Kamis, 17 November 2016

Dura

FAISAL REFKI (087/KSB UNLAM/V/13)
SINOPSIS
Anshari Saleh adalah putra dari Jahra Saleh, sultan Barbari. Saat masih muda ia dinikahkan dengan sepupunya yang bernama Siti Rahmat. Selapas kematian ibunya, Anshari Saleh naik tahta. Tidak lama kemuadian ia meninggalkan Barbari untuk keliling dunia tanpa mengajak istrinya dan menyerahkan kendali kesultanan kepada pamannya, Mansur. Akhirnya Anshari Saleh tiba di Ban, lalu jatuh cinta dengan putri Sultan Ban, Siti Rafiah. Keduanya pun menikah. Enam bulan kemudian, Anshari Saleh meninggalkan Ban bersama istrinya. Setibanya di Barbari, mereka disambut hangat. Siti Rahnat dan Siti Rafiah berkenalan dan menjalani hidup layaknya kakak adik. Anshari Saleh menghabiskan hari-harinya bersama kedua istrinya. Siti Rafiah pun segera hamil. Sayangnya, kebahagisaan mereka tak berlangsung lama. Sultan Palinggam menyerang tanpa membuat pernyataan perang untuk membalas kematian pamannya. Para penjaga dan penasihat dibantai, sedangkan Siti Rahmat dan Anshari Saleh ditawan. Siti Rafiah berhasil kabur. Enam bulan kemudian, Siti Rafiah bertemu seorang guru yang bernama Syekh Khidmatullah yang memberinya tempat berlindung.
Selepas melahirkan, Siti Rafiah memutuskan untuk membalas penahanan suaminya. Ia membiarkan putranya, Abdul Ghani, dibesarkan Syekh tersebut dan menyamar sebagai pria bernama DURA.

DURA
Jahra Saleh: putraku Anshari Saleh, sudah saatnya engkau memiliki seorang pasangan hidup, karena engkaulah calon pewaris tahta kerajaan Barbari ini, ibu sudah memiliki seorang calon istri untuk kamu, dia adalah Siti Rahmat sepupumu sendiri.
Anshari Saleh: Siti Rahmat? Apakah ibunda serius dengan apa yang ibunda ucapkan?
Jahra Saleh: kenapa tidak anakku? Dia adalah calon istri yang pantas untukmu.
Anshari Saleh: baiklah bunda, kalau itu yang bunda inginkan, tapi apakah dia (Siti rahmat) setuju dengan rencana ini?
Jahra Saleh: bagaimana Siti Rahmat? Apakah kamu setuju apabila anakku ini menjadi suamimu?
Siti Rahmat: ulun setuju bibi, lagipula ulun disini hanya hidup sendiri tanpa orang tua, seumpama ini benar adanya, ulun harap tuan Anshari bisa menjaga, membimbing serta mengayomi ulun.
Jahra Saleh: baiklah kalau begitu, saya akan mengutus para aparat kerajaan untuk melaksanakan acara pernikahan kalian secepatnya.
*Anshari Saleh dan Siti Rahmat akhirnya menikah, tidak lama setelah pernikahan keduanya, Ratu Jahra Saleh meninggal dunia dan Anshari Saleh sebagai pewaris tahta tunggal naik tahta*
Anshari Saleh: istriku Siti Rahmat, aku akan melakukan perjalanan keliling dunia untuk melakukan kunjungan antar kerajaan, kanda harap adinda bisa menjaga diri disini, untuk sementara kendali kerajaan kanda serahkan kepada paman Mansur.
Siti Rahmat: apa pian yakin? Kenapa pian tidak mengutus anak buah pian saja untuk melakukan kunjungan tersebut.
Anshari Saleh: hmm (tersenyum) begini istriku, kunjungan ini adalah kunjungan para pemimpin kerajaan, karena itulah kanda sendiri yang harus hadir disana.
Siti Rahmat: tapi,, kita kan baru menikah, bukankah ini merupakan masa-masanya pasangan suami istri untuk berbulan madu. Kalau pian pergi, ulun pasti sangat kesepian.
Anshari Saleh: (tersenyum sambil mencubit pipi istrinya) ah kau ini, aku pun inginnya begitu istriku, tapi mau bagaimana lagi, andai saja aku boleh tidak pergi, aku pasti memilih untuk tinggal bersama kamu di kerajaan ini istriku.
Siti Rahmat: tapi suamiku....
Anshari Saleh: (memotong) kamu jangan khawatir, aku tidak akan lama, kalaupun itu lama, aku pasti selalu memberi kabar kepadamu, aku pasti akan sangat merindukanmu disana.
Siti Rahmat: baiklah suamiku, ulun pasti sangat merindukanmu, jaga diri pian disana, semoga tidak terjadi apa-apa apabila pian sudah kembali kekerajaan ini lagi.
Anshari Saleh: baiklah istriku, kanda harus segera pergi, assalamuallaikum
Siti Rahmat: waallaikumsallam.
*Sultan Anshari Saleh meninggalkan kerajaan kemudian tiba di kerajaan Ban, setibanya di Ban, Sultan Anshari Saleh bertemu dengan seorang putri sultan Ban yang bernama Siti Rafiah*
Anshari Saleh: assalamuallaikum
Siti Rahmat: waallaikumsalam (membukakan pintu)
Anshari Saleh: dimanakah sultan Ban?
Siti Rahmat: tunggu sebentar biar saya panggilkan.
*sultan ban datang*
Sultan Ban: saudaraku Anshari Saleh dari kerajaan Barbari, selamat datang di kerajaan Ban, apa gerangan yang membuat engkau datang kemari wahai sultan Anshari saleh?
Anshari Saleh: begini sultan, sebenarnya kedatangan saya kesini ialah untuk silaturahmi agar hubungan kedua kerajaan tetap harmonis. Apa kabarmu wahai Sultan Ban?
Sultan Ban: Alhamdulillah, seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja.
Anshari Saleh: syukurlah, lalu, mana istrimu?
Sultan Ban: (tersenyum) hmm, dia sudah tiada, sudah hampir 2 tahun ini aku sendiri tanpa dia, dan aku hanya tinggal bersama putriku.
Anshari Saleh: oh,, maaf, aku turut berduka akan hal itu. Lalu, dimana putrimu itu?
*siti rafiah masuk mengantar minuman*
Sultan Ban: inilah dia putriku, namanya adalah Siti Rafiah. Putriku, perkernalkan, dia adalah sultan dari Barbari, nama beliau adalah Sultan Anshari Saleh.
*anshari saleh dan siti rafiah berkenalan*
*siti rafiah meninggalkan ruangan*
Anshari Saleh: dia begitu indah, cantik rupawan, lelaki mana yang bisa memalingkan pandangan dari wajahnya, sungguh wanita yang sempurna, sungguh beruntung sultan bisa memiliki seorang putri yang seindah ini, kalau sultan berkenan saya mau meminang putri Anda sebagai isrtiku.
Sultan Ban: saya merasa sangat terhormat mendengar engkau ingin meminang putri saya, siapa yang bisa menolak apabila anaknya dipinang oleh seorang sultan yang sangat tampan, gagah lagi bijaksana seperti engkau Sultan Anshari saleh. Untuk hal itu, sebaiknya kita bicarakan dulu sambil menikmati jamuan dari kami.
Anshari Saleh: baiklah kalau begitu.
*anshari saleh meminta izin kepada sultan ban untuk meminta izin kepada istrinya*
Sultan ban: sultan anshari saleh, mengenai kainginan kau untuk meminang putriku aku sangat merasa terhormat, akan tetapi alangkah baiknya engkau meminta izin dulu kepada istrimu, karena engkau sudah beristri, tidak enak hati apabila engkau menikah tanpa meminta izin terhadap istrimu, lagipula dalam hukum ajaran islam memang begitu sebaiknya.
Anshari saleh: baiklah kalau begitu sultan, aku akan pulang untuk meminta izin kepada istriku, dan apabila saya tidak kembali ke kerajaan ban dalam waktu 1 bulan, berarti ada kemungkinan saya tidak mendapatkan izin dari istri saya.
Sultan ban: baiklah kalau begitu, semoga engkau mendapatkan keputusan yang terbaik.
*akhirnya Sultan Anshari Saleh menikah dengan Siti Rafiah, enam bulan kemudian Sultan Anshari Saleh meninggalkan Ban bersama istrinya*
Anshari Saleh: Dinda, ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu. Tapi sebelum kau mendengar kanda ragu kau bisa setuju. Dapatkah kau menjawabnya tanpa kebohongan, dengan hati yang lapang, bukan cuma sekedar patuh menuruti perintah suamimu. Jika kau tidak berkenan katakan saja tidak.
Siti Rafiah: Baiklah kanda, ulun mengerti apa yang ingin pian katakan kepada ulun. Terlihat jelas di raut muka pian bahwa ada sesuatu yang mengganjal di pikiran pian. Tapi maaf... jika tak setuju apakah pian akan marah, tidak sayang lagi kepada ulun. Maaf... ulun tidak ingin membuat pian kecewa dengan kelakuan ulun.
Anshari Saleh: Begini Dinda, mau tidak mau kau harus setuju dengan kanda, walau cuma kali ini. batin kanda entah kenapa sungguh tidak tenang setelah kanda bermimpi bahwa langit runtuh dan bumi terbelah menjadi dua. Kanda tidak mengerti maksud dari mimpi itu, dan ketika kanda terus memikirkannya, kanda ingat kerajaan kanda di seberang sana. Kanda ingin pulang sejenak. Untuk mengecek keadaan di sana, kanda rindu kampung halaman.
Siti Rafiah: Maaf kanda, apakah harus pian kesana. Apakah mimpi itu yang menyebabkan pian sedikit stres akhir-akhir ini. ulun sayang kepada pian. Tapi maaf... ulun jelas tak mau ditinggalkan.
Anshari Saleh: Bukan itu masalahnya dindaku, cintaku, manisku... perasaan kanda benar-benar tak nyaman jika terus begini. Seperti  derita yang tiada akhir, Kanda ingin pulang walau cuma sejenak, Cuma itu yang kanda inginkan. Kanda merasa bersalah karena meninggalkan kerajaan terlalu lama
Siti Rafiah: Maaf kanda, jika ulun membuat pian tambah bersedih. tapi maaf, apakah cuma mimpi itu yang membuat pian gundah seperti ini?
Anshari Saleh: Ia dinda, kanda ingin kembali ke kerajaan kanda, menurut ahli tafsir mimpi, mimpi kanda itu menandakan suatu bahaya. kanda harus benar-benar pergi untuk kali ini dinda, coba ikhlaskan kanda sejenak.
Siti Rafiah: Maaf kanda, Sungguh ulun tidak ikhlas jika pian benar-benar pergi, ulun sangat mencintai pian. Apa yang harus ulun lakukan, ulun rela pergi dari kerajaan ini demi pian, bolehkah ulun ikut ke kerajaan pian?
Anshari Saleh: Baiklah kalau begitu, kalau dinda memang mau ikut bersama kanda ke kerajaan kanda, besok kita akan berangkat.
Siti Rafiah: Terima kasih Kanda. Terima kasih, ulun benar-benar bahagia hari ini
* setibanya di Barbari mereka disambut hangat*
Siti Rahmat: (gembira) selamat datang kembali suamiku, ulun sangat merindukan pian (memeluk sultan), apa pian baik-baik saja? Apa kabar pian?  pian terlihat sehat, syukurlah. Lalu siapa perempuan yang engkau bawa ini?
Anshari Saleh: aku juga sangat merindukanmu, alhamdulillah kanda baik-baik saja adinda. Mengenai perempuan ini, dia adalah putri dari sultan ban, siti rafiah namanya, dialah istri baruku.
Siti Rahmat: hmm,, (menghela napas) baiklah, semoga pian bisa menepati janji yang telah engkau bicarakan, ulun akan berusaha menerima dia (Siti Rafiah) sebagai istri baru pian, ulun juga harus bisa menerimanya walaupun itu sulit. Sebagai seorang pemimpin, pian harus bisa bijaksana terhadap istri-istri pian.
Anshari Saleh: benar apa katamu adinda, seorang suami yang baik harus bisa bijaksana, semoga kalian berdua juga bisa menjadi istri yang baik pula, dan semoga kalian bisa akur satu sama lain, karena kakanda tidak suka akan adanya perpecahan diantara kita.
Siti Rafiah: wahai tuan putri Siti Rahmat, semoga pian bisa menerima ulun sebagai istri dari suami pian, bimbinglah ulun dan tegurlah ulun apabila ada salah, semoga pian bisa menjadi kaka yang baik untuk ulun, mohon ampun dari ulun, adik baru pian ini (memeluk Siti Rahmat)
*Siti Rahmat dan Siti Rafiah pun berkenalan dan keduanya menjalani hidup layaknya kakak adik. Anshari Saleh menjalani hari-harinya dengan kedua istrinya. Siti Rafiah pun segera hamil. Sayangnya, kebahagiaan mereka tidak berjalan lama. Sultan Bahar Udin dari Palinggam menyerang tanpa membuat pernyataan perang untuk membalas kematian pamannya*
Anshari Saleh: apa-apaan ini? Apa yang engkau inginkan Bahar Udin?
Bahar Udin: aku datang kemari untuk membalaskan dendam kematian kakakku Safi yang telah tewas di medan pertempuran, sebaiknya engkau menyerah saja wahai Sultan Anshari saleh.
Anshari Saleh: (memanggil pengawal) pengawal,, pengawal,, tangkap orang itu !!
Bahar Udin: hahaa,, percuma kau memanggil pengawalmu Anshari saleh, karena seluruh aparat kerajaanmu sudah kami hancurkan, hanya tersisa kalian bertiga.
Anshari Saleh: pengecut kau Bahar Udin !!. engkau melakukan penyerangan tanpa membuat pernyataan perang terlebih dahulu, sungguh merupakan hal yang sangat tidak terpuji, menyerang disaaat keadaan musuhmu tidak siap, awas kau Bahar Udin !!!
Bahar Udin: ahhh,, diam kau Anshari saleh !!. panglima, tangkap mereka !!
Anshari Saleh: istriku, sebaiknya kalian pergi, aku akan berusaha melawan mereka sendiri, cepat !!!
Para Istri: baiklah suamiku
*Anshari Saleh mencoba melawan Bahar Udin beserta pengawalnya sendirian, namun apalah daya Bahar Udin dan pasukannya terlalu kuat, sedangkan Siti Rahmat dan Siti Rafiah mencoba kabur, tapi apalah daya tanpa sempat melarikan diri akhirnya Siti Rahmat berhasil ditangkap oleh para pengawal Bahar Udin, sedangkan Siti Rafiah Berhasil melarikan diri*
*didalam pelariannya, Siti Rafiah bertemu dengan seorang guru yang bernama Syekh Khidmatullah*
Syekh Khidmatullah: assalamuallaikum.
Siti Rafiah: waalaikumsalam.
Syekh Khidmatullah: mohon maaf, nampaknya kamu sedang sangat kelelahan, apa yang sedang terjadi dengan dirimu? Ditambah lagi kamu sedang hamil, dimana suamimu? Dan sedang apa kamu sendirian ditempat seperti ini?
Siti Rafiah: pian siapa?
Syekh Khidmatullah: orang-orang biasa memanggilku Syekh Khidmatullah, kamu belum menjawab pertanyaanku
Siti Rafiah: oh, mohon maaf tuan, ulun Siti Rafiah, ulun melarikan diri dari kerajaan karena kerajaan ulun sedang diserang, suami ulun berhasil ditangkap musuh, ulun tidak tau harus pergi kemana.
Syekh Khidmatullah: sungguh malang nasibmu, oh ya,, kalau saya boleh tau dari kerajaan mana engkau berasal?
Siti rafiah: kerajaan Barbari tuan, apakah pian pernah mendengarnya?
Syekh Khidmatullah: tentu, saya kenal dengan Jahra Saleh pemimpin kerajaan dulu, jangan-jangan kamu adalah istri dari anaknyan yang bernama Anshari Saleh yang sekarang menjabat sebagai sultan Barbari?
Siti Rafiah: benar sekali tuan, kalau begitu bolehkah ulun tinggal bersama pian sementara waktu?
Syekh Khidmatullah: dengan senang hati, sudah seharusnya menolong kerabatku yang berasal dari Barbari.
Siti Rafiah: terimakasih tuan.
*Akhirnya Siti Rafiah tinggal bersama Syekh Khidmatullah untuk belajar ilmu bela diri*
*bahar udin membuat sayembara*
Panglima perang: mohon maaf sultan, salah satu dari mereka berhasil...
Bahar udin: (memotong) ahhh,, diam kau, aku tidak mau tahu, cepat kau cari dia, aku tidak ingin ada satu pun keturunan dari ansahri saleh yang selamat, karena aku teringat ucapan mantan peramal kerajaan palinggam dulu, dia pernah berkata bahwa kerajaan palinggam akan hancur di tangan keturunan anshari saleh. Sekarang, cepat cari dia dan buat sayembara siapa pun yang berhasil menangkap dia hidup atau mati maka akan mendapatkan imbalan yang sangat besar.
Panglima perang: baiklah sultan.
Akhirnya Siti Rafiah melahirkan seorang putra yang diberi nama Abdul Ghani. Tujuh tahun berlalu akhirnya Siti Rafiah memutuskan berkelana untuk membebaskan suaminya, Abdul Ghani dititipkannya kepada Syekh Khidmatullah*
Siti Rafiah: tuan Syekh Khidmatullah, ulun ingin menitipkan putra ulun Abdul Ghani kepada pian, tolong jaga dia, ulun mau berkelana untuk membebaskan suami ulun yang ditawan oleh Bahar Udin, apabila ulun sudah berhasil membebaskan suami ulun, ulun akan kembali untuk menemui putra ulun. Terimakasih sudah membantu ulun dan mengajarkan ilmu bela diri.
Syekh Khidmatullah: baiklah kalau itu keinginanmu, jaga dirimu, gunakan ilmu beladirimu sebaik mungkin, aku akan menjaga putramu, pergilah Siti Rafiah, bebaskan suamimu.
Siti Rafiah: baiklah, ulun mohon pamit Syek Khidmatullah, assalamuallaikum
Syekh Khidmatullah: waallaikumsalam
*ditengah perjalanan Siti Rafiah bertemu sekelompok pria yang ingin memperkosanya, Siti Rafiah membunuh mereka lalu mengambil pakaian mereka. Setelah itu ia menyamar sebagai seorang pria bernama “Dura”*
Penjahat 1: boss.. bagaimana kita ini boss.. keungan kita semakin menipis boss..
Penjahat 2: diam kau, kau kira aku tidak memikirkan apa apa hah?
Penjahat 1: eee,, tapi boss..
Penjahat 2: tapi apa?
Penjahat 1: begini boss, saya baru saja mendengar kabar bahwa ada sebuah sayembara dari palinggam, katanya mereka sedang mencari seseorang, yang dimana siapapun yang berhasil menangkapnya hidup atau mati akan diberikan imbalan yang sangat besar boss..
Penjahat 2: sayembara? Imbalan? Yang benar saja kau ini?
Penjahat 1: benar sekali boss..
Penjahat 2: baiklah baiklah, kalau begitu mari kita mencari orang itu, bagaimanapun caranya kita harus menemukan orang itu.
Penjahat 1: siap boss,, (melihat siti rafiah dari kejauhan) bos bos,, nampaknya ada seseorang yang sedang kesini boss, nampaknya saya mengenalinya boss..
Penjahat 2:  mana mana?
Penjahat 1: itu bos,, oh iya, dia,, dia,, dialah orang yang ada di sayembara itu bos.
Penjahat 2: apa katamu? Kalau begitu ini artinya pucuk dicinta ulam pun tiba. Ayo kita bersiap siap, siapkan dirimu..
(Siti Rafiah lewat)
Penjahat 1:mau kemana kau nona, hehehe,,
Penjahat 2: bolehkah kita berbicara sebentar saja heh,, (mulai bertindak kurang ajar)
Siti Rafiah: apa yang kalian inginkan??
Penjahat 1: hahaaa,, sudahh,, jangan banyak tanya, menyerah saja, atau kau mau mati.
Siti Rafiah: jangan kurang ajar kalian (mencoba menghindari para penjahat)
Penjahat 2: heyy,, mau kemana kau nona (menangkap Siti Rafiah)
(Siti Rafiah membela diri dan terjadilah pertarungan, akhirnya para penjahat berhasil dilumpuhkan, lalu Siti Rafiah mengambil pakaian mereka untuk penyamaran)
*dalam penyamarannya sebagai Dura, ia bertemu dengan mantan peramal sultan Bahar Udin yang telah diusir, ia pun mencari informasi dari  mantan peramal tersebut*
Dura: mohon maaf, apakah anda mengetahui tentang Palinggam?
Mantan Peramal: tentu saja aku tahu akan itu, karena aku adalah mantan peramal sultan Bahar Udin. aku diusir dari kerajaan karena aku menentang keinginan beliau, Bahar Udin memang dikenal sebagai pemimpin yang kejam terhadap bawahannya
Dura: kalau begitu berarti pian juga tau tentang tawanan yang bernama Anshari Saleh?
Mantan Peramal: tentu, Anshari Saleh merupakan musuh Bahar Udin dari kerajaan Barbari, dia ditawan bersama istrinya yang bernama Siti Rahmat, mereka dipenjarakan jauh di dalam penjara bawah tanah tepat dibawah kerajaan Palinggam, tak seorangpun yang boleh bertemu dengannya kecuali sultan Bahar Udin sendiri dan orang-orang kepercayaannya. oh iya, anda siapa? Apa gerangan anda menanyakan tentang Palinggam dan Anshari Saleh?
Dura: nama ulun Dura, ulun berkelana dari desa ke desa untuk menemui kerabat ulun yang ada di Palinggam, tapi ulun tidak tau dimana Palinggam itu. Mengenai Anshari Saleh semua orang sudah tau tentang berita itu, dimana kerajaan besar yang bernama Barbari berhasil dikalahkan oleh Palinggam.
Mantan Peramal: baiklah kalau begitu, Palinggam berada tidak jauh dari sini, lurus saja kau kesana kau akan menemukannya, semoga kau tidak tersesat
Dura: baiklah kalau begitu, ulun hendak melanjutkan perjalanan ulun, terimakasih atas informasinya.
*berdasarkani informasi yang didapat dari mantan peramal, Dura menuju Palinggam untuk melakukan serangan secara diam-diam untuk membebaskan suaminya beserta Siti Rahmat*
*perbincangan antara sultan ban dan bahar udin*
Bahar udin: apa apaan ini? Apa urusanmu menyerang kerajaan ku secara diam diam tanpa membuat pernyataan perang terlebih dahulu wahai tua bangka?
Sultan ban: tentu aku mempunyai alasan kenapa aku menyerang kerajaan kau wahai bahar udin. Aku datang kemari tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membebaskan anak dan menantuku anshari saleh yang mana kau telah menyerang kerajaan barbari secara diam diam tanpa membuat pernyataan perang. Sekarang dimana anak dan menantuku?
Bahar udin: ooo.. jadi itu keinginanmu, baiklah, asal engkau tahu bahwa anakmu tidak ada disini
Sultan ban: ahh.. aku tidak percaya dengan kata-katamu bahar udin. Cepat serahkan mereka kepadaku.
Bahar udin: terserah kau percaya atau tidak, tapi kalau mau mereka kembali langkahi dulu mayatku.
Sultan ban: bedebah kau bahar udin.
Bahar udin: panglima, bungkam pria tua ini !!!
*dalam pertempuran sultan ban berhasil dikalahkan oleh panglima perang dan ingin dibunuh oleh bahar udin*
Dura: cukup...
Bahar udin: hey,, siapa kau?
Dura: kau tidak perlu tau bahar udin?
Bahar Udin: darimana kau tahu bahwa aku adalah Bahar Udin?
Dura: Siapa yang tidak tahu dirimu Bahar Udin seorang pemimpin yang terkenal kejam.
Bahar Udin: lancang sekali kau ini !! apa urusanmu datang kesini?
Dura: sekali lagi ku tegaskan, kau tidak perlu tau akan hal itu
Bahar Udin: badebah, siapa sebenarnya engkau ini? Panglima, bunuh orang itu !!
*Bahar Udin beserta panglimanya berusaha membunuh Dura, namun apalah daya, dengan ilmu beladiri yang dimiliki Dura, panglima beserta Bahar Udin berhasil dilumpuhkan dalam pertarungan tersebut*
Sultan ban: terimakasih tuan atas pertolonganmu, sebenarnya siapa gerangan tuan ini sebenarnya?
Dura: anda akan segera tahu siapa ulun  ini sebenarnya, tapi saya akan membebaskan menantu anda dan membawanya kepada anda, tunggu sebentar.
*dura datang membawa anshari saleh beserta siti rahmat*
Sultan ban: menantuku sultan anshari saleh, dimana putriku siti rafiah?
Anshari saleh: begini sultan, ketika bahar udin menyerang kerajaan barbari, siti rafiah berhasil meloloskan diri, dan sejak saat itu saya tidak tau lagi kabarnya. Maafkan saya sultan ban.
Sultan ban: hmm.. jadi begitu ceritanya, semoga saja dia selamat selama pelariannya. Oh iya, (berbicara kepada dura) terimakasih tuan atas bantuannya, sebenarnya siapa tua ini dan kenapa tuan membela kami?
Dura: kalian akan tau siapa saya dan kenapa saya membela kalian (melepaskan samarannya)
Anshari Saleh: Siti Rafiah,, istriku,, benarkah ini dirimu? (terkejut)
Siti Rafiah: iya suamiku, ini ulun Siti Rafiah istrimu..
Sultan ban: apa benar ini engkau wahai putriku, aku sungguh tidak percaya ini.
Siti rafiah: iya ayahanda ini saya putrimu siti rafiah.
Anshari Saleh: darimana engkau belajar ilmu beladiri seperti itu, lalu,,, dimana anak kita, dan bagaimana kabarnya?
Siti Rafiah: setelah ulun berhasil kabur, ulun ditolong oleh seorang guru yang bernama Syekh Khidmatullah, dialah yang mengajariku ilmu beladiri, sedangkan anak kita adalah seorang putra yang ulun beri nama Abdul Ghani, sekarang dia ulun titipkan kepada Syekh Khidmatullah, 2 tahun umurnya sekarang, dia anak yang baik lagi tampan seperti ayahnya. Dia pasti sangat senang apabila bertemu dengan ayahandanya.
Anshari Saleh: syukurlah, tak sabar rasanya ingin bertemu dengan putraku, mari ajak aku bertemu dengan dia.
Siti Rafiah: baiklah kakanda, mari kita segera menemuinya.
*Akhirnya Sultan Anshari Saleh, Siti Rahmat beserta Siti Rafiah bertemu dengan anaknya yang bernama Abdul Ghani, Abdul Ghani beserta Syekh Khidmatullah dibawa kekerajaan Barbari. Akhirnya Syekh Khidmatullah diangkat menjadi pemimpin keagamaan di kerajaan Barbari, setelah Sultan Anshari Saleh mangkat dari jabatan, Abdul Ghani lah yang melanjutkan tahta kekuasaan ayahnya*
TAMAT
Pembuat Naskah : Faisal Refki
Diadaftasi dari : Sjair Abdoel Moeloek (Raja Ali Haji : 1847) & Sair Tjerita Siti Akbari (Lie Kim Hok : 1884)
TOKOH :
Anshari Saleh
Siti Rafiah/Dura
Siti Rahmat
Jahra Saleh
Bahar Udin
Syekh Khidmatullah
Mantan Peramal
Panglima
Sultan Ban
Penjahat 1
Penjahat 2
SYAIR
#SINOPSIS
TERSEBUTLAH SEBUAH NAGRI
ADA PANG NAMA ITU BARBARI
ZAHRA SALEH PAMIMPIN NAGRI
ANSHARI SALEH PUTERA BASTARI
BUNDA ADA HAJAD PANG SATU
KAWINLAH PUTERA LAWAN SAPUPU
TUNTUNGLAH SUDAH KAHANDAK ITU
PULANGLAH BUNDA KA LAWAN NANG SATU
KADA PANG NYAMAN TAPAKSA HATI
PERGILAH RAJA KA LAIN NAGRI
TINGGALAH ISTRI SAORANG DIRI
BATAMULAH RAJA WAN SAORANG PUTRI
KADA PANG LAWAS SINGKAT CARITA
KAWINLAH RAJA WAN PUTERI BAGINDA
DIBAWALAH PUTERI KA NAGRI TERCINTA
RUHUY RAHAYU BARUMAH TANGGA
# PERNIKAHAN DI BARBARI (BABAK 2)
ANSHARI SALEH WAN SITI RAHMAT
BULAT SAKATA SUDAH SAPAKAT
JADI PANGANTIN SUPAYA BABARKAT
RUHUY RAHAYU SAMPAI KIAMAT
LIWAR PANG BUNGAS PANGANTIN NAGRI
SANGGAM PARUNA DUDUK BATATAI
DOA DIPANJAT PADA ILAHI
SAGAN PAMIMPIN NAGRI BARBARI
# IBUNDA MENINGGAL DI BARBARI (BABAK 3)
KADA PANG LAWAS HARI BAHAGIA
BUNDA DIPANGGIL OLEH NANG KUASA
ANSHARI SALEH PUTERA SAMATA
NAIK PANG TAHTA JADI LAH RAJA
# JATUH CINTA DI BAN (BERCENGKRAMA)
CANTIK RUPAWAN SITI RAFIAH
PARANGAI BUNGAS PANUH PANG KASIH
TAPIKAT HATI ANSHARI SALEH
MALUCUK BIBIT ASMARA KASIH
#TIBA DI BARBARI
SEPASANG HATI TIBA KA ASAL NAGRI
TEGARLAH HATI SEORANG PUTRI
SETIA HATI KA LAWAN SUAMI
RAKAT SARUKUN SI DUA PUTRI
#ENDING
HABISLAH KISAH RAJA PALINGGAM
NAGRI MANJADI AMAN WAN TENTRAM
SALAMAT SENTOSA SUDAH DI GENGGAM
HIDUP BAHAGIA SARABA SANGGAM
NAGRI BARBARI HIDUP BERJAYA
ANSHARI SALEH RAJA BAGINDA
ABDUL GHANI PUTERA MAHKOTA
SYEKH KHIDMATULLAH PAMUKA AGAMA

Kasih Putus Diluhuk Badangsanak

KASIH PUTUS DI LUHUK BADANGSANAK
Karya : Faisal Refki

(dikisahakan ada sebuah kerajaan nang bangaran Negara Dipa, Lambung Mangkurat yang mendapatkan wasiat dari ayahnya Empu Jatmika untuk mencari seorang raja yang dari hasil bertapa karena Empu Jatmika bukanlah keturunan seorang raja, oleh karena itu ia tidak boleh menjadi seorang raja. Empu Jatmika memiliki dua orang anak yang bernama Empu Mandastana dan Lambung Mangkurat, Empu Mandastana bertapa di daerah gunung sedangkan Lambung Mangkurat bertapa di daerah Sungai)
Lambung Mangkurat : (bertapa)
Putri Junjung Buih: Lambung Mangkurat, napa nang ikam ulah disini?
Lambung mangkurat: hamba mencari seorang raja gasan memerintah di kerajaan Negara Dipa
Putri Junjung Buih: Lambung Mangkurat, aku adalah raja puteri, Puteri Junjung Buih nang ikam cari
Lambung mnagkurat: amun kaya itu izinkan hamba memberikan candi sebagai istana gasan persembahan kepada tuan putri
Putri Junjung Buih: aku kada handak badiam dicandi ngintu karna disana suah diandaki patung nang buhan ikam berhalakan, aku handaknya ikam maulahakan mahligai, nang tihangnya diambil matan pohon batung batulis, wan jua salambar kain kuning nang panjangnya 7 hasta wan lebarnrnya 2 hasta nang harus ditenun oleh 40 orang gadis nang mana harus digawi dalam waktu satu hari.
(permintaan itu pun disanggupi oleh Lambung Mangkurat, dan singkat cerita Putri Junjung Buih diangkat sebagai raja dan bergelar Raja Putri Junjung Buih. Pada suatu hari Lambung Mangkurat datang menghadap Raja Putri untuk menyarankan Raja putri untuk memiliki pasangan)
Lambung mangkurat: mohon ampun paduka putri, apakah pian kada handak memiliki seorang suami
Putri Junjung Buih: aku hanya akan menikah lawan laki-laki nang diperoleh dari hasil bertapa

(dikisahkan Empu Mandastana mempunyai 2 anak kembar yang bernama Bambang Patmaraga & Bambang Sukmaraga yang mana ketampanan mereka sungguh luar biasa, banyak para gadis yang menginginkan mereka. Pada suatu hari Bambang Sukmaraga & Bambang Patmaraga bermain di bawah mahligai Putri dan pada saat itu Putri melihat mereka berdua dan menjatuhkan sekapur sirih dan sekaki bunga Nagasari sebagai tanda mata, pada saat bersamaan Lambung Mangkurat melihat kejadian itu dan menyuruh mereka berdua untuk meninggalkan mahligai Putri)
Lambung Mangkurat: napa nang buhan ikam perbuat di bawah mahligai putri? Mulai damini buhan ikam kada bulih lagi bamainan parak sini !

(melihat kejadian itu Lambung Mangkurat menduga kalua Putri Junjung Buih hendak mengawini salah satu dari mereka, Lambung Mangkurat pun tidak terima kalau hal itu harus terjadi, dia berpikiran kalau keponakannya menjadi suami daru Raja Putri maka ia akan tunduk dihadapan keponakannya sendiri. Akhirnya ia mengambil keputusan untuk menyingkirkan kedua keponakannya itu)
Lambung Mangkurat: aku kada tarima amun sawat Bambang Sukmaraga atau Bambang Fatmaraga jadi suami Raja putri, aku kada mungkin handak tunduk wan kaponakan ku saurang.

(dengan alasan mencari ikan bersama sama, Lambung Mangkurat mengajak kedua keponakannya untuk ikut, walau mereka berdua menduga ada udang dibalik batu yakni pamannya ada niat jahat terhadap mereka, namun mereka memutuskan untuk ikut, dengan mengiba hati mereka memohon dan menyatakan selamat berpisah kepada ayah dan ibundanya. Sebelum berangkat mereka menanam bunga yang akan menjadi tanda)
Bambang Sukmaraga: bilanya kambang nang kami tanam nih mati itu artinya kami sama nasibnya lawan kambang itu.

(akhirnya mereka berdua ikut dengan pamannya mencari ikan, dan ketika berada di tengah sungai terjadilah peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Lambung Mangkurat, mereka diceburkan ke sungai kemudian dipukul dengan menggunakan dayung. Lambung Mangkurat pun bingung karena jasad kedua keponakannya tidak juga muncul kepermukaan, dan sejak kejadian itu tempat itu dinamakan LUHUK BADANGSANAK)
Lambung Mangkurat: maafakan paman nak ai, paman tapaksa malakuakan Ini wan buhan pian

(Empu Mandastana yang juga ayah dari Sukmaraga dan Fatmaraga terkejut melihat bunga yang ditanam kedua anaknya mati, dengan diliputi kesedihan yang mendalam akhirnya Empu Mandastana dan istrinya bunuh diri dengan menancapkan Keris Parang Sari kebadannya)
Empu Mandastana: anakku Bambang Sukmaraga !! Bambang Fatmaraga…!!



16 Agustus 2016
Faisal Refki

Semoga Tidak Durhaka

Karya : Faisal Refki

SINOPSIS

Tradisi atau kebiasaan adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, maafkan kami tidak meneruskan tradisi atau kebiasaan itu, semoga kami tidak durhaka.






SEMOGA TIDAK DURHAKA

(Pemerintah sedang berdidkusi dengan kepala desa)
(pemerintah Keluar)
Kepala desa: bagaimana
Masyarakat: apa – kenapa – mengapa
Kepala desa: terakhir
Masyarakat: lalu – kapan – tapi
Kepala desa: layak
Masyarakat: sekarang – baiklah
(kepala desa keluar bereselisih dengan Damang)
Damang: apakah kalian setuju?
Masyarakat 1: tentu, kami terpaksa setuju karna kami tak mau lagi hidup yang tidak layak dan dikekang oleh aturan adat
Damang: apa yang akan kalian lakukan sekarang, apakah kalian akan meninggalkan tempat ini ?
Masyarakat 2: tentu saja tidak, kami akan bertahan disini, karna masa depan disini setelah pembangunan itu akan labih baik.
Damang: apakah kalian akan tetap mempertahankan adat kita ?
Masyarakat 3: mempertahankan adat? Kami bisa apa? Kami lelah akan itu semua, kami sudah tak bisa mempertahankannya karna hal itu tidak akan merubah kehidupan kami, apakah damang merasakan adanya perubahan setelah berpuluh puluh tahun tinggal dan mempertahankan adat ini? Tidak ada bukan? kita hanya jadi tontonan bagi orang lain, apa yang kita dapat dari mereka? Tidak ada !!
Masyarakat 4: dan juga generasi anak cucu kita sudah tak mau lagi menuruti garis keturunannya, karena mereka sudah mengenal bagaimana kehidupan diluar sana, mereka lebih tertarik dengan kehidupan modern dan serba instan diluar sana, jangan salahkan kami sebagai orang tua karna tidak bisa meneruskan tradisi adat kita kepada meraka. Mereka malu !!
Masyarakat 5: dan damang tentu ingat bagaimana aruh adat kita tidak lagi terlaksana setelah 10 tahun terakhir ini? Masyarakat kita semakin tidak perduli dengan adat istiadat kita karena mereka sudah sibuk mencari uang di luar sana. Karena mereka berpikiran untuk apa tetap bertahan di dalam hutan dan jauh dari perkembangan jaman.
Masyarakat 6: tanah kita memang kaya, memang indah, tapi apa yang kita dapat dari hasil tanah ini? Hanya untuk keperluan makan sehari-hari saja kan? kenapa kita hanya mendapatkan itu? Itu semua karna kebodohan dan tidak ada yang mau peduli dengan pendidikan kita, karna para pendidik yang ada diluar sana tidak mau datang jauh-jauh ke dalam hutan seperti ini.
Masyarakat: jangan salahkan kami, salahkan adat tradisi yang penuh aturan ini. (beberapa kali)
Damang: semoga kalian tidak durhaka (beberapa kali)
(damang keluar)
(masyarakat menari babangsai mengelilingi set ditengah)
(ajudan masuk dan menyeting set yang ada di tengah)
(setting selesai)
(masyarakat digiring keluar)
(istana sentris)
(ajudan kembali ke dalam panggung)
(pemerintah masuk)
Pimpinan: ajudan, buka pintu gerbang
(ajudan membuka gerbang lalu hormat)
Pimpinan: hmm,, akhirnya.. setelah melalui proses pembebasan lahan yg cukup rumit akhirnya kudapatkan juga izin itu, untung saja meraka tidak terlalu paham tentang masalah itu jadi saya dengan mudah bisa mendapatkannya hahaa… benar begitu wahai serketarisku?
Serketaris: benar sekali pimpinan
Pimpinan: apakah ada yang ingin kamu sampaikan? Bagaimana, apakah Kepala desa dan masyarakat akan hadir dalam acara ini?
Serketaris: sebelumnya saya ucapkan selamat atas pencapaian pimpinan. sebentar lagi kepala desa akan datang beserta masyarakatnya untuk menyaksikan peresemian bendungan kita ini pimpinan.
Pimpinan: bagus, tolong kamu jamu mereka dengan baik, hahaaa
(kepala desa beserta masyarakat masuk)
Kepala desa: terimaksih atas undangannya wahai pimpinan.
Pimpinan: sama-sama, silahkan kepala desa (menyuruh kembali ketempat)
Pimpinan: akhirnya tiba waktunya, saya tidak akan menggunakan Bahasa yang terlalu tinggi supaya kalian paham dan mengerti, terimakasih tuhan, terima kasih alam yang sangat kaya dan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang mau bekerjasama untuk memajukan dan mewujudkan cita-cita masyarakat pedalaman untuk hidup yang lebih layak lagi. Saya adalah (nama) sang pimpinan dalam proyek ini, saya adalah putra daerah sini, saya pernah bermimpi untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat disini, oleh karena itu saya bekerja keras, dan dengan adanya proyek bendungan ini semoga perekonomian dan perkembangan masyarakat disini meningkat.
Masyarakat: apakah desa kami akan dialiri listrik dan juga bagaimana jalan dari kota ke desa kami apakah akan diperbaiki?
Pimpinan: tentu saja, semua itu akan saya jamin, listrik akan masuk ke desa dan jalan akan kami perbaiki, bahkan saluran telepon akan kami pasang. Dan kalian jangan takut tidak punya pekerjaan setelah adanya proyek ini, kalian semua dijamin bekerja dengan saya, dengan gajih yang besar, kalian tak perlu lagi bertani untuk makan sehari-hari.
Pimpinan: apakah ada pertanyaan lain? Kalau tidak ada, maka pembangunan proyek bendungan ini saya nyatakan resmi dibuka
(tepuk tangan)
Pimpinan: saya ada sedikit rezeki untuk kalian semua, kemarilah (membagikan uang)
(pimpinan menghamburkan uang kepada masyarakat)
(masyarakat menari babangsai mengelilingi pimpinan)
(aparat pemerintah asik memoto kejadian itu)

SELESAI

8/9/2016 faisal refki