Kamis, 17 November 2016

Dura

FAISAL REFKI (087/KSB UNLAM/V/13)
SINOPSIS
Anshari Saleh adalah putra dari Jahra Saleh, sultan Barbari. Saat masih muda ia dinikahkan dengan sepupunya yang bernama Siti Rahmat. Selapas kematian ibunya, Anshari Saleh naik tahta. Tidak lama kemuadian ia meninggalkan Barbari untuk keliling dunia tanpa mengajak istrinya dan menyerahkan kendali kesultanan kepada pamannya, Mansur. Akhirnya Anshari Saleh tiba di Ban, lalu jatuh cinta dengan putri Sultan Ban, Siti Rafiah. Keduanya pun menikah. Enam bulan kemudian, Anshari Saleh meninggalkan Ban bersama istrinya. Setibanya di Barbari, mereka disambut hangat. Siti Rahnat dan Siti Rafiah berkenalan dan menjalani hidup layaknya kakak adik. Anshari Saleh menghabiskan hari-harinya bersama kedua istrinya. Siti Rafiah pun segera hamil. Sayangnya, kebahagisaan mereka tak berlangsung lama. Sultan Palinggam menyerang tanpa membuat pernyataan perang untuk membalas kematian pamannya. Para penjaga dan penasihat dibantai, sedangkan Siti Rahmat dan Anshari Saleh ditawan. Siti Rafiah berhasil kabur. Enam bulan kemudian, Siti Rafiah bertemu seorang guru yang bernama Syekh Khidmatullah yang memberinya tempat berlindung.
Selepas melahirkan, Siti Rafiah memutuskan untuk membalas penahanan suaminya. Ia membiarkan putranya, Abdul Ghani, dibesarkan Syekh tersebut dan menyamar sebagai pria bernama DURA.

DURA
Jahra Saleh: putraku Anshari Saleh, sudah saatnya engkau memiliki seorang pasangan hidup, karena engkaulah calon pewaris tahta kerajaan Barbari ini, ibu sudah memiliki seorang calon istri untuk kamu, dia adalah Siti Rahmat sepupumu sendiri.
Anshari Saleh: Siti Rahmat? Apakah ibunda serius dengan apa yang ibunda ucapkan?
Jahra Saleh: kenapa tidak anakku? Dia adalah calon istri yang pantas untukmu.
Anshari Saleh: baiklah bunda, kalau itu yang bunda inginkan, tapi apakah dia (Siti rahmat) setuju dengan rencana ini?
Jahra Saleh: bagaimana Siti Rahmat? Apakah kamu setuju apabila anakku ini menjadi suamimu?
Siti Rahmat: ulun setuju bibi, lagipula ulun disini hanya hidup sendiri tanpa orang tua, seumpama ini benar adanya, ulun harap tuan Anshari bisa menjaga, membimbing serta mengayomi ulun.
Jahra Saleh: baiklah kalau begitu, saya akan mengutus para aparat kerajaan untuk melaksanakan acara pernikahan kalian secepatnya.
*Anshari Saleh dan Siti Rahmat akhirnya menikah, tidak lama setelah pernikahan keduanya, Ratu Jahra Saleh meninggal dunia dan Anshari Saleh sebagai pewaris tahta tunggal naik tahta*
Anshari Saleh: istriku Siti Rahmat, aku akan melakukan perjalanan keliling dunia untuk melakukan kunjungan antar kerajaan, kanda harap adinda bisa menjaga diri disini, untuk sementara kendali kerajaan kanda serahkan kepada paman Mansur.
Siti Rahmat: apa pian yakin? Kenapa pian tidak mengutus anak buah pian saja untuk melakukan kunjungan tersebut.
Anshari Saleh: hmm (tersenyum) begini istriku, kunjungan ini adalah kunjungan para pemimpin kerajaan, karena itulah kanda sendiri yang harus hadir disana.
Siti Rahmat: tapi,, kita kan baru menikah, bukankah ini merupakan masa-masanya pasangan suami istri untuk berbulan madu. Kalau pian pergi, ulun pasti sangat kesepian.
Anshari Saleh: (tersenyum sambil mencubit pipi istrinya) ah kau ini, aku pun inginnya begitu istriku, tapi mau bagaimana lagi, andai saja aku boleh tidak pergi, aku pasti memilih untuk tinggal bersama kamu di kerajaan ini istriku.
Siti Rahmat: tapi suamiku....
Anshari Saleh: (memotong) kamu jangan khawatir, aku tidak akan lama, kalaupun itu lama, aku pasti selalu memberi kabar kepadamu, aku pasti akan sangat merindukanmu disana.
Siti Rahmat: baiklah suamiku, ulun pasti sangat merindukanmu, jaga diri pian disana, semoga tidak terjadi apa-apa apabila pian sudah kembali kekerajaan ini lagi.
Anshari Saleh: baiklah istriku, kanda harus segera pergi, assalamuallaikum
Siti Rahmat: waallaikumsallam.
*Sultan Anshari Saleh meninggalkan kerajaan kemudian tiba di kerajaan Ban, setibanya di Ban, Sultan Anshari Saleh bertemu dengan seorang putri sultan Ban yang bernama Siti Rafiah*
Anshari Saleh: assalamuallaikum
Siti Rahmat: waallaikumsalam (membukakan pintu)
Anshari Saleh: dimanakah sultan Ban?
Siti Rahmat: tunggu sebentar biar saya panggilkan.
*sultan ban datang*
Sultan Ban: saudaraku Anshari Saleh dari kerajaan Barbari, selamat datang di kerajaan Ban, apa gerangan yang membuat engkau datang kemari wahai sultan Anshari saleh?
Anshari Saleh: begini sultan, sebenarnya kedatangan saya kesini ialah untuk silaturahmi agar hubungan kedua kerajaan tetap harmonis. Apa kabarmu wahai Sultan Ban?
Sultan Ban: Alhamdulillah, seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja.
Anshari Saleh: syukurlah, lalu, mana istrimu?
Sultan Ban: (tersenyum) hmm, dia sudah tiada, sudah hampir 2 tahun ini aku sendiri tanpa dia, dan aku hanya tinggal bersama putriku.
Anshari Saleh: oh,, maaf, aku turut berduka akan hal itu. Lalu, dimana putrimu itu?
*siti rafiah masuk mengantar minuman*
Sultan Ban: inilah dia putriku, namanya adalah Siti Rafiah. Putriku, perkernalkan, dia adalah sultan dari Barbari, nama beliau adalah Sultan Anshari Saleh.
*anshari saleh dan siti rafiah berkenalan*
*siti rafiah meninggalkan ruangan*
Anshari Saleh: dia begitu indah, cantik rupawan, lelaki mana yang bisa memalingkan pandangan dari wajahnya, sungguh wanita yang sempurna, sungguh beruntung sultan bisa memiliki seorang putri yang seindah ini, kalau sultan berkenan saya mau meminang putri Anda sebagai isrtiku.
Sultan Ban: saya merasa sangat terhormat mendengar engkau ingin meminang putri saya, siapa yang bisa menolak apabila anaknya dipinang oleh seorang sultan yang sangat tampan, gagah lagi bijaksana seperti engkau Sultan Anshari saleh. Untuk hal itu, sebaiknya kita bicarakan dulu sambil menikmati jamuan dari kami.
Anshari Saleh: baiklah kalau begitu.
*anshari saleh meminta izin kepada sultan ban untuk meminta izin kepada istrinya*
Sultan ban: sultan anshari saleh, mengenai kainginan kau untuk meminang putriku aku sangat merasa terhormat, akan tetapi alangkah baiknya engkau meminta izin dulu kepada istrimu, karena engkau sudah beristri, tidak enak hati apabila engkau menikah tanpa meminta izin terhadap istrimu, lagipula dalam hukum ajaran islam memang begitu sebaiknya.
Anshari saleh: baiklah kalau begitu sultan, aku akan pulang untuk meminta izin kepada istriku, dan apabila saya tidak kembali ke kerajaan ban dalam waktu 1 bulan, berarti ada kemungkinan saya tidak mendapatkan izin dari istri saya.
Sultan ban: baiklah kalau begitu, semoga engkau mendapatkan keputusan yang terbaik.
*akhirnya Sultan Anshari Saleh menikah dengan Siti Rafiah, enam bulan kemudian Sultan Anshari Saleh meninggalkan Ban bersama istrinya*
Anshari Saleh: Dinda, ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu. Tapi sebelum kau mendengar kanda ragu kau bisa setuju. Dapatkah kau menjawabnya tanpa kebohongan, dengan hati yang lapang, bukan cuma sekedar patuh menuruti perintah suamimu. Jika kau tidak berkenan katakan saja tidak.
Siti Rafiah: Baiklah kanda, ulun mengerti apa yang ingin pian katakan kepada ulun. Terlihat jelas di raut muka pian bahwa ada sesuatu yang mengganjal di pikiran pian. Tapi maaf... jika tak setuju apakah pian akan marah, tidak sayang lagi kepada ulun. Maaf... ulun tidak ingin membuat pian kecewa dengan kelakuan ulun.
Anshari Saleh: Begini Dinda, mau tidak mau kau harus setuju dengan kanda, walau cuma kali ini. batin kanda entah kenapa sungguh tidak tenang setelah kanda bermimpi bahwa langit runtuh dan bumi terbelah menjadi dua. Kanda tidak mengerti maksud dari mimpi itu, dan ketika kanda terus memikirkannya, kanda ingat kerajaan kanda di seberang sana. Kanda ingin pulang sejenak. Untuk mengecek keadaan di sana, kanda rindu kampung halaman.
Siti Rafiah: Maaf kanda, apakah harus pian kesana. Apakah mimpi itu yang menyebabkan pian sedikit stres akhir-akhir ini. ulun sayang kepada pian. Tapi maaf... ulun jelas tak mau ditinggalkan.
Anshari Saleh: Bukan itu masalahnya dindaku, cintaku, manisku... perasaan kanda benar-benar tak nyaman jika terus begini. Seperti  derita yang tiada akhir, Kanda ingin pulang walau cuma sejenak, Cuma itu yang kanda inginkan. Kanda merasa bersalah karena meninggalkan kerajaan terlalu lama
Siti Rafiah: Maaf kanda, jika ulun membuat pian tambah bersedih. tapi maaf, apakah cuma mimpi itu yang membuat pian gundah seperti ini?
Anshari Saleh: Ia dinda, kanda ingin kembali ke kerajaan kanda, menurut ahli tafsir mimpi, mimpi kanda itu menandakan suatu bahaya. kanda harus benar-benar pergi untuk kali ini dinda, coba ikhlaskan kanda sejenak.
Siti Rafiah: Maaf kanda, Sungguh ulun tidak ikhlas jika pian benar-benar pergi, ulun sangat mencintai pian. Apa yang harus ulun lakukan, ulun rela pergi dari kerajaan ini demi pian, bolehkah ulun ikut ke kerajaan pian?
Anshari Saleh: Baiklah kalau begitu, kalau dinda memang mau ikut bersama kanda ke kerajaan kanda, besok kita akan berangkat.
Siti Rafiah: Terima kasih Kanda. Terima kasih, ulun benar-benar bahagia hari ini
* setibanya di Barbari mereka disambut hangat*
Siti Rahmat: (gembira) selamat datang kembali suamiku, ulun sangat merindukan pian (memeluk sultan), apa pian baik-baik saja? Apa kabar pian?  pian terlihat sehat, syukurlah. Lalu siapa perempuan yang engkau bawa ini?
Anshari Saleh: aku juga sangat merindukanmu, alhamdulillah kanda baik-baik saja adinda. Mengenai perempuan ini, dia adalah putri dari sultan ban, siti rafiah namanya, dialah istri baruku.
Siti Rahmat: hmm,, (menghela napas) baiklah, semoga pian bisa menepati janji yang telah engkau bicarakan, ulun akan berusaha menerima dia (Siti Rafiah) sebagai istri baru pian, ulun juga harus bisa menerimanya walaupun itu sulit. Sebagai seorang pemimpin, pian harus bisa bijaksana terhadap istri-istri pian.
Anshari Saleh: benar apa katamu adinda, seorang suami yang baik harus bisa bijaksana, semoga kalian berdua juga bisa menjadi istri yang baik pula, dan semoga kalian bisa akur satu sama lain, karena kakanda tidak suka akan adanya perpecahan diantara kita.
Siti Rafiah: wahai tuan putri Siti Rahmat, semoga pian bisa menerima ulun sebagai istri dari suami pian, bimbinglah ulun dan tegurlah ulun apabila ada salah, semoga pian bisa menjadi kaka yang baik untuk ulun, mohon ampun dari ulun, adik baru pian ini (memeluk Siti Rahmat)
*Siti Rahmat dan Siti Rafiah pun berkenalan dan keduanya menjalani hidup layaknya kakak adik. Anshari Saleh menjalani hari-harinya dengan kedua istrinya. Siti Rafiah pun segera hamil. Sayangnya, kebahagiaan mereka tidak berjalan lama. Sultan Bahar Udin dari Palinggam menyerang tanpa membuat pernyataan perang untuk membalas kematian pamannya*
Anshari Saleh: apa-apaan ini? Apa yang engkau inginkan Bahar Udin?
Bahar Udin: aku datang kemari untuk membalaskan dendam kematian kakakku Safi yang telah tewas di medan pertempuran, sebaiknya engkau menyerah saja wahai Sultan Anshari saleh.
Anshari Saleh: (memanggil pengawal) pengawal,, pengawal,, tangkap orang itu !!
Bahar Udin: hahaa,, percuma kau memanggil pengawalmu Anshari saleh, karena seluruh aparat kerajaanmu sudah kami hancurkan, hanya tersisa kalian bertiga.
Anshari Saleh: pengecut kau Bahar Udin !!. engkau melakukan penyerangan tanpa membuat pernyataan perang terlebih dahulu, sungguh merupakan hal yang sangat tidak terpuji, menyerang disaaat keadaan musuhmu tidak siap, awas kau Bahar Udin !!!
Bahar Udin: ahhh,, diam kau Anshari saleh !!. panglima, tangkap mereka !!
Anshari Saleh: istriku, sebaiknya kalian pergi, aku akan berusaha melawan mereka sendiri, cepat !!!
Para Istri: baiklah suamiku
*Anshari Saleh mencoba melawan Bahar Udin beserta pengawalnya sendirian, namun apalah daya Bahar Udin dan pasukannya terlalu kuat, sedangkan Siti Rahmat dan Siti Rafiah mencoba kabur, tapi apalah daya tanpa sempat melarikan diri akhirnya Siti Rahmat berhasil ditangkap oleh para pengawal Bahar Udin, sedangkan Siti Rafiah Berhasil melarikan diri*
*didalam pelariannya, Siti Rafiah bertemu dengan seorang guru yang bernama Syekh Khidmatullah*
Syekh Khidmatullah: assalamuallaikum.
Siti Rafiah: waalaikumsalam.
Syekh Khidmatullah: mohon maaf, nampaknya kamu sedang sangat kelelahan, apa yang sedang terjadi dengan dirimu? Ditambah lagi kamu sedang hamil, dimana suamimu? Dan sedang apa kamu sendirian ditempat seperti ini?
Siti Rafiah: pian siapa?
Syekh Khidmatullah: orang-orang biasa memanggilku Syekh Khidmatullah, kamu belum menjawab pertanyaanku
Siti Rafiah: oh, mohon maaf tuan, ulun Siti Rafiah, ulun melarikan diri dari kerajaan karena kerajaan ulun sedang diserang, suami ulun berhasil ditangkap musuh, ulun tidak tau harus pergi kemana.
Syekh Khidmatullah: sungguh malang nasibmu, oh ya,, kalau saya boleh tau dari kerajaan mana engkau berasal?
Siti rafiah: kerajaan Barbari tuan, apakah pian pernah mendengarnya?
Syekh Khidmatullah: tentu, saya kenal dengan Jahra Saleh pemimpin kerajaan dulu, jangan-jangan kamu adalah istri dari anaknyan yang bernama Anshari Saleh yang sekarang menjabat sebagai sultan Barbari?
Siti Rafiah: benar sekali tuan, kalau begitu bolehkah ulun tinggal bersama pian sementara waktu?
Syekh Khidmatullah: dengan senang hati, sudah seharusnya menolong kerabatku yang berasal dari Barbari.
Siti Rafiah: terimakasih tuan.
*Akhirnya Siti Rafiah tinggal bersama Syekh Khidmatullah untuk belajar ilmu bela diri*
*bahar udin membuat sayembara*
Panglima perang: mohon maaf sultan, salah satu dari mereka berhasil...
Bahar udin: (memotong) ahhh,, diam kau, aku tidak mau tahu, cepat kau cari dia, aku tidak ingin ada satu pun keturunan dari ansahri saleh yang selamat, karena aku teringat ucapan mantan peramal kerajaan palinggam dulu, dia pernah berkata bahwa kerajaan palinggam akan hancur di tangan keturunan anshari saleh. Sekarang, cepat cari dia dan buat sayembara siapa pun yang berhasil menangkap dia hidup atau mati maka akan mendapatkan imbalan yang sangat besar.
Panglima perang: baiklah sultan.
Akhirnya Siti Rafiah melahirkan seorang putra yang diberi nama Abdul Ghani. Tujuh tahun berlalu akhirnya Siti Rafiah memutuskan berkelana untuk membebaskan suaminya, Abdul Ghani dititipkannya kepada Syekh Khidmatullah*
Siti Rafiah: tuan Syekh Khidmatullah, ulun ingin menitipkan putra ulun Abdul Ghani kepada pian, tolong jaga dia, ulun mau berkelana untuk membebaskan suami ulun yang ditawan oleh Bahar Udin, apabila ulun sudah berhasil membebaskan suami ulun, ulun akan kembali untuk menemui putra ulun. Terimakasih sudah membantu ulun dan mengajarkan ilmu bela diri.
Syekh Khidmatullah: baiklah kalau itu keinginanmu, jaga dirimu, gunakan ilmu beladirimu sebaik mungkin, aku akan menjaga putramu, pergilah Siti Rafiah, bebaskan suamimu.
Siti Rafiah: baiklah, ulun mohon pamit Syek Khidmatullah, assalamuallaikum
Syekh Khidmatullah: waallaikumsalam
*ditengah perjalanan Siti Rafiah bertemu sekelompok pria yang ingin memperkosanya, Siti Rafiah membunuh mereka lalu mengambil pakaian mereka. Setelah itu ia menyamar sebagai seorang pria bernama “Dura”*
Penjahat 1: boss.. bagaimana kita ini boss.. keungan kita semakin menipis boss..
Penjahat 2: diam kau, kau kira aku tidak memikirkan apa apa hah?
Penjahat 1: eee,, tapi boss..
Penjahat 2: tapi apa?
Penjahat 1: begini boss, saya baru saja mendengar kabar bahwa ada sebuah sayembara dari palinggam, katanya mereka sedang mencari seseorang, yang dimana siapapun yang berhasil menangkapnya hidup atau mati akan diberikan imbalan yang sangat besar boss..
Penjahat 2: sayembara? Imbalan? Yang benar saja kau ini?
Penjahat 1: benar sekali boss..
Penjahat 2: baiklah baiklah, kalau begitu mari kita mencari orang itu, bagaimanapun caranya kita harus menemukan orang itu.
Penjahat 1: siap boss,, (melihat siti rafiah dari kejauhan) bos bos,, nampaknya ada seseorang yang sedang kesini boss, nampaknya saya mengenalinya boss..
Penjahat 2:  mana mana?
Penjahat 1: itu bos,, oh iya, dia,, dia,, dialah orang yang ada di sayembara itu bos.
Penjahat 2: apa katamu? Kalau begitu ini artinya pucuk dicinta ulam pun tiba. Ayo kita bersiap siap, siapkan dirimu..
(Siti Rafiah lewat)
Penjahat 1:mau kemana kau nona, hehehe,,
Penjahat 2: bolehkah kita berbicara sebentar saja heh,, (mulai bertindak kurang ajar)
Siti Rafiah: apa yang kalian inginkan??
Penjahat 1: hahaaa,, sudahh,, jangan banyak tanya, menyerah saja, atau kau mau mati.
Siti Rafiah: jangan kurang ajar kalian (mencoba menghindari para penjahat)
Penjahat 2: heyy,, mau kemana kau nona (menangkap Siti Rafiah)
(Siti Rafiah membela diri dan terjadilah pertarungan, akhirnya para penjahat berhasil dilumpuhkan, lalu Siti Rafiah mengambil pakaian mereka untuk penyamaran)
*dalam penyamarannya sebagai Dura, ia bertemu dengan mantan peramal sultan Bahar Udin yang telah diusir, ia pun mencari informasi dari  mantan peramal tersebut*
Dura: mohon maaf, apakah anda mengetahui tentang Palinggam?
Mantan Peramal: tentu saja aku tahu akan itu, karena aku adalah mantan peramal sultan Bahar Udin. aku diusir dari kerajaan karena aku menentang keinginan beliau, Bahar Udin memang dikenal sebagai pemimpin yang kejam terhadap bawahannya
Dura: kalau begitu berarti pian juga tau tentang tawanan yang bernama Anshari Saleh?
Mantan Peramal: tentu, Anshari Saleh merupakan musuh Bahar Udin dari kerajaan Barbari, dia ditawan bersama istrinya yang bernama Siti Rahmat, mereka dipenjarakan jauh di dalam penjara bawah tanah tepat dibawah kerajaan Palinggam, tak seorangpun yang boleh bertemu dengannya kecuali sultan Bahar Udin sendiri dan orang-orang kepercayaannya. oh iya, anda siapa? Apa gerangan anda menanyakan tentang Palinggam dan Anshari Saleh?
Dura: nama ulun Dura, ulun berkelana dari desa ke desa untuk menemui kerabat ulun yang ada di Palinggam, tapi ulun tidak tau dimana Palinggam itu. Mengenai Anshari Saleh semua orang sudah tau tentang berita itu, dimana kerajaan besar yang bernama Barbari berhasil dikalahkan oleh Palinggam.
Mantan Peramal: baiklah kalau begitu, Palinggam berada tidak jauh dari sini, lurus saja kau kesana kau akan menemukannya, semoga kau tidak tersesat
Dura: baiklah kalau begitu, ulun hendak melanjutkan perjalanan ulun, terimakasih atas informasinya.
*berdasarkani informasi yang didapat dari mantan peramal, Dura menuju Palinggam untuk melakukan serangan secara diam-diam untuk membebaskan suaminya beserta Siti Rahmat*
*perbincangan antara sultan ban dan bahar udin*
Bahar udin: apa apaan ini? Apa urusanmu menyerang kerajaan ku secara diam diam tanpa membuat pernyataan perang terlebih dahulu wahai tua bangka?
Sultan ban: tentu aku mempunyai alasan kenapa aku menyerang kerajaan kau wahai bahar udin. Aku datang kemari tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membebaskan anak dan menantuku anshari saleh yang mana kau telah menyerang kerajaan barbari secara diam diam tanpa membuat pernyataan perang. Sekarang dimana anak dan menantuku?
Bahar udin: ooo.. jadi itu keinginanmu, baiklah, asal engkau tahu bahwa anakmu tidak ada disini
Sultan ban: ahh.. aku tidak percaya dengan kata-katamu bahar udin. Cepat serahkan mereka kepadaku.
Bahar udin: terserah kau percaya atau tidak, tapi kalau mau mereka kembali langkahi dulu mayatku.
Sultan ban: bedebah kau bahar udin.
Bahar udin: panglima, bungkam pria tua ini !!!
*dalam pertempuran sultan ban berhasil dikalahkan oleh panglima perang dan ingin dibunuh oleh bahar udin*
Dura: cukup...
Bahar udin: hey,, siapa kau?
Dura: kau tidak perlu tau bahar udin?
Bahar Udin: darimana kau tahu bahwa aku adalah Bahar Udin?
Dura: Siapa yang tidak tahu dirimu Bahar Udin seorang pemimpin yang terkenal kejam.
Bahar Udin: lancang sekali kau ini !! apa urusanmu datang kesini?
Dura: sekali lagi ku tegaskan, kau tidak perlu tau akan hal itu
Bahar Udin: badebah, siapa sebenarnya engkau ini? Panglima, bunuh orang itu !!
*Bahar Udin beserta panglimanya berusaha membunuh Dura, namun apalah daya, dengan ilmu beladiri yang dimiliki Dura, panglima beserta Bahar Udin berhasil dilumpuhkan dalam pertarungan tersebut*
Sultan ban: terimakasih tuan atas pertolonganmu, sebenarnya siapa gerangan tuan ini sebenarnya?
Dura: anda akan segera tahu siapa ulun  ini sebenarnya, tapi saya akan membebaskan menantu anda dan membawanya kepada anda, tunggu sebentar.
*dura datang membawa anshari saleh beserta siti rahmat*
Sultan ban: menantuku sultan anshari saleh, dimana putriku siti rafiah?
Anshari saleh: begini sultan, ketika bahar udin menyerang kerajaan barbari, siti rafiah berhasil meloloskan diri, dan sejak saat itu saya tidak tau lagi kabarnya. Maafkan saya sultan ban.
Sultan ban: hmm.. jadi begitu ceritanya, semoga saja dia selamat selama pelariannya. Oh iya, (berbicara kepada dura) terimakasih tuan atas bantuannya, sebenarnya siapa tua ini dan kenapa tuan membela kami?
Dura: kalian akan tau siapa saya dan kenapa saya membela kalian (melepaskan samarannya)
Anshari Saleh: Siti Rafiah,, istriku,, benarkah ini dirimu? (terkejut)
Siti Rafiah: iya suamiku, ini ulun Siti Rafiah istrimu..
Sultan ban: apa benar ini engkau wahai putriku, aku sungguh tidak percaya ini.
Siti rafiah: iya ayahanda ini saya putrimu siti rafiah.
Anshari Saleh: darimana engkau belajar ilmu beladiri seperti itu, lalu,,, dimana anak kita, dan bagaimana kabarnya?
Siti Rafiah: setelah ulun berhasil kabur, ulun ditolong oleh seorang guru yang bernama Syekh Khidmatullah, dialah yang mengajariku ilmu beladiri, sedangkan anak kita adalah seorang putra yang ulun beri nama Abdul Ghani, sekarang dia ulun titipkan kepada Syekh Khidmatullah, 2 tahun umurnya sekarang, dia anak yang baik lagi tampan seperti ayahnya. Dia pasti sangat senang apabila bertemu dengan ayahandanya.
Anshari Saleh: syukurlah, tak sabar rasanya ingin bertemu dengan putraku, mari ajak aku bertemu dengan dia.
Siti Rafiah: baiklah kakanda, mari kita segera menemuinya.
*Akhirnya Sultan Anshari Saleh, Siti Rahmat beserta Siti Rafiah bertemu dengan anaknya yang bernama Abdul Ghani, Abdul Ghani beserta Syekh Khidmatullah dibawa kekerajaan Barbari. Akhirnya Syekh Khidmatullah diangkat menjadi pemimpin keagamaan di kerajaan Barbari, setelah Sultan Anshari Saleh mangkat dari jabatan, Abdul Ghani lah yang melanjutkan tahta kekuasaan ayahnya*
TAMAT
Pembuat Naskah : Faisal Refki
Diadaftasi dari : Sjair Abdoel Moeloek (Raja Ali Haji : 1847) & Sair Tjerita Siti Akbari (Lie Kim Hok : 1884)
TOKOH :
Anshari Saleh
Siti Rafiah/Dura
Siti Rahmat
Jahra Saleh
Bahar Udin
Syekh Khidmatullah
Mantan Peramal
Panglima
Sultan Ban
Penjahat 1
Penjahat 2
SYAIR
#SINOPSIS
TERSEBUTLAH SEBUAH NAGRI
ADA PANG NAMA ITU BARBARI
ZAHRA SALEH PAMIMPIN NAGRI
ANSHARI SALEH PUTERA BASTARI
BUNDA ADA HAJAD PANG SATU
KAWINLAH PUTERA LAWAN SAPUPU
TUNTUNGLAH SUDAH KAHANDAK ITU
PULANGLAH BUNDA KA LAWAN NANG SATU
KADA PANG NYAMAN TAPAKSA HATI
PERGILAH RAJA KA LAIN NAGRI
TINGGALAH ISTRI SAORANG DIRI
BATAMULAH RAJA WAN SAORANG PUTRI
KADA PANG LAWAS SINGKAT CARITA
KAWINLAH RAJA WAN PUTERI BAGINDA
DIBAWALAH PUTERI KA NAGRI TERCINTA
RUHUY RAHAYU BARUMAH TANGGA
# PERNIKAHAN DI BARBARI (BABAK 2)
ANSHARI SALEH WAN SITI RAHMAT
BULAT SAKATA SUDAH SAPAKAT
JADI PANGANTIN SUPAYA BABARKAT
RUHUY RAHAYU SAMPAI KIAMAT
LIWAR PANG BUNGAS PANGANTIN NAGRI
SANGGAM PARUNA DUDUK BATATAI
DOA DIPANJAT PADA ILAHI
SAGAN PAMIMPIN NAGRI BARBARI
# IBUNDA MENINGGAL DI BARBARI (BABAK 3)
KADA PANG LAWAS HARI BAHAGIA
BUNDA DIPANGGIL OLEH NANG KUASA
ANSHARI SALEH PUTERA SAMATA
NAIK PANG TAHTA JADI LAH RAJA
# JATUH CINTA DI BAN (BERCENGKRAMA)
CANTIK RUPAWAN SITI RAFIAH
PARANGAI BUNGAS PANUH PANG KASIH
TAPIKAT HATI ANSHARI SALEH
MALUCUK BIBIT ASMARA KASIH
#TIBA DI BARBARI
SEPASANG HATI TIBA KA ASAL NAGRI
TEGARLAH HATI SEORANG PUTRI
SETIA HATI KA LAWAN SUAMI
RAKAT SARUKUN SI DUA PUTRI
#ENDING
HABISLAH KISAH RAJA PALINGGAM
NAGRI MANJADI AMAN WAN TENTRAM
SALAMAT SENTOSA SUDAH DI GENGGAM
HIDUP BAHAGIA SARABA SANGGAM
NAGRI BARBARI HIDUP BERJAYA
ANSHARI SALEH RAJA BAGINDA
ABDUL GHANI PUTERA MAHKOTA
SYEKH KHIDMATULLAH PAMUKA AGAMA

Kasih Putus Diluhuk Badangsanak

KASIH PUTUS DI LUHUK BADANGSANAK
Karya : Faisal Refki

(dikisahakan ada sebuah kerajaan nang bangaran Negara Dipa, Lambung Mangkurat yang mendapatkan wasiat dari ayahnya Empu Jatmika untuk mencari seorang raja yang dari hasil bertapa karena Empu Jatmika bukanlah keturunan seorang raja, oleh karena itu ia tidak boleh menjadi seorang raja. Empu Jatmika memiliki dua orang anak yang bernama Empu Mandastana dan Lambung Mangkurat, Empu Mandastana bertapa di daerah gunung sedangkan Lambung Mangkurat bertapa di daerah Sungai)
Lambung Mangkurat : (bertapa)
Putri Junjung Buih: Lambung Mangkurat, napa nang ikam ulah disini?
Lambung mangkurat: hamba mencari seorang raja gasan memerintah di kerajaan Negara Dipa
Putri Junjung Buih: Lambung Mangkurat, aku adalah raja puteri, Puteri Junjung Buih nang ikam cari
Lambung mnagkurat: amun kaya itu izinkan hamba memberikan candi sebagai istana gasan persembahan kepada tuan putri
Putri Junjung Buih: aku kada handak badiam dicandi ngintu karna disana suah diandaki patung nang buhan ikam berhalakan, aku handaknya ikam maulahakan mahligai, nang tihangnya diambil matan pohon batung batulis, wan jua salambar kain kuning nang panjangnya 7 hasta wan lebarnrnya 2 hasta nang harus ditenun oleh 40 orang gadis nang mana harus digawi dalam waktu satu hari.
(permintaan itu pun disanggupi oleh Lambung Mangkurat, dan singkat cerita Putri Junjung Buih diangkat sebagai raja dan bergelar Raja Putri Junjung Buih. Pada suatu hari Lambung Mangkurat datang menghadap Raja Putri untuk menyarankan Raja putri untuk memiliki pasangan)
Lambung mangkurat: mohon ampun paduka putri, apakah pian kada handak memiliki seorang suami
Putri Junjung Buih: aku hanya akan menikah lawan laki-laki nang diperoleh dari hasil bertapa

(dikisahkan Empu Mandastana mempunyai 2 anak kembar yang bernama Bambang Patmaraga & Bambang Sukmaraga yang mana ketampanan mereka sungguh luar biasa, banyak para gadis yang menginginkan mereka. Pada suatu hari Bambang Sukmaraga & Bambang Patmaraga bermain di bawah mahligai Putri dan pada saat itu Putri melihat mereka berdua dan menjatuhkan sekapur sirih dan sekaki bunga Nagasari sebagai tanda mata, pada saat bersamaan Lambung Mangkurat melihat kejadian itu dan menyuruh mereka berdua untuk meninggalkan mahligai Putri)
Lambung Mangkurat: napa nang buhan ikam perbuat di bawah mahligai putri? Mulai damini buhan ikam kada bulih lagi bamainan parak sini !

(melihat kejadian itu Lambung Mangkurat menduga kalua Putri Junjung Buih hendak mengawini salah satu dari mereka, Lambung Mangkurat pun tidak terima kalau hal itu harus terjadi, dia berpikiran kalau keponakannya menjadi suami daru Raja Putri maka ia akan tunduk dihadapan keponakannya sendiri. Akhirnya ia mengambil keputusan untuk menyingkirkan kedua keponakannya itu)
Lambung Mangkurat: aku kada tarima amun sawat Bambang Sukmaraga atau Bambang Fatmaraga jadi suami Raja putri, aku kada mungkin handak tunduk wan kaponakan ku saurang.

(dengan alasan mencari ikan bersama sama, Lambung Mangkurat mengajak kedua keponakannya untuk ikut, walau mereka berdua menduga ada udang dibalik batu yakni pamannya ada niat jahat terhadap mereka, namun mereka memutuskan untuk ikut, dengan mengiba hati mereka memohon dan menyatakan selamat berpisah kepada ayah dan ibundanya. Sebelum berangkat mereka menanam bunga yang akan menjadi tanda)
Bambang Sukmaraga: bilanya kambang nang kami tanam nih mati itu artinya kami sama nasibnya lawan kambang itu.

(akhirnya mereka berdua ikut dengan pamannya mencari ikan, dan ketika berada di tengah sungai terjadilah peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Lambung Mangkurat, mereka diceburkan ke sungai kemudian dipukul dengan menggunakan dayung. Lambung Mangkurat pun bingung karena jasad kedua keponakannya tidak juga muncul kepermukaan, dan sejak kejadian itu tempat itu dinamakan LUHUK BADANGSANAK)
Lambung Mangkurat: maafakan paman nak ai, paman tapaksa malakuakan Ini wan buhan pian

(Empu Mandastana yang juga ayah dari Sukmaraga dan Fatmaraga terkejut melihat bunga yang ditanam kedua anaknya mati, dengan diliputi kesedihan yang mendalam akhirnya Empu Mandastana dan istrinya bunuh diri dengan menancapkan Keris Parang Sari kebadannya)
Empu Mandastana: anakku Bambang Sukmaraga !! Bambang Fatmaraga…!!



16 Agustus 2016
Faisal Refki

Semoga Tidak Durhaka

Karya : Faisal Refki

SINOPSIS

Tradisi atau kebiasaan adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, maafkan kami tidak meneruskan tradisi atau kebiasaan itu, semoga kami tidak durhaka.






SEMOGA TIDAK DURHAKA

(Pemerintah sedang berdidkusi dengan kepala desa)
(pemerintah Keluar)
Kepala desa: bagaimana
Masyarakat: apa – kenapa – mengapa
Kepala desa: terakhir
Masyarakat: lalu – kapan – tapi
Kepala desa: layak
Masyarakat: sekarang – baiklah
(kepala desa keluar bereselisih dengan Damang)
Damang: apakah kalian setuju?
Masyarakat 1: tentu, kami terpaksa setuju karna kami tak mau lagi hidup yang tidak layak dan dikekang oleh aturan adat
Damang: apa yang akan kalian lakukan sekarang, apakah kalian akan meninggalkan tempat ini ?
Masyarakat 2: tentu saja tidak, kami akan bertahan disini, karna masa depan disini setelah pembangunan itu akan labih baik.
Damang: apakah kalian akan tetap mempertahankan adat kita ?
Masyarakat 3: mempertahankan adat? Kami bisa apa? Kami lelah akan itu semua, kami sudah tak bisa mempertahankannya karna hal itu tidak akan merubah kehidupan kami, apakah damang merasakan adanya perubahan setelah berpuluh puluh tahun tinggal dan mempertahankan adat ini? Tidak ada bukan? kita hanya jadi tontonan bagi orang lain, apa yang kita dapat dari mereka? Tidak ada !!
Masyarakat 4: dan juga generasi anak cucu kita sudah tak mau lagi menuruti garis keturunannya, karena mereka sudah mengenal bagaimana kehidupan diluar sana, mereka lebih tertarik dengan kehidupan modern dan serba instan diluar sana, jangan salahkan kami sebagai orang tua karna tidak bisa meneruskan tradisi adat kita kepada meraka. Mereka malu !!
Masyarakat 5: dan damang tentu ingat bagaimana aruh adat kita tidak lagi terlaksana setelah 10 tahun terakhir ini? Masyarakat kita semakin tidak perduli dengan adat istiadat kita karena mereka sudah sibuk mencari uang di luar sana. Karena mereka berpikiran untuk apa tetap bertahan di dalam hutan dan jauh dari perkembangan jaman.
Masyarakat 6: tanah kita memang kaya, memang indah, tapi apa yang kita dapat dari hasil tanah ini? Hanya untuk keperluan makan sehari-hari saja kan? kenapa kita hanya mendapatkan itu? Itu semua karna kebodohan dan tidak ada yang mau peduli dengan pendidikan kita, karna para pendidik yang ada diluar sana tidak mau datang jauh-jauh ke dalam hutan seperti ini.
Masyarakat: jangan salahkan kami, salahkan adat tradisi yang penuh aturan ini. (beberapa kali)
Damang: semoga kalian tidak durhaka (beberapa kali)
(damang keluar)
(masyarakat menari babangsai mengelilingi set ditengah)
(ajudan masuk dan menyeting set yang ada di tengah)
(setting selesai)
(masyarakat digiring keluar)
(istana sentris)
(ajudan kembali ke dalam panggung)
(pemerintah masuk)
Pimpinan: ajudan, buka pintu gerbang
(ajudan membuka gerbang lalu hormat)
Pimpinan: hmm,, akhirnya.. setelah melalui proses pembebasan lahan yg cukup rumit akhirnya kudapatkan juga izin itu, untung saja meraka tidak terlalu paham tentang masalah itu jadi saya dengan mudah bisa mendapatkannya hahaa… benar begitu wahai serketarisku?
Serketaris: benar sekali pimpinan
Pimpinan: apakah ada yang ingin kamu sampaikan? Bagaimana, apakah Kepala desa dan masyarakat akan hadir dalam acara ini?
Serketaris: sebelumnya saya ucapkan selamat atas pencapaian pimpinan. sebentar lagi kepala desa akan datang beserta masyarakatnya untuk menyaksikan peresemian bendungan kita ini pimpinan.
Pimpinan: bagus, tolong kamu jamu mereka dengan baik, hahaaa
(kepala desa beserta masyarakat masuk)
Kepala desa: terimaksih atas undangannya wahai pimpinan.
Pimpinan: sama-sama, silahkan kepala desa (menyuruh kembali ketempat)
Pimpinan: akhirnya tiba waktunya, saya tidak akan menggunakan Bahasa yang terlalu tinggi supaya kalian paham dan mengerti, terimakasih tuhan, terima kasih alam yang sangat kaya dan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang mau bekerjasama untuk memajukan dan mewujudkan cita-cita masyarakat pedalaman untuk hidup yang lebih layak lagi. Saya adalah (nama) sang pimpinan dalam proyek ini, saya adalah putra daerah sini, saya pernah bermimpi untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat disini, oleh karena itu saya bekerja keras, dan dengan adanya proyek bendungan ini semoga perekonomian dan perkembangan masyarakat disini meningkat.
Masyarakat: apakah desa kami akan dialiri listrik dan juga bagaimana jalan dari kota ke desa kami apakah akan diperbaiki?
Pimpinan: tentu saja, semua itu akan saya jamin, listrik akan masuk ke desa dan jalan akan kami perbaiki, bahkan saluran telepon akan kami pasang. Dan kalian jangan takut tidak punya pekerjaan setelah adanya proyek ini, kalian semua dijamin bekerja dengan saya, dengan gajih yang besar, kalian tak perlu lagi bertani untuk makan sehari-hari.
Pimpinan: apakah ada pertanyaan lain? Kalau tidak ada, maka pembangunan proyek bendungan ini saya nyatakan resmi dibuka
(tepuk tangan)
Pimpinan: saya ada sedikit rezeki untuk kalian semua, kemarilah (membagikan uang)
(pimpinan menghamburkan uang kepada masyarakat)
(masyarakat menari babangsai mengelilingi pimpinan)
(aparat pemerintah asik memoto kejadian itu)

SELESAI

8/9/2016 faisal refki

Minggu, 31 Juli 2016

Palui Sedunia

PALUI SEDUNIA
Karya : Faisal Refki

(SUASANA PANGGUNG GELAP. KAI DARI LUAR PANGGUNG MENGGERUTU DAN CUCU PANIK DENGAN KEADAAN GELAP, SAMBIL MASUK KEDALAM PANGGUNG KAI MENYALAKAN LILIN)
Kai: aduhh napa pulang nih maka kadap. Tabulik kah KWH nya nih?
Cucu 1: napa maka kadap kai?
Cucu 2: heeh maka kadap banar nah kai’ae rasa horror timbul?
Kai : iya itu nih bubuhan PA’LN nyaman banar mamajahi lampu, padahal kita bayar haja jua. Mulai ahad samalam sudah pajah-pajah haja lampu nih. Rusakan sagala dispenser pun kai timbul cu’ae.
Cucu 1: kai ulun takutan (MEMEGANG TANGAN KAI)
Cucu 2: km nih panakutan banar lah, hedeh (ckckckck)
Cucu 1: km kada takutan kah? mun kada takutan sana gin katangah hutan sana. Tahu tu rasa. Weekkk!!
(CUCU 1,2 RIBUT BESAMBATAN)
Kai : ayuu...ayuuuuu...sudah...sudahh sadang, jangan tapi abut kalo dikira urang demo kena. Lawan jua kalo di ditaguk NI YAKSA. Kada takutan kah buhan km cucuku nang bungas langkar bauntung baiman batuah.
Cucu 1,2 : (HERAN???) NI YAKSA? APA NGITU kai? NANG MAKANAN BASANTAN TU KAH?
Kai: lain bauntung, baiman, batuah ae. Mun nang basantan tuh laksa ngarannya. Ni yaksa ngitu mun manurut arwah datu, (MUSIK HORROR)(KAI SAMBIL BAPANDUNG) Ni yaksa tuh susuk gaib, awaknya ganal tinggi basar, giginya curing, rambut panjang sampai ka buku lali, kukunya panjaaaaaaaaaaaaaaaangggggg kaya macan....!!!!!
Cucu 1: panjangnya saapa kai?
Kai : panjang pang, sampai ngalih mambayangakannya kai.
Cucu 2: muhanya pang kayapa kai, bungas lah?
Kai : mana ada bungas cu’ae. Muhanya tuh saraaaammmmm banar pang, kai haja kada sanggup mahayalakannya.
Cucu 1,2 : HHHMMMMMMMM.... BEGITU LEH? (MEMBAYANGKAN NI YAKSA DAN TERTAWA)
Kai : (MELIHAT KEARAH CUCU 1,2) napang cu? Lucu kah????!!
Cucu 1: hadang kai lah, hahaha. Mun ulun mambayangakan maka lucu kai.
Cucu 2: sama kai ulun jua. Hahaha.
Kai : nah tatinggal kai mamadahi Ni yaksa nih liwar katuju mamakan kakanakan halus, apalagi nang mahulut-hulut inya, pa ni yaksa nih mandangar bila inya lagi dipandirakan. Tuh inya yaatt...tuuhhh malihat lah cu...(MANUNJUK KAARAH PENONTON). Huaaaaaaa!! (MANGAJUTI CUCU)
Cucu 1: pian nih kai’ae katuju banar manakutani kami. Hikssss
Cucu 2: inggih katuju banar. Sedih kami timbul nah.
Nini: hehehe. (SAMBIL MEMELUK CUCU)
Cucu 1,2: (MEMICIK HP) nahhh ada dapat sinyalnya sudah.yeyeye!!
Cucu 2: apdet status dulu nah. “mati lampu hikss andaikan wongmin ada”
Cucu 1 : nah kaluar sudah episode hanyarnya. Mantaappp. (BERGAYA JADI ARTIS KOREA)
Kai: (HERAN MALIHAT CUCU) ayu cu sadang HP tarus nang di kujak. Sasadangnya haja micik hp tu banyak barita nang kada baik mun kita mamicik hp tarus, kada baik gasan kasihatan, gasan utak jua cu ae, dan banyak ae lagi habar-habar nang kada baik. Apalagi nang hanyar nih gara-gara hp bisa manimbulkan habar nang kada jalas nang bisa maulah parpacahan. Maka hakun dihukum mun tadapat pulisi manyabar habar nang manyalah tuh.
Cucu 1: owh inggih ada’ae samalam ulun malihat habarnya di TV inggih ulun ampih nah kai.
Cucu 2: ulun jua kai. Ampih nah.
Kai: bagus tu mun paham cu’ae. Baik mandangarakan kisah kai nah. Ay, tapi sabalumnya biasa lah uma wan abahmu mangisahakan kisah-kisah lawan buhan pian badua nih cu?
Cucu 1,2 : (GELENG-GELENG)
Kai: hmmmm, pantas ae. Ni kai nih handak bakisah parigal si PALUI
Cucu 2: kai nih bakisah tantang palui tarus!
Cucu 1: Iih palui ha tarus, palui di arab lah, palui di belanda lah, di mana-mana kah?
Kai: (LAMPU PANGGUNG NYALA DAN DI BELAKANG PEMAIN & CREW MENYETTING PANGGUNG) Nahh banyaala lampu cu’ae. Nah jadi kayani palui tuh kada hanya di banua kita adanya. Ada jua dibalahan dunia lain palui nih, ada di balanda, arab, japang wan palui binian. Kita makanan ha lah sambil kena Kai bakisah. Balum makanan kalo tadih?
Cucu 1,2: inggih balum...
(KAI, CUCU 1, DAN CUCU 2 KELUAR PANGGUNG)

(PALUI DAN PEMAIN LAINNYA MULAI BERINTERAKSI)
(Palui & Pembawa acara terlihat sedang berdiskusi diatas panggung)
Lighting :eyyy,, baapaan buhan ikam disitu?
Palui :Ni lagi badiskusi anu ai nah.
Lighting : kakaina haja hulu badiskusi tuh, ni acara hndak mulai sudah, lajui ikam bajauh lui ai.
(palui bajauh keluar panggung)
(pembawa acara membuka acara)
Pembaca  :assalamuallaikum wr. Wb
Pembaca 1 :tatamu pulang lawan kami badua dalam acara...
Pembaca :PALUI SEDUNIA...
Pembaca 2:ya, napa garang sabujurnya acara palui sedunia nih?
Pembaca 1:nah, mun masih ada nang kada tahu biar ulun jelasakan apa itu palui sedunia, palui sedunia adalah acara nang tujuannya gasan memilih siapa sosok palui nang sabujurnya.
Pembaca 2:kira kira siapa haja jar pesertanya?
Pembaca 1:pesrtanya tuh matan belahan dunia, ada matan Belanda, Arab, Jepang wan mulai Banjar itu sendiri.
Pembaca 2: bahh pacangan rami banar ni acaranya, kayapa amun kita kiyau haja pesertanya.
Pembbaca 1:ayuha, kita kiyau pesertanya..
(memanggil seluruh peserta)
(seluruh peserta masuk)
Pembaca 2:ya, peserta sudah takumpul, kayapa amun kita kenalah hulu wan bubuhan peserta nih.
Pembaca 1:yang palui matan belanda siapa namanya?
Palui Belanda:ikh punya nama Palui Van Der Wara, Unda palui asli matan belanda
Pembaca 1:mantap sakali lah ngarannya palui pandir wara jar.. tepuk tangan gasan palui matan belanda.
Pembaca 2:selanjutnya palui matan Arab siapa ngarannya?
Palui Arab:ana bisian ngaran Palui sya’wat, barang ja sawat apa kah, ana palui asli matan tanah timur tengah Arab.
Pembaca 2:ya palui syawat jar, untung kada palui syahwat, habis am lintuk, tapuki tangan gasan palui Arab...
Pembaca 1:habis tuh kita ada jua peserta dari jepang, siapa kah ngaran beliau?
Palui Jepang: perkenakan, nama saya Palui Daki Naga, saya palui asli jepang, hayiii,,
Pembaca 1:palui daki naga, mantap sakali, badaki jua sakalinya naga lah, Palui matan jepang, tepuk tangan, hayii...
Pembaca 2 :nah nang saikung nih malalain daripada nang lain, sauutingannya peserta kita nang binian, siapa jar ngaran sidin? Silahkan.
Paluiwati :assalamuallaikum, selamat malam, ngaran saya Paluiwati, saya yakin bangat saya ni pang dah palui nang sabujurannya. Makasih.
Pembaca 2 :sama sama, paluiwati jar ngaran baliau nih, sidin nih yakintu pang dah palui tuh sabujurannya babinian. Tepuk tangan gasan Paluiwati
Pembaca 1 :nah, nang terakhir ada palui asli matan Banjar. Siapa kah ngaran sidin?
Palui: assalamuallaikum, ngaran ulun Palui, biasa dikiyau Palui, ulun palui asli banua, asli banjar. Tarimakasih.
Pembaca 1 :tarimakasih, palui asli matan banjar jar sidin nih, nang urang banjar dukung sidin jar.
Pembaca 2 :semua peserta sudah perkenalan, kayapa amun kita langsung masuk haja ke sesi selanjutnya?
Pembaca 1 :iya,, sesi selanjutnya adalah visi misi antar peserta apabila terpilih jadi pemenang palui sedunia.
Pembaca 2 :baiklah, mun kaya itu kada usah mambuang waktu lagi kita, kita mulai matan palui belanda haja gin lah. Ya silahkan Palui Van Der Wara.
Palui Belanda:bila ikh tapilih sabagai palui sedunia ikh akan menanam rempah rempah indonesia di belanda, supaya di belanda ikh wan kawan kawan bisa makan gangan karuh, masak habang, soto limau kuwit, katupat kandangan dan masih banyak lagi, sekian dan terimakasih.
Palui : uuuu baiingat ikam balanda ai, ikam kada sadar kah sudah manjajah kami 350 tahun, garagara rempah rempah haja tuh, kami sudah mardika, jangan hakun dipilih panuntun ai inya nih, habis am kita.
Palui Belanda:kanapa yu sarik sarik lawan ikh? Itu visi misi ikh, yu kada berhak membantahnya. Paham?
Palui:pukuknya aku kada satuju tu pang mun kyatu. Titik.
Pembaca 2:ya, pinanya persaingan sudah mulai memanas pemirsa ai. Diharapkan para calon supaya tanang, jangan pina habut hulu.
Pembaca 1:aija sudah, kita lanjut haja gin ka peserta selanjutnya lah.. selanjtny peserta dari Arab. Silahkan.
Palui arab:assalamuallaikum,, amunnya ane manangnya ane handak bajualan bensin di sini, karna disini bensin larang dripada di arab sana, ane bisa sugih mun kytu, hahaaaa...
Palui:nah nah nah,, saikung plang pina mahual. Ey arab. Buhan ikam tuh sudah sugih, buhan ikam tuh sudah banyak bisi minyak, knapa maka hndak bajualan minyak plang disini, kandak ku salukut jua saku arab nih.
Palui arab:ane kada tarima amun ente manyalukut ane, masuk naraka ente, ente kada ane bariakan naik haji.
Palui:biar ja, aku sudah haji jua, sudah diampuni jua dosaku.
Pembaca 1:of of of of.. satuppp.. sabar pintar lah, kada usah pina bakancangan, kaina sariki tuhan, ayu sudah bawa baduduk hulu, bawa batanang..
Pembaca 2:aija sudah, makin panas haja pinanya nah, kita lanjut haja gin lah ke selanjutnya, palui jepang..
Palui jepang:hayii,, amun unda jadi pemenangnya, unda handak produk produk jepang menguasai pasar disini, kami sudah sukses dibidang otomotif, unda handak kami sukses dibeberapa bidang lain, nangkaya, makanan, minuman, baju, salawar, cawat, kutang sampai kukuit gigi asli jepang, hayii..
Palui:asliii,,, eyy japang, ikam pulang lah manambahi, tadi sudah belanda, arab, ni ikam plang. Buhan ikam tuh cukup sudah mamburung kandaraan wan mutur, sadang ai dah pintar lah, lah , laaahhhh (manciling)
Palui jepang:oooo tidak bisa, kytu pang tekad urang jepang. Harga mati.
Palui:harga mati harga mati, kalo pina ikam nang mati.
Pembaca 2 :ooo oo oo,, kasian jangan bamatian pintar ai, basasabar, kaina tangkap pulisi mun sampai bamatian. Baistighfar lui ai.
Pembaca 1 :oke,, lanjut haja gin lah ka peserta selanjutnya, Paluiwati silahkan..
Paluiwati :assalamuallaikum, selamat malam, amun ulun tapilih jadi palui nang bujur, ulun handak samua manusia nang ada dibumi nih pakai hijab, baik itu babinian ataw lalakian pukuknya harub bahijab biar kalihatan cantik semua tatutup aurat, tarimakasih.
Palui :astagfirullah, nang ini aku satu kata haja gin gasan sidin nih, SATRIS.
Paluiwati :biar aja pang, nang panting aku sudah manyampaikan satu kebaikan.
Pembaca 1 : hussss,,, palui,, dilarang berkata kata kasar.
Pembaca 2:aija sudah, sisa saikung lagi nah, palui, sudah siap kah pian ?
Palui: siap banar, wyahini kah?
Pembaca 2;aija amun sudah siap, silahkan.
Palui:bismillah, assalamuallaikum, amunnya ulun nang tapilih, ulun handak acara palui sedunia nih kada usah ada lagi gin daripada aku tasangkali, amun ada nang kaya bubuhannya nih, visi misi kaya bubuhannya nih, bisa hancur bisa ampun kita, dijajah urang tarus kita nih dapatnya. Mudah mudahan ai ulun kawa mempertahanakan apa nang memang seharusnya ampun kita. Dah itu haja gin kada usah panjang panjang gin, kalo pina tamakan pandir kaina. Hayooo,, handak protes napa buhan ikam batiga hah? Nah hinip.
Pembaca 1: mantap sakali paman palui nih, ayu lajui nang urang banua didukung paman palui asli banua....
Pembaca 2:alhamdulillah sesi visi misi sudah tuntung. Kita lajnjut haja ke sesi selanjutnya lah
Pembaca 1 :tapi sabalum itu kita iklan haja gin hulu lah, jangan kamana-mana tetap di acara
Pembaca :PALUI SEDUNIA !!
(Crew masuk untuk memberi pengarahan)

Pembaca 2 :iyaaa,,, kembali lagi bersama kami dalam acara..
Pembaca :PALUI SEDUNIA !!
Pembaca 1 :tadi para calon sudah menyampaikan visi misinya, gasan panonton nang ada di studio atau dirumah, lajui kirim smsnya gasan calon jagoan buhan pian barataan.
Pembaca 2 :kayapa amun kita mulai haja ke sesi selanjutnya, yaitu sesi unjuk kebolehan.
Pembaca 1: langsung haja gin, kita mulai matan palui belanda haja gin lah, palui belanda handak unjuk kebolehan napa jar?
Palui belanda:ikh handak berdansa nona, kawakah nona berdansa bersama ikh.
(palui belanda berdansa bersama salah satu pembaca)
Palui:beh babaya baigal tuh aku gin bisa (palui bagandut wan pembaca)
Pembaca 2;kita lanjut ke palui arab
Palui arab:(palui arab mempromosikan obat obatan kuatnya)
Palui :aku gin ada jua (palui manampaikan obat kuat)
Pembaca 1:selanjutnya palui jepang
Palui jepang:(palui jepang bela diri)
Palui:(palui bakuntau)
Pembaca 2:selanjutnya Paluiwati
Paluiwati :(paluiwati fashion show pakai topeng)
Palui :aku gin ada jua bisi topeng (palui bapantul)
Pembaca 2:selanjutnya palui banjar.
Palui:aku handak adu otak haja gin wan bubuhan nang batiga nih, kawa kada malawani aku?
Pembaca 2:aija sudah, jangan balalambat lagi, langsung haja, palui banjar, tunjukkan aksimu.
Palui: (palui memberikan pertanyaan mahalabio nang kada kawa dijawab palui belanda, palui arab, palui jepang wan Paluiwati)
Pembaca 1:dasar harat palui banjar ni lah, kdd nang sanggupnya malawani, tapuki tangan..
Pembaca 2 ;yaa,, samua calon sudah menunjukan kebolehannya, sekali lagi gasan penonton nang ada di studio atau dirumah lajui kirim sms dukungannya, satumat lagi votting akan kami tutup.
Pembaca 1 :yaa,, sebelum kita lanjut kesesi selanjutnya yaitu sesi pengumuman siapa nang jadi pemenangnya, kayapa kita iklan dahulu.
Pembaca 2 : aija, jangan kamana mana tetap di acara..
Pembaca :PALUI SEDUNIA !!
(crew masuk memberi pengarahan)
Pembaca 1 :iyaaa,,, kembali lagi dalam acara..
Pembaca : PALUI SEDUNIA !!
Pembaca 2 :nang kaya sudah kita bahas tadi sebelum iklan, kita sudah sampai di akhir acara yaitu pengumuman siapa pemenangnya dari acara PALUI SEDUNIA
Pembaca 1 :dalam hitungan ketiga votting akan kami tutup, 3, 2, 1. Yaa votting kami tutup
Pembaca 2 : baiklah, siapakah yang akan jadi pemenangnya?
Pembaca 1 :hasil votting membuktikan yang akan menjadi juaranya adalah....
(jreng jreng jreng jreng)
Pembaca :jangan kemana mana tetap di acara PALUI SEDUNIA.
(crew masuk memberi pengarahan)
Pembaca 2 :baiklah, langsung haja, siapakah nang jadi pemenangnya..
Pembaca :nang jadi pemenangnya adalah...
Pembaca :PALUI BANJAR !!!
(palui banjar himung)
(palui palsu amuk kada terima)
(palui palsu penyakit gilanya kambuh)
(lighting yang sebenarnya adalah dokter jiwa turun dan masuk kepanggung untung mengamankan para pasien yang gila)
(palui palsu dibawa keluar panggung)
Dokter:terimakasih palui lah, sudah hakun bekerjasama wan pihak rumah sakit jiwa, amun kadada ikam, bubuhan fans ikam nang jadi palui palsu tadi bisa hamuk mun kdd acara nang kayani. Buhannya tuh handak banar jadi ikam.
Palui:bah santai haja dok ai, ulun disini gasan mambantui pian haja.
(Palui dan dokter keluar)

(kembali ke kisah si kai)
Kai:nah cu paham jua kalo sudah lawan kisah tadi. Naahhh....guringan sakalinya cucuku sudah.
(Kai santai duduk sambil bapandir dan pajah pulang lampu)
(cucu 1,2 abut gara-gara lampu pajah)
Cucu 1:Kai napa maka kadap pulang?
Cucu 2:inggih napa maka kadap kai ulun tamimpi-mimpi sudah.
Kai:nahh ini ada kasalahan tiknis (batapuk tangan) nah nyala luku..haaan harat luku kai.
Cucu 1:hibat kai lih
Cucu 2:Supar banar pian kai lah
Kai:nah cu buhan pian nih paham haja kalo sudah lawan kisah tadi?
Cucu 1: paham bangat, ulun handak kaya palui supaya tarkanal
Kai:nahhh mantap to, pian cu napa nang di dapat dari kisah tadih?
Cucu 2:ulun handak jadi artis supaya pintar
Kai:bujur banar jar buhan pian badua nih artinya paham haja lawan kisah tadi, nang pasti cucu kai nang bungas langkar, bauntung, batuah, baiman’ae kita kada usah handak bahihimat lawan budaya urang lawan budaya kita saurang gin kawa haja tarkanal kaya si palui tih cuntuhnya. Lawan jua budaya urang tuh amun tantu baik. Paham kalo?  
Cucu 1:paham kai’ae. Ulun handak tarkanal ti pang sudah.
Cucu 2:sangat paham kai. Ulun siap banar sudah jadi artis kaya palui!
Kai:ayuha cu’ae, ingati jua sakulah babujur pintarlah nyaman baringking. lakasi ha guringan gin. Kna malandau isuk.
(Cucu 1,2 kakamar guringan)
(Kai menggurunum kaingatan si palui)
Kai:ya Allah kayapa jua habar si palui nih lah?
Palui:assalamuailaikum..mak? iyalah ngini tulamak? Asa lain nah?
Kai:iya banar aku tulamak, ay ikam Siapa? palui kah? Subhanallah lui, lawasnya aku kada malihat ikam lui? Pina anum ikam masih lui lah?
Palui:heeh aku kakaini pang lui ae. Bujur haja aku nih umur tuha, tapi masih kalihatan anum, maraga aku nih rancak dipandirakan urang, dikisahakan urang, bila jar urang aku nih masih bujang, ya bujang aku nih, jar urang kakanak ya jadi kakanak aku nih. Intinya masih banyak haja tu nah nang malastariakan kisah aku nih. Makanya aku abadi nang kayani
Kai :subhanallah, ya am lui ai, bauntung banar jadi kaya ikam nih masih banyak nang ingat sampai sampai kisah ikam nih abadi, mun aku ya kakaya ini pang jua sasain tuha lui ai.
Palui :kada papa mak ai, aku batarimakasih banar jua wan ikam karna ikam ni pang nang mangisahakan aku kalawan anak cucu ikam. Tarimakasih banar mak ai.

(TAMAT)

Kamis, 30 Juni 2016

Imam (Japin Carita)

Naskah Teater Tradisi Japin Carita
IMAM
Karya : Faisal Refki
11/06/2016




Tokoh Karakter :
Imam
Diyah
Hadran
Mama
Abah









BABAK I
ABAH & MAMA MASUK
Abah   :           umanya, umur ikam barapa dah wayahini
Mama :           ay, kanapa maka pian manakuni umur ulun abahnya
Abah   :           kada papa ai, handak tahu banarai kalo ai masih kawa baulah anak
Mama :           bah jua abahnya nih, kasian jangan lagi abahnya ai, saikung haja gin cukup, umur ulun nih sudah kapala 5 abahnya ai
Abah   :           nah aku handak batakun wan ikam umanya lah
Mama :           batakun napa tadih abahnya?
Abah :            di umur ikam nang sudah kapala 5 nih, ikam adalah suah kapikiran handak jadi nini? Atau manimang cucu?
Mama :           handak banar abahnya ai, makany am anak kita tuh sadang sudah dikawinakan abahnya ai
Abah :            sama baarti kita, anak kita tuh sudah lulus kuliah, bungas, alim ha pulang, iya tu kada payu-payu jua lagi
Mama :           hadang abahnya lah, anak kita tuh payu haja sabujurannya, tapi sadarlah abahnya?
Abah   :           sadar kanapa umanya? Ada salah kah aku?
Mama :           pian sadarlah kada mambolehi anak kita tuh bapacaran, kaya apa handak payu inya
Abah :            nah ikam nih, aku kada mambolehi inya pacaran karena dalam islam kadada istilah pacaran tuh, nang ada taaruf haja langsung kawin
Mama :           bujur jar pian tuh abahnya ai, tai kaya ini nah abahnya, pinanya anak kita tuh ada baisian pacar pang sudah
Abah :            ay.. bujur-bujur ikam umanya, dimana ikam dapat habar?
Mama :           ulun rancak mandangar inya tuh bahapian dikamar pakai saying-sayang cinta-cinta, mami papi kaya itu nah abahnya ai
Abah :            ay bujuran kah? Napa maka kamimiyangan kaya itu, sadang dah dikawinakan, umanya, kiyau pang anak kita, suruh bahadap kasini
Mama :           hadang bah lah, (mangiyau anak) nak, kasini hulu satumat, abah handak bapandir
DIYAH MASUK
Diyah :            pun.. kanapa ma mangiyau ulun
Mama :           ni nah ada nang handak abah takunakan wan ikam
Diyah :            handak batakun nap apian bah?
Abah :                        nak, ikam miyang kah nak?
Diyah :            astaga, kanapa pian batakun kayaitu bah?
Abah :            kaya ini nah nak lah, ikam tahu lah dalam islam tuh kada boleh badusta wan kuitan?
Diyah :            inggih tahu ai ulun bah ai
Abah :            ikam tahu lah jua bahwa dalam islam tuh kada istilah pacaran?
Diyah :            inggih tahu bah ai
Abah :            nah jadi kaya ini nak lah, ikam jujur ja wan abah mama, ikam ada baisi pacar kah?
Diyah :            inggih ada bah ai
Abah :            astaghfirullah… maka ikam tahu nah bahwa dalam islam kada boleh pacaran, kanapa ikam pacaran?
Diyah :            tapi bah….
Abah :            sudah gin, abah lihat ikam nih cukup haja sudah umur, handaklah kawin nak?
Diyah :            lawan pacar ulun kah bah? Hakun banar bah ai
Abah :            pacar pacar !! abah handak malihat hulu kayapa garang barangnya, amun asa pantas haja abah kawinakan, amun inya wani suruh bahadap wan abah, suruh badatang.
Diyah :            Uma bah,, pian nih saini saitu, basasabar bah.
Abah :            pokoknya abah kada tahu, suruh badatang inya. Aija sudah, lakasi umanya kita guringan.
ABAH & MAMA KELUAR
Diyah :            (menelpon Imam) Assalamuallaikum, yang, pian hakun lah jadi laki ulun? Amun pian hakun, tadi abah manyuruh pian badatang, amun pian saying wan ulun pian pasti wani badatang wan kuitan ulun, amun pian kada dating ulun dikawinakan abah wan lakian lain kaina, hakun ai kalo yang, aija sudah yang ai lun handak guring hulu nah, assalamuallaikum.
DIYAH KELUAR
BABAK II
IMAM & HADRAN MASUK
Imam :            sanak, kulihat ikam nih gawian tiap hari bagana di mesjid tarus, ikam nih lain kaum kalo?
Hadran :         lain sanak ai, lain kaum, salahkah bilanya aku di mesjid tarus.
Imam :            kada pang, kulihat lah ikam nih urangnya gagah, alim ha pulang, tapi kadada baisi pacar, kayapa ikam nih sakit lalu barangnya
Hadran :         kadanya kaya itu pang sanak ai, aku dasar kada handak pacaran, dalam islam kadada istilah pacaran, adanya taaruf haja
Imam :            bah bahasa ikam kaya ustad ja lagi
Hadran :         amin ya Allah..
Imam :            oh hiih.. ada nang handak ku kisahakan wan ikam
Hadran :         kisah napa tadih?
Imam :            kaya ini nah, aku ni kam disuruh kuitan pacarku badatang, aku nih bingung nah harus kaya apa
Hadran :         ai untungnya, baarti tu lampu hijau gasan ikam, siap siap kawin ai lagi ikam sanak ai
Imam :            kadanya kaya itu pang, aku nih kada siap lagi, masih handak baramian, duit ja aku kadada, handak kumakani napa kaina anak biniku
Hadran :         baramian ha diarak, umur tuha sudah, amun masalah razaki tu ikam kada usah takutan, ada haja tuhan, dangari lah, jar Allah “dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang diantara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui” (QS. An-Nur [24] : 32). Jadi ikam jangan takutan kawin sanak ai, ada haja razakinya.
Imam :            iyalah sanak, mun kaya itu doakan haja aku lah, isuk aku handak badatang wadah Diyah, mudahan lancer haja.
Hadran :         amin…
Imam :            aija sudah, sadang kita bulikan
IMAM & HADRAN KELUAR
BABAK III
MAMA, ABAH & DIYAH MASUK
Abah :            diyah, sudah ikam padahi lah wan pacar ikam apa jar abah samalam?
Diyah :            inggih sudah bah ai, hari ini inya handak badatang jar
Abah :            bagus am mun kaya itu, abah handak malihat urangnya hulu
IMAM MASUK
Imam :            (masuk tanpa salam) paman, acil (salim)
Mama :           duduk hula nak lah, acil handak maulahakan banyu
Imam :            kada usah cil ai
Abah :            hiih kada usah diulahakan banyu, ey,, ikam muslim kah kada?
Imam :            muslim paman ai
Abah :            ikam muslim kanapa masuk tadi kada baucap salam. Diyah, ini kah jar ikam pacar ikam tuh?
Diyah :            inggih bah ai
Abah :            hakunnya ikam wan inya nih. (mamandiri Imam) eyy,, siapa ngaran ikam maka wani mamacari anak ku?
Imam :            ngaran ulun Imam paman ai
Abah :            imam, ngaran ikam Imam kanapa maka babunil-bunil tuh, ikam nih lakian kah binian?
Imam :            ulun lakian paman ai
Abah :            manjawab tarus nginih, ngaran ikam Imam kalo? Ikam bias jadi Imam lah?
Imam :            maaf ulun kada bias
Abah :            astaga, bias mangaji lah?
Imam :            kada tapi bias paman ai
Abah :            sumbahnyang pang bias lah?
Imam :            bias ai paman ai sadikit sadikit
Abah :            gawian ikam napa nih maka wani badatang wan anakku?
Imam :            ulun kada baisian gawian lagi paman ai
Abah :            ikam nih kada baisi gawian, apa-apa kada bias, handak jadi minantu ku lah kaya itu, kada bataha ku hakun. (mamandiri Diyah) ey diyah, abah kada satuju mun ikam kawin wan inya nih, handak jadi napa kaina ikam mun hidup wan inya. Suruh inya bulik !!
Imam :            inggih, ulun bulik hulu paman lah, cil lah, Diyah lah.
(Imam handak bulik didatangi Diyah wan Mamanya)
Diyah :            yang, maaf yang lah, abah tu dasar karas urangnya, pian hakun ai kalo barubag gasan ulum yang, bila pian sudah jadi baik lajui badatang pulang yang lah
Mama :           nak, sabar nak lah, ayuha nak ai mudahan juduh haja buhan ikam nah ai.
Imam :            inggih ayuja, mun kaya itu ulun bulik hulu cil lah, assalamuallaikum
Mama & Diyah : waallaikumsalam
IMAM KELUAR
Diyah :            bah.. pian nih talalu banar baucap kaya itu, talalu !!
DIYAH KELUAR
Abah :            biarja situ, aku kada paduli, bilanya aku kada katuju ya kada tu pang dah.
Mama :           aija sudah, sdang dah abahnya ai istirahat
MAMA & ABAH KELUAR
BABAK IV
IMAM MASUK
Imam :            (pusang) (manalipun Hadran) Hadran, ikam dimana? Aur kah? Kawa lah mandatangi aku di tempat biasa, aku handak bakisah, eh lajui lah kaina aku sawat bunuh diri
HADRAN MASUK
Hadran :         Assalamuallaikum, kanapa sanak pina pusah nih sampai handak bunuh diri, bakisah pang jar
Imam :            ikam tahu lah, tadi aku hanyar imbah matan rumah Diyah badatang
Hadran :         wess,, imbah tu pang kayapa kisahnya, ditarima ai kalo leh
Imam :            muha ikam, mun aku ditarima kada bataha aku pusang kaya ini, ikam tahukah aku di usir ulih abahnya Diyah, jar sidin, sidn kada hakun baisi minantu nang kaya nang kada bias apa-apa nih
Hadran :         hadang, aku handak batakun wan ikam, manurut ikam Diyah tuh binian baik kah kada?
Imam :            jelas ai baik
Hadran :         mbah tu pang menurut ikam, ikam nih sudah baik lah, sudah pantas lah lawan Diyah nang baik tuh ?
Imam :            kada pang pinanya
Hadran :         nah dangari lah sanak lah, jar tuhan binian nang baik tuh gasan lakian nang baik jua, wan lakian nang baik gasan binian nang baik jua, mun ikam handak dapat juduh nang baik perbaiki hulu diri ikam tuh
Imam :            kayapa caranya sanak?
Hadran :         ya ubah ai penampilan ikam nang babunil-bunil nih, hidup sesuai ajaran islam
Imam :            tapi aku kada bias mangaji sagalaan
Hadran :         mun ikam handak balajar, aku hakun haja malajari
Imam :            ayuha mun kaya itu gasan mandapatakan Diyah aku hakun haja barubah
Hadran :         Alhamdulillah,, lakasi iringi aku
Imam :            kamana?
Hadran :         ayuha iringi ja hulu..
HADRAN & IMAM KELUAR
BABAK V
DIYAH MASUK
Diyah :            (menelpon Imam) Assalamuallaikum, Imam, pian dimana? Kita kawa batamu kah hari ini, ada nang handak ulun sampaikan, datangi ulun di tempat biasa lah, ulun hadangi, Assalamuallaikum
IMAM MASUK
Imam :            Assalamuallaikum
Diyah :            waallaikumsalam, Imam kah nih? Subhanallah
Imam :            inggih ni aku yang ai, kayapa menurut ikam?
Diyah :            Alhamdulillah pian sudah barubah..
Imam :            iy am nah, gasan ikam pang nah, mudahan ai abah ikam hakun manarima aku
Diyah :            (tersenyum) kanapa pian kada matan dahulu haja barubah kaya ini gasan ulun, jaka matan dahulu sudah am kita kawin
Imam :            hehee,, tanang ja yang ai, aku pasti nikahi ikam, aku pasti badatang wan kuitan ikam yang ai
Diyah :            kada usah, pian sudah talambat ka ai
Imam :            maksud ikam talambat apanya?
Diyah :            (mengeluarkan undangan) minggu kaina ulun handak nikah ka ai, mudahan pian kawa datang. Maaf, abah mangawinakan ulun wan pilihan sidin, ulun kada kawa apa-apa, mahadang pian lambat banar, kamana haja pian, ulun uyuh mahadangi (nangis)
Imam :            tapi.. aku nih barubah gara-gara ikam, aku handak bujur-bujur wan ikam, teganya ikam wan aku
Diyah :            sudah gin ka ai, mudahan pian kawa manarima haja, mudahan pian dapat juduh nang jauh lebih baik daripada ulun, Assalamuallaikum
Imam :            Waallaikumsalam
DIYAH KELUAR
Imam :            (taduduk) ya Allah, salah napa pulang ulun, kanapa pian kada adil wan ulun, jar pian lakian nang baik gasan binian nang baik jua, tapi kanapa jadi kaya ini, ni kada adil tuhan ai..
HADRAN MASUK
Hadran :         astaghfirullah, istrigfar sanak, kanapa ikam maka kaya ini sanak
Imam :            tuhan kada adil, aku nih sudah bujuran barubah gasan Diyah, tapi Diyahnya handak kawin minggu ini, asa sia-sia aku kaya ini
Hadran :         cuba dangari aku, bahinu niat kita handak barubah tuh nang salah, amun niat ikam baniat tuh karna Allah taala, tuhan pasti memberikan ikam nang lebih baik sanak ai, sudah gin tarima haja, mungkin lain juduh ikam, binian masih banyak sanak ai,, selalu barprasangka nang baik lawan Allah.

SELESAI