu
izinkan kami membersihkan rambutmu dari kutu-kutu itu, setelah rambutmu bersih
silahkan makan kami berdua
Ni Yaksa : baiklah kalau begitu
(Intingan dan Dayuhan
membersihkan ramubut Ni Yaksa, dan ternyata Ni Yaksa menikmati itu lalu
tertidur)
Intingan : (berbisik) Dayuhan, cepat kamu ambil abu dari hasil
kayu bakar tadi lalu kita siramkan ke matanya biar dia tidak bisa melihat kita
Dayuhan : baiklah Intingan (Dayuhan mengambil abu)
(Intingan dan Dayuhan
membangunkan Ni Yaksa lalu segera menyiramkan abu kematanya. Ni Yaksa kesakitan
dan sangat marah mengejar Intingan dan Dayuhan)
Ni Yaksa : arrghh,, awas kalian, akan kumakan kalian arrghh..
(Intingan dan Dayuhan
bersembunyi dipinggir jurang sawah. Ni Yaksa yang tidak bisa melihat berusaha
mengejar dan akhirnya terjatuh ke jurang dan mati)
Intingan : Dayuhan, raksasa itu sepertinya sudah mati, sebaiknya
kita cepat pulang menemui ibu.
(Intingan dan Dayuhan
pergi)
BLACKOUT
SELESAI