Judul Naskah
PERTIWI TAK MATI
Karya : Ahmad Yamani
Sinopsis :
“Manusia lahir dengan keberagaman dan sudah semestinya
itu menjadi kekuatan manusia itu sendiri. Kehidupan ini adalah sebuah
keseimbangan yang hitam putih. Hal itu sudah menjadi ketentuan Tuhan. Bahkan
seberapapun manusia mencoba membunuhnya, tetap saja ia tak aka mati. Merusaknya
hanya akan memunculkan permasalahan yang baru, yaitu kekosongan jiwa pada
manusia itu sendiri.
Seperti negeri ini yang lahir dari rahim ibu pertiwi.
Aku meyakini bahwa pertiwi tidaklah mati. Ia ada di segala tatanan kehidupan
ini.”
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
(Qs. al-Hujurat: 13)
Dan
ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti
kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi
Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan
itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,
kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang
lurus,
(Qs. Al-Hujurat: 7)
Dramatic
Personae :
Pilpol
Pilma
Pilbu
Tiwi
Manusia-manusia
Sosok-sosok
“PERTIWI TAK MATI”
Karya : Ahmad Yamani
PANGGUNG MENGGAMBARKAN RUANG DISKUSI TERTUTUP. DENGAN
DESIGN RUANG MENGGAMBARKAN SIMBOL-SIMBOL KEBERAGAMAN MANUSIA.
SUASANA MENCIPTAKAN KETEGANGAN DARI PARA ELITE YANG
SEDANG MEMPERDEBATKAN PERMASALAHAN YANG MENYEBABKAN KRISIS PERSATUAN.
Pilpol : Suara-suara semakin bising. Kata-kata
menggedorkan ketegangan. Jiwa-jiwa berontak. Ironi.
Pilbu : Manusia itu kehilangan bagian dalam dirinya.
Angin simpang siur membawa kearah ambisi yang memuncak. Manusia seperti
teka-teki yang tak pernah bisa dipecahkan.
Pilma : Aku melihat malaikat mengunci sayapnya. Ada
yang murka karena kita tidak lagi setia. (Berbicara kepada Tuhannya) Jikapun
seluruh bumi memalingkan diri, sudilah kau tak memalingkan wajahMu kepadaku.
Wahai keagungan doaku.
Pilbu : Apa dia mendengarkan?
Pilma : Dia mengasihi bahkan pada sebutir debu tak
terlihat. Dia ada lebih dari udara yang memenuhi semesta juga pada tetes air
yang terkubur di dasar bumi paling dalam.
Pilbu : Ooohhh.. teka-teki ini. Kau biarkan kami
mati dalam makna kebuntuan.
Pilpol : Kalian terbawa arus emosi tak terkendali.
Biarkan kita merasakan tusukan angin. Teka-teki memang menciptakan berbagai
kemungkinan. (berfikir lalu mengucapkan sesuatu) Manusia, dan teori
kemanusiaan.
Pilbu : Teori kemanusiaanpun tak dapat meredakan
masalah manusia.
Pilpol : Manusia terlalu beremosi.
Pilbu : Setiap manusia adalah potensi kerusakan ini.
Kebenaran telah di klaim berdasarkan kehendak pribadi.
Pilpol : Emosi semakin tak terkendali. Itu adalah
kelemahan. Kita harus melumpuhkannya.
Pilma : Ooohhh mimpi buruk manusia. Kau akan
membuatNya murka. Bahkan bumi akan terkoyak-koyak juga tubuhmu akan tertusuk
ribuan belati. (berbicara kepada Tuhannya) Seperti Kau memberi segala semesta,
maka juga berilah kami belas kasihMu.
Pilpol : Kita dipenghujung jalan dan sudah semestinya
diputuskan.
Pilma : Kau akan dibinasakan kutukan. Aku merasakan
kehancuran, sesuatu akan menembus dan mencabik-cabik jiwamu.
Pilpol : Jika tidak ada kesepakatan, maka kau aka
kumusnahkan. (terjadi tindakan pembunuhan terhadap Pilma) Temuilah Dia bersama
udara yang berlari mencariNya.
Pilma : Aku adalah udara dan akan berlari menghantam
pikiranmu, Bersamalah dengan ketakutan itu.
Pilbu : Kau membinasakan segala kehidupan dan
keseimbangan.
Pilpol : Dia adalah ketakutan.
Pilbu : Kau hanya akan menciptakan sesuatu yang
lebih buruk.
Pilpol : Jika kau tak diperlukan, kau juga akan
menjadi kehampaan. Kau akan tetap hidup tapi pada tempat yang tak kau inginkan.
Baiklah…
kesepakatan telah diraih, kita akan ciptakan kesetaraan dan menghancurkan segala
emosi kemanusiaan.
(BLACK OUT)
PANGGUNG
MENGGAMBARKAN PERTIKAIAN YANG TERJADI PADA PUNCAK KEMANUSIAAN. MANUSIA SALING
MENINDAS. TERGAMBAR PEMBUNUHAN YANG TERJADI KARENA PERBEDAAN DI SEGALA LINI
MASYARAKAT. RASISME, PERBEDAAN PAHAM, KEYAKINAN, IDEOLOGI, DAN ETNOSENTRIS YANG
TAK TERBENDUNG. TIWI-TIWI MENJADI KORBAN DARI PERTIKAIAN YANG TERJADI.
Manusia
1 : Ini adalah puncak nurani kemanusiaan, kau yang
menindas kami akan binasa disini.
Manusia
2 : Akan kubunuh kebenaran yang kau yakini.
Manusia
3 : Yang kuat akan bertahan di sini karena yang
kau anggap kebenaran tak lagi dapat kami percayai.
Manusia
4 : Kaummu penindas, itu yang kau sebut kebenaran?
Apa yang kau pahami adalah kesalahan.
Manusia
5 : Kau tersesat… akan kutunjukkan jalan kemana
kau akan melangkah
KEADAAN
MANUSIA SEMAKIN MEMBURUK. MAYAT-MAYAT BERGELEMPANGAN DAN PENUH DARAH. LALU
SEORANG TIWI BANGUN DARI TUMPUKAN MAYAT.
Tiwi : Matahari memerah menyayat-nyayat seluruh
bagian bumi. Tanah rekah menyantap bangkai-bangkai tirani. Anak-anak kehilangan
ibu. Air susunya berganti menjadi nanah. Anak-anak meminum nanah. Tolong ibu??
Pilpol : Pertiwi
telah kehilangan dirinya.
Tiwi : Ibu…
Kemana ibu?
Pilpol :
Akulah ibumu… ikutlah bersamaku. Seuatu yang hilang akan tergantikan.
Tiwi : Kemana?
Pilpol : Sesuatu yang baru, yang manusia idamkan sejak
dulu.
(BLACK
OUT)
PANGGUNG
MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANG/DIMENSI YANG ASING. TERDAPAT SEBUAH TEMPAT TIDUR
YANG MENGIKAT. TEMPAT PEMBENTUKAN MANUSIA YANG BARU. DESIGN RUANG MENYIMBOLKAN
PEMBUNUHAN TERHADAP PERBEDAAN MANUSIA.
(PARA
AKTOR MELAKUKAN ADEGAN PEMBUNUHAN TERHADAP KEMANUSIAAN SI TIWI DAN MELAHIRKAN
MANUSIA DENGAN JIWA YANG BARU. JIWA TANPA EMOSI DAN PERBEDAAN DAN MENJADI CIKAL
BAKAL MANUSIA YANG SETARA.)
Tiwi : Aku yang lahir bahkan tak dapat mengenali
siapa-siapa.
Pilpol : Tak perlu mencari cahaya yang ditelan hitam.
Masa lalu adalah kelemahan. Inosnasiya negeri khayalan para pembaharu sistem
peradaban yang rusak. Kau menjadi bagian dari kami.
Tiwi : Aku mencari sesuatu yang sepertinya hilang.
Pilpol : Kelemahan sudah seharusnya dibuang. Kita
adalah jiwa yang dibangun untuk menyelesaikan rintihan moyang yang pesakitan.
Tiwi : Dimana ibuku?
Pilpol : Aku akan mengantarmu. (KEDUANYA MENINGGALKAN
PANGGUNG)
(BLACK
OUT)
SUASANA
KEHIDUPAN MANUSIA ABU-ABU. SEPERTI DALAM KEKOSONGAN. MELAKUKAN AKTIVITAS SEOLAH-OLAH DIKENDALIKAN DAN DIJAUHKAN DARI
KEMAUSIAANNYA.
TERDAPAT
BUNGKUSAN TERTUTUP DAN RAHASIA MANUSIA DILARANG MENGETAHUINYA. SEPERTI BUKAN
SESUATU YANG BERARTI. MEREKA HANYA MELAKUKAN AKTIVITAS SEPERTI MANUSIA
BIASANYA.
Manusia
1 : Selamat pagi….hari ini… sangat
bahagia…bagaimana harimu
Manusia
2 : Selamat pagi…hari saya juga bahagia..seperti
biasa…sama seperti hari-hari biasanya.
Manusia
3 : Bagus…semoga besok juga akan bahagia sama
seperti hari ini dan hari-hari berikutnya. Sampai jumpa lagi.
Manusia
2 : sampai jumpa lagi.
(PARA AKTOR TERUS MELAKUKAN PERTANYAAN YANG SAMA
BERULANG-ULANG KEPADA YANG LAINNYA DAN SEMAKIN TERASA KEKOSONGAN KEMANUSIAAN )
BEL
BERBUNYI. SUARA YANG ENTAH DARI MANA DAATANGNYA. SEPERTI SEBUAH PERINGATAN
UNTUK MELAKUKAN SESUATU.
Manusia
1 : sekarang waktunya makan siang…ada roti dan
air untuk ku makan. Bagaimana denganmu.
Manusia
2 : Begitu juga…ada roti dan air seperti
biasa….sama seperti hari-hari biasanya.
Manusia
1 : Bahagia hari ini…selamat makan
Manusia
2 : Bahagia hari ini….selamat makan
SETELAH
SEMUA SELESAI MAKAN. BEL BERBUNYI LAGI UNTUK KESEKIAN KALINYA
Manusia
1 : Waktu makan siang sudah habis…aku harus
bekerja lagi
Manusia
2 : Aku juga akan kembali bekerja. Seperti
biasa….sama seperti hari-hari biasanya.
Manusia
1 : Baiklah…selamat bekerja.
Manusia
2 : Selamat bekerja
(PARA AKTOR MELAKUKAN AKTIVITAS SESUAI PEKERJAANNYA
MASING-MASING)
MUNCUL
PARA SOSOK-SOSOK BERWAJAH MENYERAMKAN. SEPERTI SESUATU YANG MENGGAMBARKAN GEJOLAK
KEMANUSIAAN YANG TERKURUNG DAN
BERDESAKAN MENCARI JALAN. WAKTU SEAKAN MEMBANTU. SOSOK KELUAR…AKTIVITAS
BERJALAN SEPERTI BIASA DAN SUARA BEL MUNCUL LAGI. AKTIVITAS BERAKHIR UNTUK HARI
INI
PILPOL
BERSAMA TIWI MEMASUKI PANGGUNG.
Pemimpin : terima kasih atas keteraturan hari ini. Peradaban Inosnasiya terus
berkembang. Kita adalah pencipta kemajuan ini. Mimpi para moyang-moyang yang
tak kunjung menemui keharmonisan. Perbedaan adalah ketakutan yang menciptakan
kerusakan, ini kesalahan ibu terdahulu. tak mengapa, kita selalu memperbaikinya.
(tertawa aneh) (menunjuk kearah Tiwi) Ia mencari ibunya… Mari tunjukkan padanya
apa yang dia minta.
Manusia : Peradaban
ini adalah mimpi manusia.
Manusia 1 : Ibu
yang lama sudah menghilang dalam peradaban terdahulu… Ibu yang baru adalah
kemajuan manusia.
Manusia 2 : Kau
akan menemukan ibumu disini.
Tiwi : Ibu….
Ya. Ibu… Aku menginginkannya.
Pilpol : Kalian sudah mulai
berbaur. (tertawa aneh)
(BLACK OUT)
PANGGUNG
MENGGAMBARKAN RUANG SEPERTI PENJARA BAGI KEBEBASAN MANUSIA. KEADAAN SEMAKIN
MEMBISU DAN SEMAKIN MENGALAMI KEKOSONGAN YANG DALAM. ADA YANG BERBICARA NAMUN
SEPERTI TAK BISA MENYENTUH PERMUKAAN. TIWI SEMAKIN MERASA ASING DENGAN
KEBERADAANNYA.
Tiwi : Seperti aku mendengar ibu di segala arah. Ada yang berontak dan
menginginkan keluar. Tapi apa? Aku tak dapat mengartikan diriku. Aku seakan tak
terlahir… Dimana kemanusiaanku…. Dimana ibu? Aku tak bisa menemukanmu di segala
kitab manusia… (terdiam ditelan kekosongan)
Tidak…. Aku hanya
belum mengenal keadaan ini. Aku hanya perlu patuh. (terjadi pemberontakan jiwa pada Tiwi)
(SUASANA
MENJADI REDUP. TIWI TERTIDUR DALAM KEGELISAHANNYA, PARA SOSOK MUNCUL SEPERTI
PENGGAMBARAN PERGEJOLAKAN EMOSI YANG SEMAKIN MENCARI CELAH UNTUK KELUAR KE
PERMUKAAN. SUASANA SEMAKIN MENAKUTKAN.)
SUASANA
MENJADI SEPERTI SEMULA. BEL BERBUNYI. PARA AKTOR MELAKUKAN AKTIVITAS SEPERTI
BIASA. TIWI MEMBAUR DENGAN KEADAAN SEKITAR.
Manusia
1 : Selamat
pagi… Hari ini sangat bahagia. Bagaimana harimu?
Tiwi : Aku tidak tahu.
Manusia
1 : Itu
jawaban yang salah!!! Kau tak seharusnya mengatakan yang tidak diajarkan. Kau
akan membuat ibu marah.
Tiwi : Seingatku ibu tak pernah mengajari keharusan ini. Kalian seperti tidak
memiliki kontrol terhadap apa yang kalian ucapkan.
Manusia
1 : Tak
apa… Kau hanya belum terbiasa, (meninggalkan Tiwi)
Tiwi : Tunggu… tunggu… ahh. Keadaan ini semakin tak dapat dimengerti.
Mereka melakukan sesuatu yang mereka kendalikan. Ada sesuatu yang hilang. Tapi
apa?
(TIWI
MELIHAT MANUSIA DI SEKITARNYA YANG JUGA MELAKUKAN HAL YANG SAMA DAN TERUS
DIULANG)
Tiwi
: Kalian mengulang hal yang sama?.... (tidak dihiraukan) Mengapa
kalian selalu mengulangnya (kepada yang lain) Heii…. Heii… Hei… Kenapa kalian
menjadi seperti ini… keadaan ini terjebak kekosongan (semakin ketakutan).
MENCARI
SESUATU YANG DAPAT MENJAWAB PERTANYAANNYA DAN MELIHAT SEBUAH BUNGKUSAN YANG
TERTUTUP. SEOLAH ADA YANG MEMANGGILNYA DAN SEPERTI SEBUAH PENGHARAPAN. TIWI
MENDEKATI DAN MENCOBA MEMBUKANYA. DAN SEAKAN KEKOSONGAN ITU TERISI NAMUN EMOSI
TERSEBUT MASUK DAN MENDESAK. TIWI SEMAKIN MENGALAMI KEADAAN YANG MENYAKITKAN.
SUARA
BEL BERBUNYI, NAMUN TIDAK SEPERTI BIASANYA. TANDA SEBUAH KESALAHAN. PILPOL
MEMASUKI PANGGUNG.
Pilpol : Kau diliputi rasa penasaran. Kau melewati
batas yang tak seharusnya kau lewati dan itu dilarang di sini.
Tiwi : Kau membunuh kami!!! Kau membunuh ibu!
Pilpol : Kau benar-benar tak mengerti!! Aku bertindak
dengan baik untuk kalian.
Tiwi : Kalian dalam kekosongan!! Kalian didustakan!!! (kepada
manusia-manusia)
Pilpol : Ini adalah keseimbangan!! Kau tak mengerti!
Orang-orang terdahulu adalah kesalahan.
Tiwi
: Ini bukanlah keseimbangan. Kau tidak memperbaiki apapun. Kau
melumpuhkan kemanusiaan!!!
Pilpol : Ini adalah persatuan yang diimpikan manusia
terdahulu. Kau hanya belum mengenalnya.
Tiwi : Aku mengenal ibuku!!!
Pilpol : Tidak!!! Kau sama sekali tak mengenal
ibumu!! Ia sudah lama mati!
Tiwi : (Menangis)
Pilpol : Kau harus dibersihkan. (Membawa Tiwi)
Tiwi : Kalian terpenjara….. Kalian Melupakannya… Kalian Sudah dibutakan…
Ia masih belum mati !!! (berteriak meyakinkan)
PILPOL DAN TIWI
KELUAR PANGGUNG. MANUSIA MULAI KEBINGUNGAN DENGAN APA YANG TERJADI.
(BLACK OUT)
KEMBALI
PADA RUANG/DIMENSI YANG ASING DAN TERPENJARA. TIWI TERIKAT PADA SEBUAH TEMPAT
TIDUR YANG MENGIKAT. PILBU BERBICARA DENGAN TIWI.
Pilbu : Kau mengetahuinya?
Tiwi : Kau tak bisa membunuh sesuatu yang lahir bersama setiap manusia.
Pilbu : Ini terjadi sejak manusia tak bisa menjaga
hasrat individualisnya. Manusia tak bisa membendung emosinya. Mereka tidak
mengerti dengan apa yang terjadi. Saat itu, mereka berada pada situasi yang
mengerikan. Saling tikam satu sama lainnya. Persatuan adalah cita-cita yang
diimpikan manusia sejak dulu. Tapi manusia selalu serakah. Masing-masing etnis
mengagungkan dirinya sendiri. Perbedaan manusia dianggap suatu kesalahan yang
tak bisa ditolerir. Lalu….
Tiwi : Mereka mencoba membunuh satu sama lainnya agar salah satu dari
mereka bisa hidup dengan damai.
Pilbu : Siapa yang kuat dia yang menang.
Tiwi : Ini bukan yang diinginkan ibu.
Pilbu : Tidak semua dari mereka mengerti yang disebutkan
pertiwi.
Tiwi : Lalu kalian menciptakan manusia setara dan mengurung segala emosi
manusia.
Pilbu : Tak ada jalan lain..
Tiwi : Kita tak pernah kehilangan jalan.
Pilbu : Aku juga berharap hal yang sama.
Tiwi : Kau berpihak kepadaku?
Pilbu : Kaulah Ibu pertiwi!!! Aku akan lakukan apa
yang kau katakan.
Tiwi : Kita akan memperbaikinya.
(PILBU
MELEPASKAN TIWI DARI IKATANNYA)
PILPOL MEMASUKI PANGGUNG DAN TERJADI
PERLAWANAN. PADA SISI YANG INGIN MEMPERTAHANKAN KEADAAN DAN SISI YANG INGIN
MENGEMBALIKAN TATANAN KEHIDUPAN MANUSIA. HINGGA PILPOL TERBUNUH. AWAL DARI
USAHA PENGEMBALIAN INGATAN MANUSIA DAN PENYEBARAN EMOSI KEPADA MANUSIA.
MANUSIA DALAM KEADAAN SEMAKIN TAK
TERKENDALI. TATANAN KEMANUSIAAN SEMAKIN TAK DAPAT DIKENDALIKAN DAN MENGALAMI KERUSAKAN.
PENGGAMBARAN EMOSI TERBUKA DAN MERASUK KEDALAM KEHIDUPAN MANUSIA. HINGGA TAK
DAPAT DITAHAN. MANUSIA MERASA KESAKITAN DAN KEJUTAN DILUAR KEMAMPUAN MANUSIA.
Tiwi : Keseimbangan telah hancur. Kalian sudah membunuhnya. Tak
seharusnya seperti ini. Kalian menciptakan sistem penghancur kehidupan. Kalian
telah mendurhakai. Keseimbangan tak lagi memiliki kekuatan, ini akan berakhir
mengenaskan.
(MANUSIA
MEMBUNUH DIRINYA SENDIRI KEADAAN SEMAKIN MENCAPAI KLIMAKS)
TIWI
MELANGKAH PERGI MENINGGALKAN PANGGUNG.
Pilbu : Kau mau kemana?
Tiwi : Aku ingin mencari potensi kemanusiaan yang tersisa.
Pilbu : Tunggu, kau akan memerlukanku! Biarkan aku
memperbaiki apa yang sudah ku biarkan rusak.
Tiwi : Ya.. Aku memerlukanmu.
Koor :
Menangis
pertiwi, anaknya mati.
Dunia
tergoncang kehilanganmu.
Bahwa
sebenarnya kau tak mati.
Semangatmu
ada di segala sukma.
Luka
melihat negeri ini tak kendali.
Derita
ini pasti, menghantam jiwa yang jauh pergi.
Kami
kembali.
(BLACK
OUT)
ENDING.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar