“NYANYIAN
PADI”
Karya : Ahmad Yamani
LAMPU FADE IN. PANGGUNG MENGGAMBARKAN
LADANG PERSAWAHAN SIANG HARI, PA ILHAM TERLIHAT SEDANG MENANAM PADI DI SAWAH
BERSAMA WARGA YANG LAIN. TERDAPAT PONDOKAN DI TEPIAN SAWAH TEMPAT
PERISTIRAHATAN PARA PETANI. MUSIK MENGALUN SUASANA PERSAWAHAN. TERDENGAR
LAMAT-LAMAT SUARA PA ILHAM MENYANYIKAN LAGU YANG TAK JELAS LIRIKNYA TERLIHAT
SANGAT KHUSYU’ SEPERTI MERASAKAN KENANGAN-KENANGAN YANG MAMPIR DI HATINYA.
SESEKALI BATUK.
ADEGAN I
Pa Amat : Baru mulai menanam hari ini pa
Ilham?
Pa Ilham : Kemarin badanku terasa meriang.
Pa Amat : Pantas saja Mira kemarin bolak-balik
ke warung beli obat, selalu buru-buru bila ditanya. Tidak diperiksa ke
puskesmas pa?
Pa Ilham : Cuman meriang biasa, obat warungan
saja sudah topcer!!
Andi : Iyaa, kan pa Ilham ini
selalu merasa sehat bila berada di sawah, bisa sakit kalau terlalu lama tidak
pergi ke sawah hahahaa
Pa Amat : Dasar JANGPUK ngawurr!!!!
Bujang : Jangpuk??
Pa Amat : Bujang Lapuk hahahaa
Bujang : Yeee, aku ini banyak yang
naksir, cuman aku nya saja yang tidak mau.
Pa Amat : Memang kamu maunya yang seperti
apa?
Bujang : ya jelas yang pintar, cantik,
dan baik hatinya. Hahaaa siapa tau bisa memperbaiki keturunan kan? (melirik pa Ilham)
Pa Amat : Tidak tahu diri, bujang item.
Sok-sokan mau pilih-pilih.
Bujang : Kan tidak ada larangan untuk
bermimpi.! (menimpuk pa Amat dengan tanah)
Pa Ilham : Hahaha… Sudah mat. Sudah jadi
merah muka nya si bujang karena kau ejek terus. Insyaallah bujang kau bisa dapat
jodoh seperti yang kau mau bila kau terus jadi orang yang baik.
Pa Amat : Mana bisa muka bujang itu jadi
merah, muka gelap begitu. hahahaa
Bujang : (Tak menghiraukan pa Amat)
Beneran pa Ilham?
Pa Amat : Iya.. tapi kalau tujuan kau itu
Mira, mana mau pa Ilham merestui. Hahahaa
Pa Ilham : (Tertawa)
Bujang : Nasiiiib ya nasiiiibbb, mengapa
begini.. (bernyanyi kesal)
DI TENGAH PERBINCANGAN, MIRA DATANG
MEMBAWAKAN MAKAN UNTUK PA ILHAM.
Mira : Pa, Mira bawa makanan, bapa
istirahat dulu.
Bujang : Oh pucuk di cinta ulam pun tiba
(kepada Mira) kau datang di waktu yang tepat, dikala abang sedang terhimpit dan
kehilangan kekuatan untuk memperjuangkanmu.
Pa Amat : (Menimpuk bujang) bikin malu!!
Bujang : Yeeee, biarin…
Mira : (Tertawa) Bang Bujang ada-ada
saja. Ayo pak!
Pa Ilham : Iya Mira..
Bujang : Oh Tuhan, tawanya….
Pa Ilham : Kamu mau ikut makan bersama
bujang? Pa Amat?
Bujang : Ma… (terputus oleh suara pa
Amat)
Pa Amat : Kami makan di sana pa Ilham, sekalian
ada yang ingin aku bicarakan sama Bujang
Pa Ilham : Serius bener mat hahaha. Aku
duluan ya?
Bujang : Dasar pengacau suasana!!!
Pa Amat : Ayo, ini lebih penting dari kisah
cintamu itu!!
Bujang : Iya.. Iyaaa
PA AMAT DAN BUJANG MENINGGALKAN
PANGGUNG. TERSISA PA ILHAM DAN MIRA DI PONDOKAN SAWAH. MIRA MENYIAPKAN MAKANAN.
Mira : Besok Mira libur sekolah
pa.. Persiapan ujian.
Pa Ilham : Mau ujian kok malah libur?
Mira : Iya… kan kami harus
mempersiapkan diri sebelum ujian dimulai katanya.
Pa Ilham : Waktunya bisa kamu pakai buat
belajar di rumah supaya waktu ujian nanti kamu sudah siap.
Mira : Mira mau bantu-bantu bapak
di sawah saja.
Pa Ilham : Tapi kamu kan harus….
Mira : Mira kan bisa sambil belajar
di sini.
Pa Ilham : Ya sudah kalau kamu mau… tapi
tetap belajar yang mesti dipentingkan. Kamu harus jadi orang pintar mir!
Mira : Siap komandan!!!
Pa Ilham : Kamu ini…. Rumah sudah kamu
bersihkan Mira?
Mira : Habis ini Mira pulang baru
beres-beres pa, sekalian piring-piring ini juga.
Pa Ilham : (menghabiskan makanan)
Mira : Kalau sudah selesai bapak
langsung pulang kerumah ya pa! bapak belum sembuh bener, harus banyak
istirahat! (memberaskan bekas makan)
Pa Ilham : Iyaa… kamu ini sudah seperti
dokter-dokter di rumah sakit saja hahaa
Mira : hahaaa… Mira pulang dulu pa?
MIRA
MENINGGALKAN PANGGUNG. PA ILHAM MELANJUTKAN MENANAM PADI. BUJANG DAN PA AMAT
MEMASUKI PANGGUNG.
Pa
Ilham : kusut benar mukamu,
jang. Seperti orang habis ketimpa masalah berat.
Bujang : (melirik Pa Amat)
Pa
Ilham : Yasudah... lebih baik
kamu lanjutkan pekerjaanmu itu, nanti tidak selesai-selesai.
Pa
Amat : Pa Ilham sudah tahu
tentang kabar perumahan itu, pa?
Pa
Ilham : oohh... kabar itu yang
tadi kalian bicarakan?
Pa Amat : Kabar tersebut sudah menjadi
pembicaraan hangat di kampung pa..
Bujang : Kalau misalkan perumahan itu
dibangun disini… saya akan jadi orang terdepen untuk menolak pembangun
tersebut. “Walaupun dengan darah dan air mata!!!”
Pa Amat : Memang kau berani bujang?
Bujang : Eh… pa Amat jangan meremehkan
saya!!! Enak saja mereka mau mengganti
ladang ini dengan rumah-rumah perusak itu!!!
Pa Amat : Katanya mereka berani membelinya
dengan harga yang mahal lho…..
Bujang : Ini bukan masalah uang pa!! Ini
masalah masa depan para petani seperti kita ini!!!! Atau jangan-jangan pa Amat
berniat untuk menjual tanah kepada mereka?? (menyelidik)
Pa Amat : Ehh… aku hanya menguji
keberanianmu yang membara-bara itu!!! Sekarang ini kalau masalah duit semua
orang pada menjadi buta!!!
Bujang : Saya tidak akan gentar pa!!
(menepuk-nepuk dada) Tapi bagaimana kalau mereka berhasil mendapatkannya??
Bagaimana jika tanah ini tidak lagi menjadi ladang padi? Lalu berapa tahun
kemudian hanya ada rumah-rumah besar yang padat? Yang berisik?... Oh Tuhan… aku
tidak sanggup menghadapinya….
Pa Amat : Huusysyyyy….
Pa Ilham : yang belum terjadi tak usah
terlalu dihawatirkan bujang!! Padi ini sudah menjadi bagian hidup para petani….
Berdoa saja hayalanmu itu tidak terjadi..
Pa Amat : Sebaiknya kau selesaikan
pekerjaanmu itu saja bujang daripada kau menghayal yang tidak-tidak!!
Bujang : Tapi,,, bagaimana jika itu
benar-benar terjadi pa Ilham?? Bapak tau sendiri terlalu banyak kenangan di
ladang ini…
Pa Ilham : (terdiam)
Pa Amat : (menimpuk bujang)
Bujang : (tersadar) Ehh… Maaf.. Maaf …
Pa Amat : Kau ini memang terlalu banyak
bicara Jang!!!
Pa Ilham : (mencoba menenangkan diri) Kau
tidak mau melanjutkan kuliahmu Bujang? Kamu ini masih muda, masih punya masa depan yang cerah.
Pa
Amat : si bujang ini memang
anak yang bodoh pa, makanya sulit pelajaran itu masuk di kepala nya. Waktu masih
sekolah biasanya saja sering bolos, sudah sering saya berpura-pura jadi orang
tuanya disuruh menemui gurunya di sekolah. Sampai hafal saya kelakuannya di
sekolah.
Bujang : (hanya diam)
Pa
Amat : Memang dia ini cocoknya
jadi buruh tani saja... cita-citanya itu sudah mentok jadi petani. Iyakan
bujang?
Bujang : (hanya diam)
Pa
Ilham : Tiba-tiba menjadi
pendiam kau bujang?
Pa
Amat : Kalau orang tua bicara
itu dijawab jangan diam saja!
Bujang : Bicara terus salah, diam juga
salah!! Dasar orang tua!!
Pa
Ilham : (tersenyum)
Pa
Amat : Kamu lebih baik banyak
bicara ternyata jang, dari pada diam saja malah jadi seperti tidak ada orang.
Bujang : Maksudnya?
Pa
Amat : Ya kamu gelap, ditambah
pendiam, seperti kayu pembatas lahan hahahaaa
Bujang : Tidak lucu!!!
Pa
Ilham : Sudah.. sudah... Jadi
kenapa kamu tidak melanjutkan kuliah mu itu bujang?
Bujang : Biaya nya mahal pa, mana ibu
sedang sakit-sakitan di rumah. Aku juga tidak terlalu pintar, jadi sia-sia saja
bayar mahal tapi tetap bodoh.
Pa
Ilham : Setidaknya kan ada yang
kamu dapat di masa-masa kuliahmu. Tapi yasudah lah, saya cuma mau bertanya.
Bagaimana sekarang kondisi ibumu?
Bujang : Ya begitulah pa, masih
sakit-sakitan. Tapi sekarang sudah agak mendingan.
Pa
Amat : Sudah sore pa Ilham, aku
pulang duluan ya pa?
Mau pulang bareng
pa?
Bujang : Tunggu aku pa!
Pa
Amat : Pa Ilham?
Pa
Ilham : Kalian duluan saja..
Bujang : Aku duluan pa Ilham.... eh, pa
mertua jangan terlalu lama pulang nya
Pa
Amat : (menimpuk bujang)
BUJANG DAN PA
AMAT MENINGGALKAN PANGGUNG. HARI SEMAKIN SORE, PA ILHAM BERSIAP UNTUK PULANG
KERUMAH. DI PONDOKAN SAWAH PA ILHAM MEMANDANGI LADANG PADI, MATANYA SEPERTI
MENERAWANG JAUH DAN MENIMBANG-NIMBANG SESUATU. LALU PERGI MENINGGALKAN
PANGGUNG.
BLACK
OUT.
ADEGAN
II
LAMPU FADE IN. PANGGUNG
MENGGAMBARKAN SUASANA PERSAWAHAN DI WAKTU PAGI.
PA ILHAM BERSAMA MIRA MEMASUKI PANGGUNG. MUSIK MENGALUNKAN IRAMA
PERSAWAHAN. TIDAK LAMA BUJANG MEMASUKI PANGGUNG.
Bujang : Eh ada Mira..
Mira : Iya bang Bujang.
(tersenyum)
Bujang : (berdiri terdiam memandangi
Mira)
Pa Ilham : ehm.. kau ke sini tidak hanya
untuk berdiri seperti patung seperti itu saja kan Bujang?
Bujang : ehh…. Hehee… naluri lelaki pa
Mira : (Tertawa)
Bujang : Iya.. iyaa.. maaf pa.
Pa Ilham : Mana Amat Bujang?
Bujang : ehh… tidak ke ladang pa,
katanya ada acara keluarga di kampung sebelah.
Pa Ilham : Kamu tidak ikut?
Bujang : Maksudnya?
Pa Ilham : Kan biasanya kamu yang paling suka
kalau ada acara syukuran, biar bisa makan gratis.
Bujang : Hehee.. (malu-malu)
Pa Ilham : (batuk-batuk)
Mira : Bapak sakit lagi?
Pa Ilham : Bapak tidak apa-apa Mir.
Mira : Kalau sakit, bapa istirahat
saja dulu.
Pa Ilham : Malah bapa jadi sakit kalau cuman
duduk-duduk saja
Mira : Jangan lupa diminum
obatnya.
Bujang : Siap bu dokter (berbisik)
Pa Ilham : Kamu sakit apa bujang??
Bujang : ehh… tidak apa-apa pa. heheee
Pa Ilham : (Batuknya semakin mengeras)
Bujang : Mira benar pa, sebaiknya pa
Ilham istirahat.
Pa Ilham : Tidak apa-apa… (batuk-batuk,
tubuhnya terjatuh)
Mira : Bapak!!
Bujang : Pa Ilham!!! (menggendong ke
pondok) mana obat nya mir?
Mira : Ini bang.. (meminumkan obat)
sudah Mira bilang tidak usah ke ladang dulu!!!
Pa Ilham : Bapak baik-baik saja mir, cuman
pusing sedikit saja..
Mira : Baik-baik saja bagaimana…
Pa Ilham : Bapak sudah tidak apa-apa… terima
kasih Bujang..
Bujang : (menatap pa Ilham lalu melamun)
Mira : Bang Bujang kenapa?
Bujang : ehh… tidak apa-apa mir.
Mira : Kok melamun begitu?
Pa Ilham : Bapakmu bujang?
Bujang : Hanya teringat saja pa.
Mira : Kenapa dengan bapak bang
Bujang?
Pa Ilham : (menatap Bujang)
Bujang : Bapakku juga dulu selalu ingin
pergi ke ladang, setiap kali datang kesini membuat hatinya merasa tenang.
Katanya, “ladang ini adalah hidup para petani, jiwa bagi para petani!! Menjadi
seorang petani itu harusnya menjadi seseorang yang kaya. Jiwa petani itu
layaknya batang padi yang bijaksana, hatinya seteguh barisan padi menghadap
metahari.” Hahaha… dia selalu suka menyebutkan kalimat itu.
Pa Ilham : Kau anak yang baik Bujang… aku
seperti sedang melihat bapakmu. (sesekali batuk)
Mira : (memandangi Bujang)
Bujang : Aku jadi malu kau pandangi
begitu, Mir..
Mira : Ehhh… aku baru tau cerita
tentang bapaknya bang Bujang.
Bujang : Makanya aku tidak akan menjual
tanah ini. Karena tanahku paling depan, jadi tidak perlu di cemaskan soal
perumahan itu… Kepala desa katanya juga tidak mengizinkan adanya pembangunan
itu.
Pa Ilham : (tersenyum)
Mira : Sebaiknya kita makan siang
dulu…. Bang Bujang sekalian makan di sini saja bang?
Bujang : Mana bisa aku menolak makan
denganmu Mir (berbisik)
Pa Ilham : Ehmm…
Mira : Kenapa bang?
Bujang : Hahaaa, tidak apa-apa… tidak penting
Mir.
Mira : Ya sudah… ini bang
(menyodorkan makanan)
Pa Ilham : Kamu sudah siap untuk ujian nanti
Mir? Jangan sampai urusan ini mengganggu sekolahmu.
Mira : Iya pa… Mira kan sudah
belajar tadi malam.
Pa Ilham : Nanti kamu mau kuliah dimana Mir??
(sesekali batuk)
Mira : Belum tau pa…
Bujang : Orang pintar seperti kamu ini
harus sekolah yang tinggi Mir. Kalau aku pintar sepertimu juga pasti akan
melanjutkan kuliahku. Yaaaa tapi karena aku ini bodoh, sia-sia saja sekolah
tinggi. Hahahahaa
Pa Ilham : Tidak ada orang yang bodoh Bujang!
Bujang : Kata pa Amat juga bilang…
Pa Ilham : Bilang kalau kamu bodoh?
Bujang : Iyaa…
Mira : Mungkin abang hanya kurang
pandai dalam bidang akademik… siapa tau abang pandai dalam hal yang lain.
Bujang : Iya dalam hal menanam sampai
memanen padi hahahahaa
Pa Ilham : di bilangin malah ngeyel…
Bujang : Sebenarnya bukan hanya itu….
Aku tidak bisa bayar biaya kuliah yang terlalu mahal itu… lebih baik uangnya
buat ibu berobat.
Pa Ilham : (terdiam sejenak memandangi padi)
Kalian tahu padi-padi ini sangat penting bagi sebagian petani? Bukan hanya
tentang padi-padi ini menjadi mata pencaharian warga di sini. Sebagian orang
memandang sawah ini adalah kenangan mereka, teman mereka, tempat mereka
menenangkan hati yang gelisah. Padi-padi itu adalah kekuatan bagi sebagian
petani. Seperti bapak yang merasa dekat dengan ibumu Mir. Memandang sawah ini,
bapak selalu ingat wajah ibumu, mengingat senyum lembutnya. (menarik nafas)
Mira dan
bujang : (menatap kesedihan pa Ilham)
Pa Ilham : Padi-padi ini juga banyak
mengajarkan betapa hidup itu begitu indah, begitu bijaksana. Hanya bagaimana
kita mampu untuk ikhlas menerima segala rintangannya. Seperti bapakmu dulu juga
Bujang… dia menerima segala kehidupan yang dijalaninya, memilih ibumu untuk
menerima pilihan bahwa dia harus meninggalkan jauh kampung halamannya. Harus
menerima kenyataan bahwa dia tak bisa menemui kakekmu di waktu-waktu
terakhirnya karena tak memiliki uang yang cukup. Aku begitu mengenal bapakmu.
Dia selalu datang ke sini untuk meneguhkan hatinya, menenangkan batinnya. Bahwa
kita harus selalu tegar,bahwa hidup bukan seberapa hebat kita, tapi seberapa
kita mampu untuk terus melangkah maju.
Bujang : Bapak memang orang yang tegar….
(menangis)
Pa Ilham : Kau anaknya Bujang….
Bujang :
(tertunduk)
Pa Ilham : Tapi padi-padi ini tak bisa
berjuang sendiri…
Mira : Maksud bapak?
Pa Ilham : (tersenyum) nanti kau akan tahu
sendiri maksudnya.
TIBA-TIBA PA
AMAT DATANG TERBURU-BURU. SAMBIL BERTERIAK DARI KEJAUHAN.
Pa Amat : Bujang!!!.. Bujang!!!! Ibumuu
Bujang!!!! (tersengal)
Bujang : Ibu??? Ada apa dengan ibu pa??
Pa Amat : Ibumu bujang… ibumu…. (tersengal)
Pa Ilham : Kau tenang dulu mat!!!
Pa Amat : Ibumu pingsan… teriak-teriak
dirumah… tetangga sebelah… ibumu tak sadarkan diri!!!
Bujang : Ibu?????? (langsung berlari
meninggalkan)
Pa Amat : Bujang!!! (mengejar Bujang)
Pa Ilham : Ayo Mir kita juga harus ke sana!!
Mira : (mengikuti pa Ilham)
(BLACK OUT)
ADEGAN III
PANGGUNG
MENGGAMBARKAN SUASANA PAGI HARI. PA ILHAM SENDIRI DI LADANG. BERBICARA SEPERTI
BERSAMA ISTRINYA. TERDENGAR LAMAT-LAMAT SUARA PA ILHAM
MENYANYIKAN LAGU TERLIHAT SANGAT KHUSYU’ SEPERTI MERASAKAN KENANGAN-KENANGAN
YANG MAMPIR DI HATINYA. SESEKALI BATUK.
TIBA-TIBA BUJANG MEMASUKI
PANGGUNG.
Pa Ilham : Bujang? Kau tidak di rumah sakit?
Bujang : (duduk di pondokan)
Pa Ilham : (menghampiri bujang) kau kelihatan
tidak sedang ingin menanam padi bujang?
Bujang : (taku-takut memandangi pa
Ilham)
Pa Ilham : Bicara saja bujang…
Bujang : Ibu harus di operasi pa. Kata
dokter terdapat tumor di bagian hatinya. Harus segera di angkat. (tertunduk)
Pa Ilham : Kalau begitu ibumu benar-benar
harus dioperasi bujang!
Bujang : Iya pa… tapi biayanya sangat
mahal…
Pa Ilham : (terdiam)
Bujang : Tadi orang yang ingin membeli
tanah ini menemuiku, dia menawarkan ingin membeli tanah ini, dan uang nya cukup
untuk biaya operasi ibu.
Pa Ilham : Tanah itu milikmu, jadi terserah
kau jika ingin menjualnya Bujang.
Bujang : (Terdiam lagi)
Pa Ilham : Kau tak perlu memikirkan orang tua
ini Bujang (tersenyum)
Bujang : Selain itu… (tersendat) selain
itu dia juga menawarkanku pekerjaan untuk mendapat uang tambahan buat menebus
segala keperluan obat dan untuk terapi kesehatan ibu.
Pa Ilham : (terdiam) baguslah… tapi kenapa
kamu malah tidak terlihat senang?
Bujang : Maukah …… maukah pa Ilham
menjual tanah milik bapak?
Pa Ilham : Maksudmu?
Bujang : Aku mohon pa? bapak
satu-satunya orang yang bisa menolong ibu… Ibu satu-satunya orang yang kupunya
pa. (menangis)
Pa Ilham : (terdiam sejenak) … Maafkan bapak
Bujang..
Bujang : Aku mohon pa…. Aku mohooonnn
(berlutut)
Pa Ilham : Jangan memaksaku Bujang…
Bujang : Apapun akan kulakukan untuk pa
Ilham, asalkan bapak mau menolong ibu…
Pa Ilham : Aku sebenarnya ingin menolongmu…
Tapi…
Bujang : Aku tidak ingin kehilangan ibu lagi
pa….
Pa Ilham : Aku tidak bisa meninggalkan tempat
ini bujang!!! Kau tak mengerti!!!
Bujang : (lunglai) yaaa… aku memang
tidak mengerti… aku ini memang bodoh… hanya orang miskin yang terlalu takut
kehilangan ibunya…. Aku hanya anak yang tak mampu menjalankan petuah almarhum
bapaknya…. Aku hanya anak yang telah mengecewakan orang tuanya… (menangis)
Pa Ilham : (terdiam)
Bujang : Aku hanya ingin ibu sembuh
pa…..
Pa Ilham : (tetap diam)
Bujang : Baiklah…. Kalau memang bapak
tidak mau menolongku… (melangkah gontai keluar panggung)
Pa Ilham : Bujang!!! ….. Maafkan bapak bujang
(pelan terdengar suaranya)
PA ILHAM DUDUK DI PONDOKAN SAWAH.
TAMPAK HATINYA BERSEDIH. MATANYA MENERAWANG JAUH KE MASA SILAM. TENTANG JANJI
KEPADA ISTRINYA. LALU MIRA DATANG.
Mira : (memeluk pa Ilham) Bujang
hanya bingung pa tentang kondisi ibunya…
Pa Ilham : (menatap dan memeluk Mira)
Mira : Mira ingin bekerja saja pa…
sudah cukup bapak bekerja keras… kalau memang tanah ini di jual kita bisa
mencari jalan lain. Mira bisa bekerja. Uang hasil penjualan tanah ini bisa kita
belikan tanah yang lain.
Pa Ilham : Kau harus sekolah Mir.. itu
permintaan almarhum ibumu… (menangis sesekali batuk) dia ingin sekali melihatmu
sekolah tinggi, jadi sarjana, dan mampu menjaga sesuatu yang mesti dijaga..
Mira : Kalau begitu Mira bisa
bekerja sambil melanjutkan sekolah seperti yang diinginkan ibu.. tapi bang
bujang perlu bantuan kita pa….
Pa Ilham : Sulit untuk bapak meninggalkan
tempat ini Mir…. Hanya tempat ini yang dapat membuat bapak terasa begitu dekat
dengan ibumu…. ketika bapak menunggu ibumu disini, ketika bapak meminang ibumu,
ketika kami kehilangan almarhum kakakmu di sini. (menangis)
Mira : (memeluk pa Ilham)
Bagaimana jika ibu ada di sini ya pa?
Pa Ilham : (bernyanyi lagu kesukaannya,
terasa hatinya semakin sesak) ….. Sebaiknya kau temui Bujang… dia perlu
seseorang untuk bercerita….
Mira : Tapi….
Pa Ilham : Bapak pengen menenangkan diri dulu
di sini bersama ibumu… kau lekas temui si Bujang.
Mira : (ragu-ragu meninggalkan
panggung)
Pa Ilham : Hidup terasa begitu pelik ya bu,
begitu sulit mempertahankan hati. Kadang kita ragu-ragu dalam melangkah….
(bernyanyi lagi hingga tertidur).
TIBA-TIBA PA ILHAM
TERBANGUN DARI TIDURNYA.
Pa Ilham : Ibu!!!!
BLACK OUT
ADEGAN IV
PANGGUNG MENGGAMBARKAN PROSES PENJUALAN
TANAH. TERLIHAT PENGUKURAN TANAH TERJADI DI LADANG. PA ILHAM, MIRA DUDUK DI
PONDOKAN. BUJANG DAN PA AMAT SEDANG MENGUKUR TANAH YANG INGIN DI JUAL.
Mira : (Memeluk pa Ilham) Mira ingin
bertemu ibu pak…
Pa Ilham : Kau anak yang baik Mira… Ibu pasti
bangga denganmu…
Mira : Ceritakan lagi bagaimana
ibu waktu itu, ketika mau melahirkanku pa!
Pa Ilham : Ibumu sedang duduk di pondokan
ini.. bapak hanya memandangi ibumu dari ladang… ibumu terlihat begitu cantik
sekali… tiba-tiba ibumu berteriak… bapak begitu terkejut melihat darah yang
mengalir di kaki ibumu…. bapak seperti orang yang paling kuat di dunia
mengangkat ibumu menuju rumah terdekat… dan pa Amat lah waktu itu yang
memanggilkan dukun beranak…..(matanya menerawang dan tersenyum) waktu itu wajah
ibumu…. (tersendat) waktu melihat kau begitu lucu….. (tersendat lagi)… wajahnya
seperti bercahaya… ketika itulah dia menyampaikan permintaannya…. Lalu …
(bibirnya bergetar)…ibumu menghembuskan nafas terakhirnya… (menangis sesekali
batuk)
Mira : Mira akan penuhi permintaan
ibu pa….
Pa Ilham : Kau mirip sekali dengan ibumu nak…
(tubuhnya melemah dan terjatuh)
Mira : Bapak???? Tolongg!!! Pa?
bapak kenapa??
Bujang : Pa Ilham?? (berlari) Kenapa pa
Ilham Mir?
Mira : Tidak tau bang… tiba-tiba
saja terjatuh (menagis)
Pa Amat : Pa Ilham?? Pa ??? Bujang siapkan
motormu kita bawa pa Ilham ke rumah sakit!!!
Bujang : eehhh… ehhhhh….
Pa Amat : cepat Bujang!!!!!
Bujang : ehhh.. iyaa pa.. iyaaaaa…
(berlari)
Pa Ilham : Mira…. Anakku…
Mira : Iya pa… sudah.. bapak jangan
bicara dulu…
Pa Ilham : Ti…dak us..ah.. ke ru..mah..
sak..it
Mira : Bapak harus di bawa ke
rumah sakit!! (terisak)
Pa Ilham : Tidak usah… ada yang ingin bapak
sampaikan padamu….
Mira : (menangis)
Pa Ilham : Kau harus melanjutkan sekolahmu
nak… jadi anak yang pintar….
Mira : Iya pak…
Pa Ilham : Padi-padi ini tak bisa berjuang
sendiri…
Mira : (menangis)
Pa Ilham : Bapak dan Ibu bangga padamu….
: Ibu mu terlihat cantik sekarang nak..
sama seperti kamu….
: (mengusap air mata Mira) Jangan menangis…
(menghembuskan nafas terakhir)
Mira : Bapaaaaaakkkkkk!!!!!!!!!
Bangun pa!! Banguuunn!!! (menangis)
Pa Amat : (memandang prihatin)
BUJANG MEMASUKI PANGGUNG
Bujang : Ada apa?? Mira?? Pa Amat?
Pa Amat : Pa Ilham….
Bujang : Pa Ilham kenapa pa? (mendesak)
Pa Amat : Pa Ilham meninggal bujang….
Bujang : (gontai mendekati pa Ilham) pa
Ilham?? pa?? bangun pa?? Maafkan aku pa… Maafkan aku…. (mendekati Mira) maafkan
aku Mir… tak seharusnya aku….
Mira : Abang…. (terisak)
Bujang : yang sabar Mira (menangis).
MUSIK MENGALUN SEDIH.
BLACK OUT.
(ENDING)
Banjarmasin,
22 November 2017