Jumat, 15 Juni 2018

Dibalik Pintu (Monolog)


MONOLOG DI BALIK PINTU
Karya: Ahmad Yamani

PANGGUNG MENGGAMBARKAN SUASANA PENUH DENGAN PERNAK-PERNIK PERAYAAN SEBUAH ACARA.  TERDAPAT BEBERAPA FOTO TERGANTUNG DAN LILIN-LILIN YANG MENYALA. WAKTU MENUNJUKKAN MALAM HARI DENGAN IRINGAN MUSIK YANG ROMANTIS. SEORANG WANITA PARUH BAYA TERLIHAT SEDANG DUDUK DI KURSI MENGHADAP MEJA YANG PENUH DENGAN KUE, LILIN-LILIN DAN SATU FOTO DENGAN FIGURA. DI SEBELAHNYA TERDAPAT KURSI KOSONG SALING BERHADAPAN DENGAN WANITA PARUH BAYA TERSEBUT. TIBA-TIBA TERDENGAR BUNYI ALARM HINGGA MENGEJUTKAN SOSOK WANITA YANG SEDANG TERTIDUR.

Astaga…… bodohnya aku jadi sampai ketiduran. Bagaimana jika dia datang dan aku masih saja ketiduran. Bisa-bisa acara ini gagal total. Aku tidak mungkin melewatkan momen bahagia ini. (WANITA ITU MENYALAKAN LILIN YANG SUDAH PADAM DAN MEMERIKSA KEMBALI SELURUH RUANGAN). Aduh….. Kenapa jadi berantakan seperti ini..... Ini pasti ulah sikucing nakal itu !!!! Awas kau yaa… Jatah makan mu akan dikurangi selama satu minggu!! (BERTERIAK) Seenaknya saja menghancurkan sesuatu yang sudah kupersiapkan sejak lama. (WANITA ITU MELIHAT CERMIN DAN MENGAMATI DIRINYA). Aduuuh…..ini juga kenapa jadi berantakan seperti ini… Dasar wanita tua!!! (TERINGAT SESUATU) Menjadi tua juga membuatku lupa  bagaimana caranya berdandan (MENDENGUS KESAL) Ahhhh….. Tidak…. Tidak akan ku biarkan wajah tua ini merusak kebahagiaan malam ini… Aku harus berdandan!!! (MENGOBRAK-ABRIK PAKAIANNYA DALAM LEMARI) Ah…..Tidak…. ini terlalu kentat. (MENGAMBIL LAGI BAJU YANG LAIN) Ahhh… Ini baguss.. tapi malah terlalu longgar. (MENGAMBIL LAGI BAJU YANG LAIN). Yang ini terlalu jadul…Bisa-bisa dia tertawa melihatku seperti ini “Inikan sudah jaman modern, bukan jamannya Elvy Sukaesih lagi” (MENDENGUS KESAL). Apakah selalu sesulit ini bagi wanita tua sepertiku untuk tampil cantik ?

(SETELAH SELESAI DENGAN PAKAIANNYA WANITA TADI DUDUK DI KURSI MAKE-UP NYA. MATANYA MEMANDANGI KERIPUT DIWAJAHNYA SAMBIL MENGELUHKAN USIANYA YANG SUDAH TUA).

Lihatlah wajah ini !!! Begitu kendor… entah sudah berapa lama tak diurus… (TANGANNYA MERABA-RABA MENGAMBIL DAN MENGUSAP-USAP WAJAHNYA).
Benda-benda ini ternyata lebih sulit digunakan dibandingkan bumbu-bumbu yang ada di dapur. Jika bukan karena hari spesialnya akan kubuang saja kalian ke tong sampah!!!

(SOSOK WANITA DUDUK KEMBALI DI KURSINYA MEMANDANGI JAM DAN MELIRIK PINTU DI DEPANNYA. MENUNGGU SESEORANG DATANG DI BALIK PINTU).

Hari ini… tepat pada tanggal 27 Maret kebahagiaan itu lahir. Dari seluruh waktu dia datang membawa segala harapan untuk hari-hari esok. Tidak ada hari yang lebih indah ketika seorang wanita dikaruniai seorang anak. Yang seketika menjadikanku seorang ibu. Juga tidak ada kebahagiaan lain dari seorang ibu ketika melihat kebahagiaan diwajah anaknya. Berpuluh-puluh tahun aku menjadi seorang ibu melihat ia menjadi seseorang yang dewasa dan begitu hebat. Di balik pintu itu ia akan datang dengan setumpuk kisahnya. Dan di tempat ini juga aku akan mendengarkan ia bercerita panjang lebar tentang senang dan sedih perjalanannya. Di balik pintu itu, adalah hadiah bagi wanita tua ini dan juga akan kuberikan hadiah seluruh kasih sayangku padanya setelah lelah mengukir kisah-kisah perjalanan yang hebat. Sebelum akhirnya kepadanya bersinggah wanita yang akan menggantikan pundakku.

(TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA KETUKAN PINTU)

Oh Tuhan.. dia datang (TERGUGU-GUGU) tunggu sebentar (BERTERIAK) Ya Tuhan, tiba-tiba sekarang aku menjadi gugup. Kaki terasa lemas tak bisa kubendung lagi rasa bahagiaku. Seperti rasanya kau kirimkan ia pertama kali untukku. (TERDENGAR LAGI KETUKAN PINTU) Tunggu…. Sebentar… (BERGEGAS, SESEKALI MELIHAT KECERMIN MEMASTIKAN DIRI MENGATUR NAFASNYA YANG TERSENGAL KEMUDIAN MEMBUKA PINTU) Siapa kau? Maaf.. aku sedang tidak menerima tamu malam ini.. kalau ada keperluan bisa datang besok saja!! Sekali lagi saya minta maaf dan tolong… hari ini saya ingin merayakan hari yang istimewa bagi saya dan anak saya jadi untuk hari ini saja saya tidak ingin diganggu!!! Sudah kukatakan aku tidak menerima tamu!!! (MEMBANTING PINTU) Dasar tidak ada kerjaan… Malam-malam begini seenaknya saja mengetuk rumah orang. (PERASAANNYA BEGITU KESAL. SESEKALI MELIRIK JARUM JAM. TANGANNYA SESEKALI MEMEGANGI HANDPHONE BERNIAT UNTUK MENENELPON NAMUN SELALU GAGAL)

Dimana sekarang kau nak?? Aku tidak sabar ingin mendengar cerita-cerita hebatmu… Kau memang anak yang mengagumkan… (MATANYA MENERAWANG JAUH KE MASA SILAM) Seperti rasanya baru kemarin kau merengek meminta susu (TERTAWA KECIL) Apa kau ingat ketika waktu itu kau berlari memelukku… padahal baru ibu tinggal beberapa saat saja…Kau tahu setiap aku sendiri, aku selalu mengingatnya… agar aku tidak merasa kesepian… rasanya selalu ada kau di sini... oh iyaa… betapa menggemaskannya dulu waktu kau menangis hanya karena luka yang sangat kecil... (DI MATANYA TERLIHAT KESEDIHAN YANG DALAM) Kau pasti jadi anak yang tangguh sekarang. Aku mendengar orang-orang menceritakan tentangmu… di koran-koran aku membaca namamu disebut-sebut… kau seperti puisi-puisi yang menggetarkan seluruh antero negeri ini… (BERLAGAK MEMPERAGAKAN SEORANG YANG SEDANG BERPIDATO) “Kita adalah pemuda-pemudi yang menuntut keadilan!!! Kesejahteraan harus dirasakan oleh seluruh rakyat!!! Kami akan selalu ada dan terus mengawasi kalian” (SEMAKIN BERSEMANGAT) Aduuhh… dasar encok kurang ajar!!! Orang-orang pasti mengagumimu nak dan aku lebih sangat beruntung memiliki anak sepertimu (MEMELUK FOTO DI TANGANNYA)

(TERDIAM SEJENAK. PANDANGANNYA DALAM MENATAP FOTO DI TANGANNYA)

Kau persis seperti ayahmu.. begitu pemberani. Ketika ia menceritakan cerita hebatnya, ibu selalu terpesona padanya. Tidak tahu mengapa ibu seakan-akan tidak pernah bosan mendengarnya. Kau tau? Jika ayahmu malas untuk menceritakannya ibu pasti akan merajuk sekali. (MALU-MALU) Bukan ibumu jika aku tidak bisa meluluhkan hatinya… hahaha (TERASA KESEDIHAN DI DALAM HATINYA) Aduuuhh… Mengapa juga aku jadi ngelantur seperti ini.. Sudahlah, ini bukan waktunya untuk mengenang cerita-cerita tentangnya. Tidak akan kubiarkan kesedihan itu mengganggu malam ini. Hanya ceritamu malam ini yang pasti akan mengalahkan ceritanya… (TERSENYUM) Ini pasti akan jadi malam yang sangat indah dalam hidupku sebelum aku nanti menemui ayahmu.. Dia pasti akan sangat senang aku menceritakannya… (TERLIHAT WAJAHNYA MULAI MENGANTUK HINGGA PERLAHAN-LAHAN TERTIDUR)

(LALU TERDENGAR LAGI SUARA KETUKAN PINTU)

Anakku? Apa itu kau nak? Ibu sudah lama menunggumu. Maaf ibu ketiduran. Tunggu sebentar. Aku yakin kau akan datang malam ini menemui ibu… (MEMBUKA PINTU NAMUN LAGI-LAGI WAJAHNYA TERLIHAT SEDIH) Kau lagi… Aku sudah bilang tidak bisa menerima tamu!!! Kau tidak tahu ini sudah larut malam? (MENUTUP PINTU PANDANGANNYA MENYAPU KE SELURUH RUANGAN) Hari sudah larut malam.. Apa hari ini kau begitu lelah nak? (MENGANGKAT HANDPHONENYA NAMUN LANGSUNG MENGURUNGKAN NIATNYA) Tidak apa-apa jika kau memang tidak bisa datang lagi malam ini. Ibu sangat mengerti dan selalu mengerti… (TAMPAK SEDIH DI WAJAHNYA) Aku tidak boleh mengacaukan fikiranku… mungkin saja dia memang benar-benar tidak bisa ke sini dan besok baru bisa pulang… yaa mungkin besok… Siapa juga yang peduli dengan hari perayaan ini… Kapanpun dia datang adalah hari yang paling istimewa bagiku. (TERSENYUM) Jika saja kau di sini sekarang, sebenarnya aku ingin mengatakan satu hal padamu nak… Tak ada lagi yang kuinginkan saat ini selain memandang wajahmu. Begitu gemetar rasanya kakiku melangkah.. Di malam-malam seperti ini ingin sekali aku berjumpa dengan ayahmu… (MENANGIS) Tapi sialnya matahari selalu saja terbit membangunkan tidurku. (TERDIAM SEJENAK)

Setiap manusia mampu bertahan hanya karena harapan yang kuat di hatinya… begitupula aku… kau menjadikan harapanku tumbuh dan begitu kuat. Beribu doa setiap malam semoga kau dapat pulang ke rumahmu dan kita saling bertemu. Di setiap ketukan pintu itu hatiku selalu terasa gugup mengira itu adalah kau. Apalagi yang dapat kuharapkan di setiap sunyi dan sepi rumah ini selain kedatanganmu mengisi kursi yang kosong ini. Sembari kita bercakap tentang keluh kesahmu, tentang harapan-harapanmu yang membuatku bersyukur menjadi seorang ibu. (TERSENYUM SEDIH)

(LAGI-LAGI TERDENGAR KETUKAN PINTU YANG SEMAKIN GADUH)

Sudah kubilang aku sedang tidak menerima tamu!!! (MEMBENTAK) Kau masih tidak mengerti hah? Aku mau istirahat!!!

(BUNYI HANDPHONE NYA BERDERING)

            Haloo…. Iya benar saya ibunya… Apa kau temannya? Apa dia sedang sibuk sekarang? Kalau dia masih sibuk tolong sampaikan padanya tidak apa-apa kalau dia tidak datang malam ini… dia bisa pulang besok-besok saja kalau sudah tidak ada kesibukan… tolong sampaikan padanya… aku takut membuatnya memikirkanku dan mengganggu kesibukannya… Sampaikan juga padanya aku sedang baik-baik saja di sini… tidak perlu di cemaskan… Haloo.. Haloo… aduh kenapa terputus?? (HANDPHONENYA BERBUNYI LAGI) iyaa haloo… maaf jaringan di sini agak kacau.. apa kau bisa sampaikan pesan ku tadi padanya? Iya …. Dimana dia sekarang?? (TIBA-TIBA TERKEJUT) maksudnya apa? Maaf mungkin anda salah sambung… mungkin anda salah orang… (MENUTUP KEMBALI HANDPHONENYA)
            Tidak mungkin… dia pasti pulang malam ini… Anakku pasti pulang ke rumah… dia hanya terlambat saja… (MATANYA BERKACA-KACA) Sudah terlalu banyak kekacauan hari ini padaku… (HANDPHONE NYA BERBUNYI LAGI) Sudah ku katakan anda salah sambung… maaf.. (INGIN MENUTUPNYA LAGI NAMUN TIBA-TIBA IA TERKEJUT) Suri??? Anakku??? Apa itu benar-benar kau nak?? Kau sedang di mana?? Kau baik-baik saja??? Ibu mencemaskanmu nak… tadi ada orang yang salah sambung menakut-nakuti ibu… Dimana kau nak? Iyaaa… ibu akan diam … ibu sekarang bisa mendengarkanmu…. (LAMA IA TERDIAM. MATANYA TAK MAMPU MENAHAN TANGIS. PERASAANNYA TIDAK KARUAN) Kantor polisi??? Kau pasti hanya bercanda kan?? Ibu sangat mengenalmu… Kau anak yang baik.. ibu selalu mengajarkanmu menjadi orang baik… mana mungkin…. Mana mungkin… kau…. (MENANGIS) Kenapa??? Ya Tuhaaann…. Mengapa jadi begini nak… narkoba???... ibu tidak pernah mengajarkanmu (TERPUTUS PUTUS BICARANYA) Kau anak ibu yang baik.. bukan anak seperti itu…. (MENANGIS LAGI) Kenapa kau baru saja mengabari ibu??

(TERSENTAK MENDENGAR SUARA ANAKNYA LALU BERGEGAS MEMBUKA PINTU RUMAHNYA)
           
Apa benar… apa benar anakku… (MENANGIS)
Ya Tuhan…

(BLACK OUT)

KOOR :


Kau terus saja berjalan
Sedang aku tergopoh-gopoh mengejarmu
Tegak kau berdiri menghadap langit
Di balik pintu, udara semakin dingin
Membekukan air mata
Apalagi yang kuharapkan di sunyi sepi
Selain menunggu korsi-kursi yang kosong terisi
Mengenang tangismu.
Mengenang keluhmu.
Mengenang harapan-harapan sedari lugu
Lilin-lilin mulai redup
Aku tahu hidup tidaklah mudah bagimu, sayang.
Tapi aku di sini mendengarmu.
Saat kau hilang arah jalan
Menangislah di pundakku
Pulanglah ke rumahmu.
Dunia tidak untuk kita menetap
Di sana..
Di atas harapan-harapan bulan
Sejuk rumah kita bersama
Ketahuilah, sayang.
Kemanapun kau berjalan
Tujulah hati kecilmu
Seribu gumparan api dapatlah padam
Segunung bebatuan es juga dapatlah runtuh
Maka percayalah.
Aku selalu menjadi rumah bagimu.




           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar