Jumat, 15 Juni 2018

Pertiwi Tak Mati


Judul Naskah
PERTIWI TAK MATI
Karya : Ahmad Yamani

Sinopsis :
“Manusia lahir dengan keberagaman dan sudah semestinya itu menjadi kekuatan manusia itu sendiri. Kehidupan ini adalah sebuah keseimbangan yang hitam putih. Hal itu sudah menjadi ketentuan Tuhan. Bahkan seberapapun manusia mencoba membunuhnya, tetap saja ia tak aka mati. Merusaknya hanya akan memunculkan permasalahan yang baru, yaitu kekosongan jiwa pada manusia itu sendiri.
Seperti negeri ini yang lahir dari rahim ibu pertiwi. Aku meyakini bahwa pertiwi tidaklah mati. Ia ada di segala tatanan kehidupan ini.”

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
(Qs. al-Hujurat: 13)
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
(Qs. Al-Hujurat: 7)

Dramatic Personae :
Pilpol
Pilma
Pilbu
Tiwi
Manusia-manusia
Sosok-sosok


“PERTIWI TAK MATI”
Karya : Ahmad Yamani

PANGGUNG MENGGAMBARKAN RUANG DISKUSI TERTUTUP. DENGAN DESIGN RUANG MENGGAMBARKAN SIMBOL-SIMBOL KEBERAGAMAN MANUSIA.
SUASANA MENCIPTAKAN KETEGANGAN DARI PARA ELITE YANG SEDANG MEMPERDEBATKAN PERMASALAHAN YANG MENYEBABKAN KRISIS PERSATUAN.
Pilpol                          :    Suara-suara semakin bising. Kata-kata menggedorkan ketegangan. Jiwa-jiwa berontak. Ironi.
Pilbu                           :    Manusia itu kehilangan bagian dalam dirinya. Angin simpang siur membawa kearah ambisi yang memuncak. Manusia seperti teka-teki yang tak pernah bisa dipecahkan.
Pilma                           :    Aku melihat malaikat mengunci sayapnya. Ada yang murka karena kita tidak lagi setia. (Berbicara kepada Tuhannya) Jikapun seluruh bumi memalingkan diri, sudilah kau tak memalingkan wajahMu kepadaku. Wahai keagungan doaku.
Pilbu                           :    Apa dia mendengarkan?
Pilma                           :    Dia mengasihi bahkan pada sebutir debu tak terlihat. Dia ada lebih dari udara yang memenuhi semesta juga pada tetes air yang terkubur di dasar bumi paling dalam.
Pilbu                           :    Ooohhh.. teka-teki ini. Kau biarkan kami mati dalam makna kebuntuan.
Pilpol                          :    Kalian terbawa arus emosi tak terkendali. Biarkan kita merasakan tusukan angin. Teka-teki memang menciptakan berbagai kemungkinan. (berfikir lalu mengucapkan sesuatu) Manusia, dan teori kemanusiaan.
Pilbu                           :    Teori kemanusiaanpun tak dapat meredakan masalah manusia.
Pilpol                          :    Manusia terlalu beremosi.
Pilbu                           :    Setiap manusia adalah potensi kerusakan ini. Kebenaran telah di klaim berdasarkan kehendak pribadi.
Pilpol                          :    Emosi semakin tak terkendali. Itu adalah kelemahan. Kita harus melumpuhkannya.
Pilma                           :    Ooohhh mimpi buruk manusia. Kau akan membuatNya murka. Bahkan bumi akan terkoyak-koyak juga tubuhmu akan tertusuk ribuan belati. (berbicara kepada Tuhannya) Seperti Kau memberi segala semesta, maka juga berilah kami belas kasihMu.
Pilpol                          :    Kita dipenghujung jalan dan sudah semestinya diputuskan.
Pilma                           :    Kau akan dibinasakan kutukan. Aku merasakan kehancuran, sesuatu akan menembus dan mencabik-cabik jiwamu.
Pilpol                          :    Jika tidak ada kesepakatan, maka kau aka kumusnahkan. (terjadi tindakan pembunuhan terhadap Pilma) Temuilah Dia bersama udara yang berlari mencariNya.
Pilma                           :    Aku adalah udara dan akan berlari menghantam pikiranmu, Bersamalah dengan ketakutan itu.
Pilbu                           :    Kau membinasakan segala kehidupan dan keseimbangan.
Pilpol                          :    Dia adalah ketakutan.
Pilbu                           :    Kau hanya akan menciptakan sesuatu yang lebih buruk.
Pilpol                          :    Jika kau tak diperlukan, kau juga akan menjadi kehampaan. Kau akan tetap hidup tapi pada tempat yang tak kau inginkan.
                                        Baiklah… kesepakatan telah diraih, kita akan ciptakan kesetaraan dan menghancurkan segala emosi kemanusiaan.

 (BLACK OUT)

            PANGGUNG MENGGAMBARKAN PERTIKAIAN YANG TERJADI PADA PUNCAK KEMANUSIAAN. MANUSIA SALING MENINDAS. TERGAMBAR PEMBUNUHAN YANG TERJADI KARENA PERBEDAAN DI SEGALA LINI MASYARAKAT. RASISME, PERBEDAAN PAHAM, KEYAKINAN, IDEOLOGI, DAN ETNOSENTRIS YANG TAK TERBENDUNG. TIWI-TIWI MENJADI KORBAN DARI PERTIKAIAN YANG TERJADI.

Manusia 1                  :  Ini adalah puncak nurani kemanusiaan, kau yang menindas kami akan binasa disini.
Manusia 2                  :  Akan kubunuh kebenaran yang kau yakini.
Manusia 3                  :  Yang kuat akan bertahan di sini karena yang kau anggap kebenaran tak lagi dapat kami percayai.
Manusia 4                  :  Kaummu penindas, itu yang kau sebut kebenaran? Apa yang kau pahami adalah kesalahan.
Manusia 5                  :  Kau tersesat… akan kutunjukkan jalan kemana kau akan melangkah

            KEADAAN MANUSIA SEMAKIN MEMBURUK. MAYAT-MAYAT BERGELEMPANGAN DAN PENUH DARAH. LALU SEORANG TIWI BANGUN DARI TUMPUKAN MAYAT.
Tiwi                             :   Matahari memerah menyayat-nyayat seluruh bagian bumi. Tanah rekah menyantap bangkai-bangkai tirani. Anak-anak kehilangan ibu. Air susunya berganti menjadi nanah. Anak-anak meminum nanah. Tolong ibu??
Pilpol                         :   Pertiwi telah kehilangan dirinya.
Tiwi                           :   Ibu… Kemana ibu?
Pilpol                         : Akulah ibumu… ikutlah bersamaku. Seuatu yang hilang akan tergantikan.
Tiwi                           :  Kemana?
Pilpol                         :  Sesuatu yang baru, yang manusia idamkan sejak dulu.

(BLACK OUT)

           PANGGUNG MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANG/DIMENSI YANG ASING. TERDAPAT SEBUAH TEMPAT TIDUR YANG MENGIKAT. TEMPAT PEMBENTUKAN MANUSIA YANG BARU. DESIGN RUANG MENYIMBOLKAN PEMBUNUHAN TERHADAP PERBEDAAN MANUSIA.
           (PARA AKTOR MELAKUKAN ADEGAN PEMBUNUHAN TERHADAP KEMANUSIAAN SI TIWI DAN MELAHIRKAN MANUSIA DENGAN JIWA YANG BARU. JIWA TANPA EMOSI DAN PERBEDAAN DAN MENJADI CIKAL BAKAL MANUSIA YANG SETARA.)

Tiwi                           : Aku yang lahir bahkan tak dapat mengenali siapa-siapa.
Pilpol                         :  Tak perlu mencari cahaya yang ditelan hitam. Masa lalu adalah kelemahan. Inosnasiya negeri khayalan para pembaharu sistem peradaban yang rusak. Kau menjadi bagian dari kami.
Tiwi                           :  Aku mencari sesuatu yang sepertinya hilang.
Pilpol                         :  Kelemahan sudah seharusnya dibuang. Kita adalah jiwa yang dibangun untuk menyelesaikan rintihan moyang yang pesakitan.
Tiwi                           :  Dimana ibuku?
Pilpol                         :  Aku akan mengantarmu. (KEDUANYA MENINGGALKAN PANGGUNG)
(BLACK OUT)
            SUASANA KEHIDUPAN MANUSIA ABU-ABU. SEPERTI DALAM KEKOSONGAN. MELAKUKAN AKTIVITAS  SEOLAH-OLAH DIKENDALIKAN DAN DIJAUHKAN DARI KEMAUSIAANNYA.
            TERDAPAT BUNGKUSAN TERTUTUP DAN RAHASIA MANUSIA DILARANG MENGETAHUINYA. SEPERTI BUKAN SESUATU YANG BERARTI. MEREKA HANYA MELAKUKAN AKTIVITAS SEPERTI MANUSIA BIASANYA.
Manusia 1                   :    Selamat pagi….hari ini… sangat bahagia…bagaimana harimu
Manusia 2                   :    Selamat pagi…hari saya juga bahagia..seperti biasa…sama seperti hari-hari biasanya.
Manusia 3                   :    Bagus…semoga besok juga akan bahagia sama seperti hari ini dan hari-hari berikutnya. Sampai jumpa lagi.
Manusia 2                   :    sampai jumpa lagi.

(PARA AKTOR TERUS MELAKUKAN PERTANYAAN YANG SAMA BERULANG-ULANG KEPADA YANG LAINNYA DAN SEMAKIN TERASA KEKOSONGAN KEMANUSIAAN )
            BEL BERBUNYI. SUARA YANG ENTAH DARI MANA DAATANGNYA. SEPERTI SEBUAH PERINGATAN UNTUK MELAKUKAN SESUATU.
Manusia 1                   :   sekarang waktunya makan siang…ada roti dan air untuk ku makan. Bagaimana denganmu.
Manusia 2                   :   Begitu juga…ada roti dan air seperti biasa….sama seperti hari-hari biasanya.
Manusia 1                   :   Bahagia hari ini…selamat makan
Manusia 2                   :   Bahagia hari ini….selamat makan

            SETELAH SEMUA SELESAI MAKAN. BEL BERBUNYI LAGI UNTUK KESEKIAN KALINYA
Manusia 1                   :    Waktu makan siang sudah habis…aku harus bekerja lagi
Manusia 2                   :    Aku juga akan kembali bekerja. Seperti biasa….sama seperti hari-hari biasanya.
Manusia 1                   :    Baiklah…selamat bekerja.
Manusia 2                   :    Selamat bekerja

(PARA AKTOR MELAKUKAN AKTIVITAS SESUAI PEKERJAANNYA MASING-MASING)
            MUNCUL PARA SOSOK-SOSOK BERWAJAH MENYERAMKAN. SEPERTI SESUATU YANG MENGGAMBARKAN GEJOLAK KEMANUSIAAN  YANG TERKURUNG DAN BERDESAKAN MENCARI JALAN. WAKTU SEAKAN MEMBANTU. SOSOK KELUAR…AKTIVITAS BERJALAN SEPERTI BIASA DAN SUARA BEL MUNCUL LAGI. AKTIVITAS BERAKHIR UNTUK HARI INI
            PILPOL BERSAMA TIWI MEMASUKI PANGGUNG.
Pemimpin                    :    terima kasih atas keteraturan hari ini. Peradaban Inosnasiya terus berkembang. Kita adalah pencipta kemajuan ini. Mimpi para moyang-moyang yang tak kunjung menemui keharmonisan. Perbedaan adalah ketakutan yang menciptakan kerusakan, ini kesalahan ibu terdahulu. tak mengapa, kita selalu memperbaikinya. (tertawa aneh) (menunjuk kearah Tiwi) Ia mencari ibunya… Mari tunjukkan padanya apa yang dia minta.
Manusia                       :    Peradaban ini adalah mimpi manusia.
Manusia 1                   :    Ibu yang lama sudah menghilang dalam peradaban terdahulu… Ibu yang baru adalah kemajuan manusia.
Manusia 2                   :    Kau akan menemukan ibumu disini.
Tiwi                             :    Ibu…. Ya. Ibu… Aku menginginkannya.
Pilpol                           :    Kalian sudah mulai berbaur. (tertawa aneh)

(BLACK OUT)

            PANGGUNG MENGGAMBARKAN RUANG SEPERTI PENJARA BAGI KEBEBASAN MANUSIA. KEADAAN SEMAKIN MEMBISU DAN SEMAKIN MENGALAMI KEKOSONGAN YANG DALAM. ADA YANG BERBICARA NAMUN SEPERTI TAK BISA MENYENTUH PERMUKAAN. TIWI SEMAKIN MERASA ASING DENGAN KEBERADAANNYA.

Tiwi                 :    Seperti aku mendengar ibu di segala arah. Ada yang berontak dan menginginkan keluar. Tapi apa? Aku tak dapat mengartikan diriku. Aku seakan tak terlahir… Dimana kemanusiaanku…. Dimana ibu? Aku tak bisa menemukanmu di segala kitab manusia… (terdiam ditelan kekosongan)
                             Tidak…. Aku hanya belum mengenal keadaan ini. Aku hanya perlu patuh.  (terjadi pemberontakan jiwa pada Tiwi)

            (SUASANA MENJADI REDUP. TIWI TERTIDUR DALAM KEGELISAHANNYA, PARA SOSOK MUNCUL SEPERTI PENGGAMBARAN PERGEJOLAKAN EMOSI YANG SEMAKIN MENCARI CELAH UNTUK KELUAR KE PERMUKAAN. SUASANA SEMAKIN MENAKUTKAN.)

            SUASANA MENJADI SEPERTI SEMULA. BEL BERBUNYI. PARA AKTOR MELAKUKAN AKTIVITAS SEPERTI BIASA. TIWI MEMBAUR DENGAN KEADAAN SEKITAR.
Manusia 1       :    Selamat pagi… Hari ini sangat bahagia. Bagaimana harimu?
Tiwi                 :    Aku tidak tahu.
Manusia 1       :    Itu jawaban yang salah!!! Kau tak seharusnya mengatakan yang tidak diajarkan. Kau akan membuat ibu marah.
Tiwi                 :    Seingatku ibu tak pernah mengajari keharusan ini. Kalian seperti tidak memiliki kontrol terhadap apa yang kalian ucapkan.
Manusia 1       :    Tak apa… Kau hanya belum terbiasa, (meninggalkan Tiwi)
Tiwi                 :    Tunggu… tunggu… ahh. Keadaan ini semakin tak dapat dimengerti. Mereka melakukan sesuatu yang mereka kendalikan. Ada sesuatu yang hilang. Tapi apa?
            (TIWI MELIHAT MANUSIA DI SEKITARNYA YANG JUGA MELAKUKAN HAL YANG SAMA DAN TERUS DIULANG)
Tiwi                 :    Kalian mengulang hal yang sama?.... (tidak dihiraukan) Mengapa kalian selalu mengulangnya (kepada yang lain) Heii…. Heii… Hei… Kenapa kalian menjadi seperti ini… keadaan ini terjebak kekosongan (semakin ketakutan).
            MENCARI SESUATU YANG DAPAT MENJAWAB PERTANYAANNYA DAN MELIHAT SEBUAH BUNGKUSAN YANG TERTUTUP. SEOLAH ADA YANG MEMANGGILNYA DAN SEPERTI SEBUAH PENGHARAPAN. TIWI MENDEKATI DAN MENCOBA MEMBUKANYA. DAN SEAKAN KEKOSONGAN ITU TERISI NAMUN EMOSI TERSEBUT MASUK DAN MENDESAK. TIWI SEMAKIN MENGALAMI KEADAAN YANG MENYAKITKAN.
            SUARA BEL BERBUNYI, NAMUN TIDAK SEPERTI BIASANYA. TANDA SEBUAH KESALAHAN. PILPOL MEMASUKI PANGGUNG.

Pilpol               :    Kau diliputi rasa penasaran. Kau melewati batas yang tak seharusnya kau lewati dan itu dilarang di sini.
Tiwi                 :    Kau membunuh kami!!! Kau membunuh ibu!
Pilpol               :    Kau benar-benar tak mengerti!! Aku bertindak dengan baik untuk kalian.
Tiwi                 :    Kalian dalam kekosongan!! Kalian didustakan!!! (kepada manusia-manusia)
Pilpol               :    Ini adalah keseimbangan!! Kau tak mengerti! Orang-orang terdahulu adalah kesalahan.
Tiwi                 :    Ini bukanlah keseimbangan. Kau tidak memperbaiki apapun. Kau melumpuhkan kemanusiaan!!!
Pilpol               :    Ini adalah persatuan yang diimpikan manusia terdahulu. Kau hanya belum mengenalnya.
Tiwi                 :    Aku mengenal ibuku!!!
Pilpol               :    Tidak!!! Kau sama sekali tak mengenal ibumu!! Ia sudah lama mati!
Tiwi                 :    (Menangis)
Pilpol               :    Kau harus dibersihkan. (Membawa Tiwi)
Tiwi                 :    Kalian terpenjara….. Kalian Melupakannya… Kalian Sudah dibutakan… Ia masih belum mati !!! (berteriak meyakinkan)
PILPOL DAN TIWI KELUAR PANGGUNG. MANUSIA MULAI KEBINGUNGAN DENGAN APA YANG TERJADI.
(BLACK OUT)
            KEMBALI PADA RUANG/DIMENSI YANG ASING DAN TERPENJARA. TIWI TERIKAT PADA SEBUAH TEMPAT TIDUR YANG MENGIKAT. PILBU BERBICARA DENGAN TIWI.
Pilbu                :    Kau mengetahuinya?
Tiwi                 :    Kau tak bisa membunuh sesuatu yang lahir bersama setiap manusia.
Pilbu                :    Ini terjadi sejak manusia tak bisa menjaga hasrat individualisnya. Manusia tak bisa membendung emosinya. Mereka tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Saat itu, mereka berada pada situasi yang mengerikan. Saling tikam satu sama lainnya. Persatuan adalah cita-cita yang diimpikan manusia sejak dulu. Tapi manusia selalu serakah. Masing-masing etnis mengagungkan dirinya sendiri. Perbedaan manusia dianggap suatu kesalahan yang tak bisa ditolerir. Lalu….
Tiwi                 :    Mereka mencoba membunuh satu sama lainnya agar salah satu dari mereka bisa hidup dengan damai.
Pilbu                :    Siapa yang kuat dia yang menang.
Tiwi                 :    Ini bukan yang diinginkan ibu.
Pilbu                :    Tidak semua dari mereka mengerti yang disebutkan pertiwi.
Tiwi                 :    Lalu kalian menciptakan manusia setara dan mengurung segala emosi manusia.
Pilbu                :    Tak ada jalan lain..
Tiwi                 :    Kita tak pernah kehilangan jalan.
Pilbu                :    Aku juga berharap hal yang sama.
Tiwi                 :    Kau berpihak kepadaku?
Pilbu                :    Kaulah Ibu pertiwi!!! Aku akan lakukan apa yang kau katakan.
Tiwi                 :    Kita akan memperbaikinya.
(PILBU MELEPASKAN TIWI DARI IKATANNYA)

            PILPOL MEMASUKI PANGGUNG DAN TERJADI PERLAWANAN. PADA SISI YANG INGIN MEMPERTAHANKAN KEADAAN DAN SISI YANG INGIN MENGEMBALIKAN TATANAN KEHIDUPAN MANUSIA. HINGGA PILPOL TERBUNUH. AWAL DARI USAHA PENGEMBALIAN INGATAN MANUSIA DAN PENYEBARAN EMOSI KEPADA MANUSIA.

            MANUSIA DALAM KEADAAN SEMAKIN TAK TERKENDALI. TATANAN KEMANUSIAAN SEMAKIN TAK DAPAT DIKENDALIKAN DAN MENGALAMI KERUSAKAN. PENGGAMBARAN EMOSI TERBUKA DAN MERASUK KEDALAM KEHIDUPAN MANUSIA. HINGGA TAK DAPAT DITAHAN. MANUSIA MERASA KESAKITAN DAN KEJUTAN DILUAR KEMAMPUAN MANUSIA.

Tiwi                 :    Keseimbangan telah hancur. Kalian sudah membunuhnya. Tak seharusnya seperti ini. Kalian menciptakan sistem penghancur kehidupan. Kalian telah mendurhakai. Keseimbangan tak lagi memiliki kekuatan, ini akan berakhir mengenaskan.

(MANUSIA MEMBUNUH DIRINYA SENDIRI KEADAAN SEMAKIN MENCAPAI KLIMAKS)
TIWI MELANGKAH PERGI MENINGGALKAN PANGGUNG.
Pilbu                :    Kau mau kemana?
Tiwi                 :    Aku ingin mencari potensi kemanusiaan yang tersisa.
Pilbu                :    Tunggu, kau akan memerlukanku! Biarkan aku memperbaiki apa yang sudah ku biarkan rusak.
Tiwi                 :    Ya.. Aku memerlukanmu.

Koor :

Menangis pertiwi, anaknya mati.
Dunia tergoncang kehilanganmu.
Bahwa sebenarnya kau tak mati.
Semangatmu ada di segala sukma.
Luka melihat negeri ini tak kendali.
Derita ini pasti, menghantam jiwa yang jauh pergi.
Kami kembali.

(BLACK OUT)
ENDING.




           













Tidak ada komentar:

Posting Komentar