MONOLOG DI BALIK PINTU
Karya: Ahmad
Yamani
PANGGUNG MENGGAMBARKAN
SUASANA PENUH DENGAN PERNAK-PERNIK PERAYAAN SEBUAH ACARA. TERDAPAT BEBERAPA FOTO TERGANTUNG DAN
LILIN-LILIN YANG MENYALA. WAKTU MENUNJUKKAN MALAM HARI DENGAN IRINGAN MUSIK
YANG ROMANTIS. SEORANG WANITA PARUH BAYA TERLIHAT SEDANG DUDUK DI KURSI
MENGHADAP MEJA YANG PENUH DENGAN KUE, LILIN-LILIN DAN SATU FOTO DENGAN FIGURA.
DI SEBELAHNYA TERDAPAT KURSI KOSONG SALING BERHADAPAN DENGAN WANITA PARUH BAYA
TERSEBUT. TIBA-TIBA TERDENGAR BUNYI ALARM HINGGA MENGEJUTKAN SOSOK WANITA YANG
SEDANG TERTIDUR.
Astaga…… bodohnya aku
jadi sampai ketiduran. Bagaimana jika dia datang dan aku masih saja ketiduran.
Bisa-bisa acara ini gagal total. Aku tidak mungkin melewatkan momen bahagia
ini. (WANITA ITU MENYALAKAN LILIN YANG SUDAH PADAM DAN MEMERIKSA KEMBALI
SELURUH RUANGAN). Aduh….. Kenapa jadi berantakan seperti ini..... Ini pasti
ulah sikucing nakal itu !!!! Awas kau yaa… Jatah makan mu akan dikurangi selama
satu minggu!! (BERTERIAK) Seenaknya saja menghancurkan sesuatu yang sudah
kupersiapkan sejak lama. (WANITA ITU MELIHAT CERMIN DAN MENGAMATI DIRINYA).
Aduuuh…..ini juga kenapa jadi berantakan seperti ini… Dasar wanita tua!!!
(TERINGAT SESUATU) Menjadi tua juga membuatku lupa bagaimana caranya berdandan (MENDENGUS KESAL)
Ahhhh….. Tidak…. Tidak akan ku biarkan wajah tua ini merusak kebahagiaan malam
ini… Aku harus berdandan!!! (MENGOBRAK-ABRIK PAKAIANNYA DALAM LEMARI)
Ah…..Tidak…. ini terlalu kentat. (MENGAMBIL LAGI BAJU YANG LAIN) Ahhh… Ini
baguss.. tapi malah terlalu longgar. (MENGAMBIL LAGI BAJU YANG LAIN). Yang ini
terlalu jadul…Bisa-bisa dia tertawa melihatku seperti ini “Inikan sudah jaman
modern, bukan jamannya Elvy Sukaesih lagi” (MENDENGUS KESAL). Apakah selalu
sesulit ini bagi wanita tua sepertiku untuk tampil cantik ?
(SETELAH SELESAI DENGAN PAKAIANNYA WANITA
TADI DUDUK DI KURSI MAKE-UP NYA. MATANYA MEMANDANGI KERIPUT DIWAJAHNYA SAMBIL
MENGELUHKAN USIANYA YANG SUDAH TUA).
Lihatlah wajah ini !!!
Begitu kendor… entah sudah berapa lama tak diurus… (TANGANNYA MERABA-RABA
MENGAMBIL DAN MENGUSAP-USAP WAJAHNYA).
Benda-benda ini ternyata lebih sulit
digunakan dibandingkan bumbu-bumbu yang ada di dapur. Jika bukan karena hari
spesialnya akan kubuang saja kalian ke tong sampah!!!
(SOSOK WANITA DUDUK KEMBALI DI KURSINYA
MEMANDANGI JAM DAN MELIRIK PINTU DI DEPANNYA. MENUNGGU SESEORANG DATANG DI
BALIK PINTU).
Hari ini… tepat pada
tanggal 27 Maret kebahagiaan itu lahir. Dari seluruh waktu dia datang membawa
segala harapan untuk hari-hari esok. Tidak ada hari yang lebih indah ketika
seorang wanita dikaruniai seorang anak. Yang seketika menjadikanku seorang ibu.
Juga tidak ada kebahagiaan lain dari seorang ibu ketika melihat kebahagiaan
diwajah anaknya. Berpuluh-puluh tahun aku menjadi seorang ibu melihat ia menjadi
seseorang yang dewasa dan begitu hebat. Di balik pintu itu ia akan datang
dengan setumpuk kisahnya. Dan di tempat ini juga aku akan mendengarkan ia
bercerita panjang lebar tentang senang dan sedih perjalanannya. Di balik pintu
itu, adalah hadiah bagi wanita tua ini dan juga akan kuberikan hadiah seluruh
kasih sayangku padanya setelah lelah mengukir kisah-kisah perjalanan yang
hebat. Sebelum akhirnya kepadanya bersinggah wanita yang akan menggantikan
pundakku.
(TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA KETUKAN PINTU)
Oh Tuhan.. dia datang
(TERGUGU-GUGU) tunggu sebentar (BERTERIAK) Ya Tuhan, tiba-tiba sekarang aku
menjadi gugup. Kaki terasa lemas tak bisa kubendung lagi rasa bahagiaku.
Seperti rasanya kau kirimkan ia pertama kali untukku. (TERDENGAR LAGI KETUKAN
PINTU) Tunggu…. Sebentar… (BERGEGAS, SESEKALI MELIHAT KECERMIN MEMASTIKAN DIRI
MENGATUR NAFASNYA YANG TERSENGAL KEMUDIAN MEMBUKA PINTU) Siapa kau? Maaf.. aku
sedang tidak menerima tamu malam ini.. kalau ada keperluan bisa datang besok
saja!! Sekali lagi saya minta maaf dan tolong… hari ini saya ingin merayakan
hari yang istimewa bagi saya dan anak saya jadi untuk hari ini saja saya tidak
ingin diganggu!!! Sudah kukatakan aku tidak menerima tamu!!! (MEMBANTING PINTU)
Dasar tidak ada kerjaan… Malam-malam begini seenaknya saja mengetuk rumah
orang. (PERASAANNYA BEGITU KESAL. SESEKALI MELIRIK JARUM JAM. TANGANNYA
SESEKALI MEMEGANGI HANDPHONE BERNIAT UNTUK MENENELPON NAMUN SELALU GAGAL)
Dimana sekarang kau nak??
Aku tidak sabar ingin mendengar cerita-cerita hebatmu… Kau memang anak yang
mengagumkan… (MATANYA MENERAWANG JAUH KE MASA SILAM) Seperti rasanya baru
kemarin kau merengek meminta susu (TERTAWA KECIL) Apa kau ingat ketika waktu
itu kau berlari memelukku… padahal baru ibu tinggal beberapa saat saja…Kau tahu
setiap aku sendiri, aku selalu mengingatnya… agar aku tidak merasa kesepian…
rasanya selalu ada kau di sini... oh iyaa… betapa menggemaskannya dulu waktu
kau menangis hanya karena luka yang sangat kecil... (DI MATANYA TERLIHAT
KESEDIHAN YANG DALAM) Kau pasti jadi anak yang tangguh sekarang. Aku mendengar
orang-orang menceritakan tentangmu… di koran-koran aku membaca namamu
disebut-sebut… kau seperti puisi-puisi yang menggetarkan seluruh antero negeri
ini… (BERLAGAK MEMPERAGAKAN SEORANG YANG SEDANG BERPIDATO) “Kita adalah pemuda-pemudi
yang menuntut keadilan!!! Kesejahteraan harus dirasakan oleh seluruh rakyat!!!
Kami akan selalu ada dan terus mengawasi kalian” (SEMAKIN BERSEMANGAT) Aduuhh…
dasar encok kurang ajar!!! Orang-orang pasti mengagumimu nak dan aku lebih
sangat beruntung memiliki anak sepertimu (MEMELUK FOTO DI TANGANNYA)
(TERDIAM SEJENAK. PANDANGANNYA DALAM
MENATAP FOTO DI TANGANNYA)
Kau persis seperti
ayahmu.. begitu pemberani. Ketika ia menceritakan cerita hebatnya, ibu selalu
terpesona padanya. Tidak tahu mengapa ibu seakan-akan tidak pernah bosan
mendengarnya. Kau tau? Jika ayahmu malas untuk menceritakannya ibu pasti akan merajuk
sekali. (MALU-MALU) Bukan ibumu jika aku tidak bisa meluluhkan hatinya… hahaha
(TERASA KESEDIHAN DI DALAM HATINYA) Aduuuhh… Mengapa juga aku jadi ngelantur
seperti ini.. Sudahlah, ini bukan waktunya untuk mengenang cerita-cerita
tentangnya. Tidak akan kubiarkan kesedihan itu mengganggu malam ini. Hanya
ceritamu malam ini yang pasti akan mengalahkan ceritanya… (TERSENYUM) Ini pasti
akan jadi malam yang sangat indah dalam hidupku sebelum aku nanti menemui
ayahmu.. Dia pasti akan sangat senang aku menceritakannya… (TERLIHAT WAJAHNYA
MULAI MENGANTUK HINGGA PERLAHAN-LAHAN TERTIDUR)
(LALU TERDENGAR LAGI SUARA KETUKAN PINTU)
Anakku? Apa itu kau nak?
Ibu sudah lama menunggumu. Maaf ibu ketiduran. Tunggu sebentar. Aku yakin kau
akan datang malam ini menemui ibu… (MEMBUKA PINTU NAMUN LAGI-LAGI WAJAHNYA
TERLIHAT SEDIH) Kau lagi… Aku sudah bilang tidak bisa menerima tamu!!! Kau
tidak tahu ini sudah larut malam? (MENUTUP PINTU PANDANGANNYA MENYAPU KE
SELURUH RUANGAN) Hari sudah larut malam.. Apa hari ini kau begitu lelah nak?
(MENGANGKAT HANDPHONENYA NAMUN LANGSUNG MENGURUNGKAN NIATNYA) Tidak apa-apa
jika kau memang tidak bisa datang lagi malam ini. Ibu sangat mengerti dan
selalu mengerti… (TAMPAK SEDIH DI WAJAHNYA) Aku tidak boleh mengacaukan fikiranku…
mungkin saja dia memang benar-benar tidak bisa ke sini dan besok baru bisa
pulang… yaa mungkin besok… Siapa juga yang peduli dengan hari perayaan ini…
Kapanpun dia datang adalah hari yang paling istimewa bagiku. (TERSENYUM) Jika
saja kau di sini sekarang, sebenarnya aku ingin mengatakan satu hal padamu nak…
Tak ada lagi yang kuinginkan saat ini selain memandang wajahmu. Begitu gemetar
rasanya kakiku melangkah.. Di malam-malam seperti ini ingin sekali aku berjumpa
dengan ayahmu… (MENANGIS) Tapi sialnya matahari selalu saja terbit membangunkan
tidurku. (TERDIAM SEJENAK)
Setiap manusia mampu
bertahan hanya karena harapan yang kuat di hatinya… begitupula aku… kau
menjadikan harapanku tumbuh dan begitu kuat. Beribu doa setiap malam semoga kau
dapat pulang ke rumahmu dan kita saling bertemu. Di setiap ketukan pintu itu
hatiku selalu terasa gugup mengira itu adalah kau. Apalagi yang dapat
kuharapkan di setiap sunyi dan sepi rumah ini selain kedatanganmu mengisi kursi
yang kosong ini. Sembari kita bercakap tentang keluh kesahmu, tentang
harapan-harapanmu yang membuatku bersyukur menjadi seorang ibu. (TERSENYUM
SEDIH)
(LAGI-LAGI TERDENGAR KETUKAN PINTU YANG
SEMAKIN GADUH)
Sudah kubilang aku sedang
tidak menerima tamu!!! (MEMBENTAK) Kau masih tidak mengerti hah? Aku mau
istirahat!!!
(BUNYI HANDPHONE NYA BERDERING)
Haloo….
Iya benar saya ibunya… Apa kau temannya? Apa dia sedang sibuk sekarang? Kalau
dia masih sibuk tolong sampaikan padanya tidak apa-apa kalau dia tidak datang
malam ini… dia bisa pulang besok-besok saja kalau sudah tidak ada kesibukan…
tolong sampaikan padanya… aku takut membuatnya memikirkanku dan mengganggu
kesibukannya… Sampaikan juga padanya aku sedang baik-baik saja di sini… tidak
perlu di cemaskan… Haloo.. Haloo… aduh kenapa terputus?? (HANDPHONENYA BERBUNYI
LAGI) iyaa haloo… maaf jaringan di sini agak kacau.. apa kau bisa sampaikan
pesan ku tadi padanya? Iya …. Dimana dia sekarang?? (TIBA-TIBA TERKEJUT)
maksudnya apa? Maaf mungkin anda salah sambung… mungkin anda salah orang…
(MENUTUP KEMBALI HANDPHONENYA)
Tidak
mungkin… dia pasti pulang malam ini… Anakku pasti pulang ke rumah… dia hanya
terlambat saja… (MATANYA BERKACA-KACA) Sudah terlalu banyak kekacauan hari ini
padaku… (HANDPHONE NYA BERBUNYI LAGI) Sudah ku katakan anda salah sambung…
maaf.. (INGIN MENUTUPNYA LAGI NAMUN TIBA-TIBA IA TERKEJUT) Suri??? Anakku???
Apa itu benar-benar kau nak?? Kau sedang di mana?? Kau baik-baik saja??? Ibu
mencemaskanmu nak… tadi ada orang yang salah sambung menakut-nakuti ibu… Dimana
kau nak? Iyaaa… ibu akan diam … ibu sekarang bisa mendengarkanmu…. (LAMA IA
TERDIAM. MATANYA TAK MAMPU MENAHAN TANGIS. PERASAANNYA TIDAK KARUAN) Kantor
polisi??? Kau pasti hanya bercanda kan?? Ibu sangat mengenalmu… Kau anak yang
baik.. ibu selalu mengajarkanmu menjadi orang baik… mana mungkin…. Mana
mungkin… kau…. (MENANGIS) Kenapa??? Ya Tuhaaann…. Mengapa jadi begini nak…
narkoba???... ibu tidak pernah mengajarkanmu (TERPUTUS PUTUS BICARANYA) Kau
anak ibu yang baik.. bukan anak seperti itu…. (MENANGIS LAGI) Kenapa kau baru
saja mengabari ibu??
(TERSENTAK MENDENGAR SUARA ANAKNYA LALU
BERGEGAS MEMBUKA PINTU RUMAHNYA)
Apa benar… apa benar anakku… (MENANGIS)
Ya Tuhan…
(BLACK OUT)
KOOR :
Kau terus saja berjalan
Sedang aku tergopoh-gopoh mengejarmu
Tegak kau berdiri menghadap langit
Di balik pintu, udara semakin dingin
Membekukan air mata
Apalagi yang kuharapkan di sunyi sepi
Selain menunggu korsi-kursi yang kosong
terisi
Mengenang tangismu.
Mengenang keluhmu.
Mengenang harapan-harapan sedari lugu
Lilin-lilin mulai redup
Aku tahu hidup tidaklah mudah bagimu,
sayang.
Tapi aku di sini mendengarmu.
Saat kau hilang arah jalan
Menangislah di pundakku
Pulanglah ke rumahmu.
Dunia tidak untuk kita menetap
Di sana..
Di atas harapan-harapan bulan
Sejuk rumah kita bersama
Ketahuilah, sayang.
Kemanapun kau berjalan
Tujulah hati kecilmu
Seribu gumparan api dapatlah padam
Segunung bebatuan es juga dapatlah runtuh
Maka percayalah.
Aku selalu menjadi rumah bagimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar