Senin, 11 Agustus 2025

Terompet Ra'jat (Perjuangan Si Kuli Tinta)

 

Naskah Drama Petilan Sejarah Perjuangan

TEROMPET RA’JAT

(Perjuangan Si Kuli Tinta)

Karya: Faisal Refki

29 April 2025

 

Tokoh:

Yusni Antemas

Hamran Ambrie

Merah Nadalsyah

Belanda 1

Belanda 2

Belanda 3

Rakyat 1

Rakyat 2

Rakyat 3

Narator 1

Narator 2

 

 

BABAK I

Video Projector On !

REKAMAN VIDEO PROYEKTOR PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA 17 AGUSTUS 1945

Video Projector Off ! / Music On ! / Photo Projector On !

LAYAR PROYEKTOR MENAMPILKAN FOTO MASA PERJUANGAN REVOLUSI KALIMANTAN SELATAN

NARASI : 2

Kalimantan Selatan pada hari-hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dalam situasi dan kondisi tidak menentu, karena simpang siurnya berita yang sampai ke daerah ini.

NARASI : 1

Berita paling dinanti nantikan oleh seluruh rakyat Indonesia, termasuk rakyat di Kalimantan adalah berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia.

NARASI : 2

Berita pertama tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 disiarkan oleh surat kabar Borneo Simboen di Banjarmasin dan Kandangan. Sumber berita berasal dari Radio Domei cabang Banjarmasih yang menerima berita Proklamasi dari Radio Domei Jakarta.

NARASI : 1

Sarana percetakan bekas surat kabar Borneo Simboen yang ada di Banjarmasin ternyata telah lebih dahulu dimanfaatkan oleh NICA untuk melahirkan Surat Kabar Suara Kalimantan yang pro kepada penjajah.

NARASI : 2

Berbeda halnya dengan sarana percetakan bekas Surat Kabar Jepang Borneo Simboen yang ada di Kandangan oleh para tokoh pers setempat dimanfaatkan untuk melahirkan Koran dengan mingguan yang diberi nama “Sinar Hoeloe Soengai”, surat kabar Sinar Hoeloe Soengai merupakan cikal bakal pers perjuangan di Kalimantan Selatan.

NARASI : 1

Terinspirasi dari surat kabar Sinar Hoeloe Soengai, kemudian di Amuntai, juga muncul tunas pers perjuangan yaitu surat kabar TEROMPET RAKYAT yang bermotto “Mempertahankan Republik Indonesia”.

NARASI : 2

Pelopor media massa baru ini Yusni Antemas dam Hamran Ambrie, mereka tidak hanya tokoh pers yang memihak perjuangan, tetapi juga anggota GERPINDOM (Gerakan Pembela Pengejar Indonesia Merdeka).

NARASI : 1

Photo Projector Off !

Yusni Antemas menjabat sebagai sekretaris GERPINDOM, sedangkan Hamran Ambrie salah seorang pembantu dalam kepengurusan gerakan tersebut, organisasi tersebut merupakan organisasi rahasia dan illegal bagi Belanda.

Lights On !

HAMRAN AMBRIE DAN YUSNI ANTEMAS TERLIHAT SEDANG MEMBUAT BERITA DI SURAT KABAR TEROMPET RAKYAT

NARASI : 1

Pojok Koran Terompet Rakyat ini bernama “Djamoe Kuripan” yang sering menyerang kebijakan pemerintah Belanda. Pojok ini terletak di halaman belakang, sebelah kanan atas bagian Koran tersebut. Hamran Ambrie adalah pengisi/penulis pojok tersebut dangan gelarnya “Abang Betel”. Sedangkan Yusni Antemas bergelar “Si Kuli Tinta”.

Lights Off !

NARASI : 2

Terompet Rakyat terkenal dengan berita pojoknya. Pojok adalah “karikatur tertulis” dengan pendek menyindir, menyinggung, menyerempet dan mengkritik ketidakadilan, keculasan, kepalsuan dan segala kepincangan.

Lights On ! / Music Off ! / Recording On !

BEBERAPA RAKYAT TERLIHAT SEDANG MELAKUKAN AKTIFITAS MEMBACA SURAT KABAR

SUARA POTONGAN ISI SURAT KABAR TEROMPET RAKYAT

“bahwa rakjat Belanda menganggap kalaoe menjetodjoei naskah itoe,

bererti keradjaan Belanda didjual kepada Repoeblik Indonesia

Wah… wah… wah !!

Kalimantan Poelang anggapan orang sana. Hanjar oeroesan naskah persetoedjoean, oeroes damai tjara bersahabat, soedah dikatakan kerajaan tadjoeal.

Pina takoetan menir2 di sana kaloe tadjoeal, sebab boleh djadi sidin menganggap moen tadjoeal.

Sebenarmja tjoema tapisah, kada kawa lagi makan bamantiga lagi, sekoerangnja tangalih sadikit dari nang soedah-soedah.

Kelewar biar handak dodjoeal, koerasa kada balioer djoea manoekar moen soedah baroesak-roesak oleh si nani, apalagi boeboehankoe kada sanggoep mangganii pamakanja nang sarba mantiga-sosoe, kada kaja kita2 ni maoe hadja sambal2 kangkoeng dan nomor doeanya, kada kawa mangganii mambajariakan hoetang sidin nang batimbal lapis itoe.

Lights Off !

pambagian kain gin kaja apakah, amoen kawa manaboesi.

Akoe maambil tasmak dadahoeloe. Hanjar bahimat kita bapandir poelitik.”

Recording Off ! / Music On !

BABAK II

NARASI : 1

Keberanian Terompet Rakyat menyebabkan media massa mendapat sorotan penguasa. Tindakan pihak penguasa untuk membendung tulisan-tulisan tajam dari harian Terompet Rakyat.

Lights On !

Mula-mula Hamran Ambrie dan Yusni Antemas selaku pimpinan redaksi dan wakilnya dipanggil menghadap Kiai Besar Afdeling Hulu Sungai, Merah Nadalsyah, yang khusus datang dari Kandangan ke Amuntai.

Music Off !

HAMRAN AMBRIE, YUSNI ANTEMAS DAN MERAH NADALSYAH BERADA DIRUANG TAMU

Merah Nadalsyah      : kadatanganku ka Amuntai handak maminta bubuhan pian badua supaya ampih manulis barita di Terompet Rakyat nang isinya menyinggung pemerintahan Belanda.

Yusni Antemas          : hadang, kanapa maka hampian manyuruh kami ampih?

Merah Nadalsyah      : ngini gasan kabaikan kita barataan, supaya kahidupan ikam badua nyaman.

Hamran Ambrie        : kada, kami kada pacangan hakun tunduk kalawan Pamarintahan Belanda, biar nang kayapa kah!

Merah Nadalsyah      : nah… dangari dahulu, bila buhan ikam hakun maumpati Pamarintahan Belanda, buhan ikam badua cagaran nyaman, hidup tajamin, barapa kah buhan ikam handak, tapi, mun kada… Terompet Rakyat…

Yusni Antemas          : sudah gin, mun damintu, pamandiran kita cukup sampai disini!

Hamran Ambrie        : bujur, Terompet Rakyat kada pacangan ampih!

Yusni Antemas           : Kami bulikan!

Lights Off ! / Music On !

NARASI : 1

Ajakan Kiai Besar Merah Nadalsyah, yang diperintahkan oleh Militer Belanda, kepada Kedua tokoh pers ini, untuk menghentikan penerbitan Terompet Rakyat, atau setidak-tidaknya mau merubah sikap dan mau bekerjasama dengan surat kabar Belanda di Kalimantan Selatan. Tapi mereka berdua menolaknya. Penolakan tersebut membuat Merah Nadalsyah pulang dengan tangan hampa.

 

BABAK III

NARASI : 1

Upaya yang dilakukan pihak penguasa tidak menyurutkan jiwa dan tekad para pengasuh Terompet Rakyat.

Lights On !

Pada tanggal 6 Mei 1947, Ketika Yusni Antemas sedang berpergian ke Kota Tanjung. Terjadinya peristiwa pencegatan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh militer belanda terhadap Yusni Antemas.

Belanda 1                   : yusni antemas, harige extremistische basis van journalisten, Godverdomme !, Martel hem ! ( yusni antemas, dasar ekstremis berbulu wartawan, brengsek !. Siksa dia !)

Belanda 2                   : snel bekennen! (cepat mengaku!)

NARASI:

Terjadinya pemukulan yang tidak berprikemanusiaan yang dilakukan oleh militer belanda terhadap Yusni Antemas, mereka menuduh Yusni Antemas sebagai ekstremis berbulu wartawan.

Belanda 1                   : je bent dood!! (mampus kau!!)

Lights Off !!

Lights On !

YUSNI ANTEMAS DALAM KEADAAN SETENGAH SADAR, DIBAWA MILITER BELANDA MENUJU TIANG GANTUNG.

NARASI:

Beliau tidak sadarkan diri, militer belanda menggiring Yusni Antemas ke tiang Gantung!

Lights Off !

Photo Projector On !

NARASI : 2

Pada tahun 1947 penerbitan koran “Termpet Rakyat” dipindahkan ke kota Alabio besama dengan Hamran Ambrie, di Alabio Hamran Ambrie mendapat tambahan staf redaksi yaitu Nawawi Z. Koran “Terompet Rakyat” terbit secara darurat dengan kekurangan modal dan sarana terbatas, kemudian berhenti terbit pada akhir tahun 1947.

NARASI : 1

Yusni Antemas mendapat beberapa penghargaan, diantaranya

NARASI : 2

Pengakuan Anggota Veteran RI Golongan A (NVP 2764i M). Piagam Penghargaan beserta Satya Lencana dari Pimpinan Pusat Legiun Veteran di tanda tangani Jenderal (Purnawirawan) Ahmad Tahir.

NARASI : 1

Piagam Penghargaan beserta Satya Lencana dari DHN Angkatan 45 di tanda tangani Jenderal (Purnawirawan) H.Surono.

NARASI : 2

Piagam Penghargaan DPRD Gotong Royong Tingkat II HSU (1962) sebagai tokoh Penggerak Pemberontakan/Kemerdekaan di HSU (1945).

NARASI : 1

Sejatinya perjuangan revolusi kemerdekaan selain didukung oleh para gerilyawan juga didorong kuat oleh halaman per-halaman dari media cetak yang ditulis oleh para pemikir yang berani.

Music Off ! Photo Projector Off!

 

 

SELESAI

KARING AKHLAK

 

KARING AKHLAK

Oleh : Angkui Kurniawan

 

Tokoh :

Lisa

Wati

Yuyun

Pembakal

Rara

Roro

Acil Uda

Bu Haji

Yuni

Rani

Rustina

Mia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Di suatu kampung telah terjadi kekeringan akibat kemarau Panjang selama hamper 4 bulan, sehingga stok air semakin menipis. Sedangkan banyak warga yang memerlukan air untuk kegiatan sehari-hari, sampai akhirnya tragedy kekeringan ini membuat beberapa oknum ingin melakukan hal yang tidak baik.

Lisa : Uma ai panas banar heh harinya, Parak 3 bulan dah Sako kemarau nih. Pabila jua Yo lah hujan asa kadada masih heh tanda-tandanya.

Yuyun : Hi ih Lo, Sorang am maka behuma gagal panen heh, rugi banar aku lawan mamaku behuma tahun ini. Kayapa yolah nasib ku...

Wati : Jangankan gasan behuma, sumur dirumah ku jua karung tahulah. Ngalih banar handak betetapas lawan mandi. Suah jua semalam handak babasuh bahera sakalinya habis baju, paksa am mahadang banyu nukar, sawat karing heh anunya ...

Yuyun : Yaya ai, marigat lalu Ikam nih.

Wati : Kayapa Yo am , dasar nasib dah Mun kekaringan nih.

Lisa : Nah te Manurut laporan BI IM KA GE , Musim hujan pacangan turun pas bulan November gasan wilayah Kalimantan Selatan. Artinya sakitar sebulanan lagi Hanyar hujan diwadah kita.

Yuyun : Homa, sawat habisan banyu kita Mun kayatu, ini ja Parak habis dah stok banyu buhan Desa. Kamana lagi Kawa mencari banyu.

Ibu Kades (Pembakal) memasuki panggung…

Pembakal : Assalamualaikum…

Semua : Walaikumsalam..

Pembakal : Nah pas banar ada buhan kam disini, ada informasi yang handak aku sampai akan. Berhubung stok banyu makin manipis, jadi jatah banyu gasan masing-masing rumah dipersedikit 1 liter. Supaya kita kawa bertahan sampai bulan depan mehadangi musim hujan.

Yuyun : Uma pembakal, kita yang banyu Kayani ja sudah ngalih mun makin disedikiti kayapa ulun mandi lawan betetapas.

Pembakal : Mengkanya semalam  sudah ku padahi lo, supaya hemat-hemat memakai banyu.

Wati : Ini hemat banar sudah pembakal ai, handak dihemati kayapa lagi. Menyuruh kami kada bemandian ngarannya pian kayatu.

Lisa : Sungai yang biasanya kita menyedot banyu sudah karing kah pembakal.

Pembakal : Nah itu pang masalahnya, ngaran harinya panas banar nih makin banyak yang permintaan banyu, makin surut Sungai tempat kita biasanya meambil banyu tuh. Mengkanya aku menyuruh buhan kam gasan mahemat-hemat banyu. Ayu ai nah, aku handak bulik dulu… Assalamualaikum..

Semua : Walaikumsalam.

Yuyun : Uma heh, kayapa ini. Ini ja ngalih dah kita gasan dapat banyu. Maginnya pulang bantuan banyu dikurangi lawan desa.

Lisa : Ayu ai, lamunnya kayatu.

Wati : Aku bulik gin nah, asa panas banar harinya heh..

Lisa : Aku jua gin nah, kam pang Yun? Bulik kada?

Yuyun : Aku ada yang dihadangi masih nah, buhan kam badahulu ja.

Lisa : Ayu ai mn kayatu badahulu kami.. Assalamualaikum..

Yuyun : Walaikumsalam…

Wati dan Lisa keluar dari panggung, menyisakan Yuyun Sendirian.

Yuyun : Mana yo nilah urangnya, sasat kah yo?

Masuklah 2 orang misterius dengan pakaian aneh menghampiri Yuyun.

Yuyun : Ehem...

Rara : Ehem...

Roro : Ehem..

Yuyun : Nah bujur berarti buhan Kam urang yg ku cari-cari... Jadi kayapa rencananya kita yang itu?

Rara : Tenang ja, Pian tinggal siapkan ja barang-barang yang kami perlukan.

Yuyun : Nah aku suka Mun kayatu, esok kusiapkan barang-barangnya.. jadi kapan kita mulai beraksi?

Roro : Soal itu, kita pandirakan dibelakang ja. Kada nyaman dilihati urang te..

Yuyun : Ayu ai Mun kayatu, kena habari Mun siap.. Bubar ja dah kita...

Yuyun, Rara, Roro meninggalkan panggung. Scene berpindah dari gardu menuju Warung Minuman. Acil Uda dan Bu Haji memasuki panggung.

Acil Uda : Nah Bu Haji minuman Pian.

Bu Haji : Alhamdulillah makasihlah... Liwar panas banar heh harinya.. asa kada sanggup Mun kada dibawa minum es.

Acil Uda : Inggih Bu ai, Pian pokoknya Mun asa haus ke warung Ulun ja.

Bu Haji : Padahal panas kayani harinya tapi Kawa ja leh Ikam dapat banyu gasan bejualan minuman es.

Acil Uda : Ulun banyak Bisi cadangan banyu Bu ai, ujungan bajualan nih pang yang Ulun tukarkan es lawan banyu gasan jualan.

Bu Haji : Nah bagus ja to berarti malah ada penghasilan, ada ja berarti hikmahnya musim kemarau nih gasan Ikam.

Acil Uda : Inggih Bu ai..

Yuyun, Wati, dan Lisa memasuki panggung sambil kepanasan.

Yuyun : Cil, minta banyu pang. Panas banar harinya.

Acil Uda : Minta-minta... Nukar pintar ai.. rugi urang bajualan.

Wati : Uma ai cil, kada rugi jua Pian bari kami banyu dikit ha.

Bu Haji : Sudah-sudah jangan tapi habut, Acil Uda olahakan ja banyu gasan betiga nih, Ulun ja yang bayari.

Lisa : Han, Bu Haji nih dasarnya baik banar heh.

Bu Haji : Ayu ja lah, ada gawian nah masih aku badahulu.. Assalamualaikum...

Semua : Walaikumsalam...

Acil Uda : Nah minuman buhan Kam...

Wati : Laris banar leh cil...

Acil Uda : Nyata ai, panas-panas kayani pasti urang basinggah kawarung ku gasan minum es..

Lisa : Kita bajualan es jua kah Yo?

Yuyun : Datang mana modalnya, lawan jua ngalih dapat banyu gasan bajualan es hari panas kayani.

Seorang Warga bernama Yuni memasuki panggung.

Yuyun : Yun, beapa Ikam Pina murung kayatu Muha?

Yuni : Buhan Kam kada tahu kah habarnya? Banyu persediaan di desa habis jar.

Semua : Hah!!! Habis?

Wati : Kayapa kisahnya sampai habis? Maka semalam jar cadangan banyu masih banyak?

Yuni : Nah kada tahu aku. Pokoknya itu yang ku dangar kisahnya. Ini ja aku handak ke kampung subalah ai minta banyu gasan mandi lawan betetapas. Ayu ja lah Assalamualaikum...

Semua : Walaikumsalam.

Wati : Aku curiga nah timbul.

Yuyun : Curiga apa?

Wati : Ajin, ada yang malingi banyunya.

Yuyun : Ai kada mungkin Kam nih, jangan mengada ada...

Lisa : Tapi masuk akal jar di Wati... Bisa ja bujur ada yang maling banyu di balai desa.

Yuyun : Kada pang asaku kada mungkin, kayapa jua caranya Inya malingi banyu. Ngalih pang meangkatnya

Lisa : Bisa ai Inya pakai bantuan urang, atau pakai mobil meangkut, kada yang tahu pang kita

Yuyun : Ai, pokoknya aku kada percaya. Tapi asakulah lebih masuk akal lamunnya si Pembakal yang korupsi banyu.

Wati : Ai, kada baik souzon kayatu lawan urang, kadada buktinya pang Sidin yang mengkorupsi banyu di balai desa.

Lisa : Tapi masuk akal jua pang jar Yuyun, bisa ja banyu habis gara-gara Sidin diam-diam meambil banyu warga kalinya.

Wati : Aih, dari pada kita mikirakan itu. Baik kita mikirakan, kayapa caranya supaya banyu gasan esok.

Lisa : Kita ke kampung subalah ai manukar banyu. Beimbai lawan Yuni, Inya baisi Lo mobil pick up gasan maangkut banyu.

Yuyun : Ayu ai to, kita berangkat.

Semua meninggalkan panggung. Kemudian masuk kembali Wati dan Lisa sedang berada di gardu untuk menunggu temannya Yuyun.

Lisa : Mana kawan kita nih, lawas banar kadada datang ja lagi.

Wati : Paling lagi disuruh jaga toko lawan mamanya.

Yuyun masuk dengan terburu-buru seolah ada kabar penting yang harus segera di sampaikan.

Yuyun : Buhannya!

Semua : Ui...

Yuyun : Banyu di desa habis pulang!

Semua : Hah! HABIS!?

Wati : Kayapa bisa habis pulang? Maka semalam jar sudah di isi lagi. Kada beres sudah nih.

Lisa : Hi ih, sapa yang maambil banyu tuh Yo? Masa iya habisan tarus banyunya.

Yuyun : Aku yakin banar dah pasti Pembakal pelakunya.

Wati : Ai, kanapa jadi Pembakal yang di salahkan.. kadada bukti jua kita masih.

Yuyun : Coba Kam pikirkan, banyu tuh tiba-tiba ja habis, sedangkan yang rancak memonitor keadaan banyu tuh pasti ai Pembakal. Soalnya kadada tanda-tanda maling di sana jua. Yakin dah aku, Sidin korupsi banyu kita.

Lisa : Aku setuju pang lawan Yuyun, ini pasti Pembakal kita yang kada beres. Aku curiga jua Sidin yang korupsi banyu.

Wati : Hmmm.. bujur jua pang.. Tapi ...

Yuyun : Kadada tapi-tapi an. Ayo kita kumpulkan warga gasan nyerang rumahnya Pembakal.

Lisa : Setuju aku...

Yuyun : Gas dah kita.

Wati, Lisa, Yuyun keluar panggung, kemudian masuklah Pembakal dan Perangkat Desa yang terlihat sangat gelisah dengan keadaan desanya.

Pembakal : Haduh, kayapa kisahnya banyu tuh bisa habis pulang! Kada diawasi kah.

Rani : Ulun sudah menyuruh buhannya meawasi Pembakal ai, tapi Pian tahu ja Lo siskamling kita nih kayapa? Guring tarus lamunnya di suruh bejagaan.

Masuklah Yuyun, Wati, Lisa, Acil Uda, Bu Haji, Yuni, Warga (Mia), Warga (Rustina).

Yuyun : Pembakal! Kami handak protes!

Pembakal : Tenang! Apa nih maksudnya jadi warga bergerombol kayani?

Lisa : Halah, Pian mengaku ja Pembakal ai, Pian Lo korupsi banyu. Mengkanya banyu persediaan kita habis tarus? Mangaku ja Pian.

Pembakal : Astagfirullah! Demi Allah, kadada lalu aku berniat buruk kayatu!

Yuyun : Halah kada mungkin pang mangaku Pian nih, bulikkan banyu kami Pembakal!

Semua menjadi ribut karena warga yang protes, kemudian Bu Haji berusaha menenangkan warga yang sedang marah.

Bu Haji : Semuanya Tanang dulu, coba kita dangarakan dulu penjelasan dari Pembakal kayapa.

Pembakal : Nah dangari akulah, buhan Kam cek ja rumahku, karung jua banyu! Buhan Kam nih lah, aku tuh rela ja bakalah manukar banyu ke kampung subalah sekira banyu di sini cukup gasan warga sekitar. Jadi kada mungkin sampai aku tega mengkorupsi banyu gasan warga! Lawan jua dangari nah, siskamling kita nih kadada yang bujurnya bagawian, Harau guring haja, mengkanya tu nah banyu tuh jadinya entah sapa yang meambil. Mengkanya dangarakan dulu buhannya ai.

Bu Haji : Nah, mendangar Lo sudah. Aku nih kenal baik banar lawan Pembakal, rancak aku melihati Sidin bakalah manukar banyu ke kampung subalah supaya banyu nih cukup gasan buhan Kam. Malah dituduh kayatu te Sidin.

Wati : Inggih Pembakal kami minta maaf, kami terlalu emosi karena kahabisan banyu.

Pembakal : Ayuja tenang, aku lawan buhan perangkat kampung nih lagi berusaha jua mencari pelakunya yang memalingi banyu nih.

Yuni : Hadang Pembakal, Ulun ingat pernah melihati Yuyun bepandiran lawan 2 urang misterius di gardu. Maka kaya mencurigakan kayatu. Ajin Ikam Lo nih pelakunya?

Yuyun : Ai bebisa-bisa!

Lisa : Hi ih, Kam jua yang mengompori kami gasan menuduh Pembakal korupsi banyu.

Keributan pun kembali terjadi, dan Bu Haji kembali menenangkan.

Bu Haji : Tenang semuanya! Yuyun, bujurlah yang di sambat Yuni tuh.

Yuyun : Bujur, Ulun dasar ada bepandiran lawan 2 urang misterius... Tapi Ulun kadada merencanakan gasan memalingi banyu lawan buhannya.

Rustina : Habis tu am, apa yang Kam bahas lawan buhannya?

Rara dan Roro memasuki panggung.

Rara : Ui Napa nih Pina rami banar? Bagi sembako kah?

Mia : Nah ini kah maksdnya 2 orang tuh.

Yuyun : Nah, hi ih. Sebenarnya Yo, aku minta tolong lawan buhannya nih gasan meolah sesajen pemanggil hujan. Supaya desa kita nih Kawa hujan!

Roro : Nah bujur banar, kami nih keturunannya pawang hujan, tahu lah yang asalnya pawang hujan motor Ge Pe semalam, nah tuh kaluarga kami tuh.

Semua : Astagfirullah!

Bu Haji : Heh Kam nih Yun ai, kada baik lalu percaya yang kayatu. Kalo Pina musryik!

Yuyun : Ulun cuman berusaha ja Bu haji ai. Sapa tahu bujuran Kawa turun hujan.

Bu Haji : Baik sembahyang, minta ke Allah gasan turun hujan. Jangan malah menggawi yang aneh aneh kayani!

Wati : Hadang dulu, Mun lain Yuyun jua pelakunya. Jadi kayapa nih kisahnya? Pelaku dari yang meanu banyu nih?

Rara : Ai, Acil Uda? Kayapa cil bayaran kami gasan membantui Pian membawa banyu semalam dari balai desa?

Acil Uda terlihat panik sambil memberi kode kepada Rara untuk diam.

Roro : Inggih cil, jarnya membayar kami kena Mun kami membantui membawa banyu ke wadah Pian.

Yuyun : Hadang dulu, Acil Uda... Pian dapat banyu gasan jualan tarus tuh dari mana cil? Setahu Ulun yang nukar banyu di kampung subalah kada pernah ada nama Pian di list tamunya.

Wati : Uhhh, Ajin Pian kah cil pelakunya?

Acil Uda : Apanya, jangan fitnah ja buhan Kam!

Pembakal : Hadang dulu, Eh sapa ngaran Kam pawang hujan?

Rara : Rara Pembakal ai.

Roro : Ulun Roro.

Pembakal : Nah Rara, Roro... Dari mana kemana si Acil Udah nih membawa banyu tuh.

Rara : Jadi Kayani, samalam kami malihati Acil Uda nih pina kangalihan mambawa banyu dari balai desa tuh, habis tuh kami tawari ai bantuan asal jar kami bayari kami.

Semua : OHHHHH, Kyatu kah!

Pembakal : Bisa-bisanya pian santai-santai di situ jualan sakalinya pian pelaku maling banyu kampung ni leh. Maka dua orang sudah tetuduh, pian umpat nyorak-nyoraki ja di sana. Dasar Karing Lalu Akhlak pian nih!!!

Yuyun : Langsung ja dah kita pukuli buhannya ai.

Bu Haji : Ei, Astagfirullah baingat lah. Jangan katuju main hakim sorang, pakai akhlak gasan mehakimi orang tuh. Cukup cuaca kita ja yang karing tapi akhlak jangan karing. Paham lah semuanya.!

Semua : Inggih Bu Haji.

Bu Haji : Gasan ikam Uda ai, kam harus mempertanggung jawabkan perbuatan ikam nih. Masih Syukur kam kada habis dikeroyok warga, karen akam jua te sampai terjadi fitnah Kayani. Kasian pembakal.. habis tuh Yuyun jua kasian sawat tertuduh jua.

Acil Uda : Inggih Pembakal..

Roro : Jadikah kita ritual memanggil hujan?

Rara : Hi ih, Kami siap dah.

Semua : Ah ai, Muyak!!!

 

BARABUT KOPI

 

NASKAH JAPIN CARITA

Oleh : Angkui Kurniawan

BARABUT KOPI

TOKOH: (Kozero, Acil Muni, Jumiah, Pembakal, Haji Ibas, Mang Amat, Acil Nunu, Utuh Udin)

            Si utuh Kozero, membujang parak tiga dekade sudah, handak banar sudah kawin tapi belum jua menamui binian nang cocok di hati. Sampai akhirnya inya betamu wan acil Muni. Janda penjual warung kopi di kampungnya, liwar bungas langkar, sampai jadi rabutan urang kampung. Si kozero nih rupanya jatuh cinta wan si janda nih, imbah tu akhirnya rancak banar ke warung si Muni. Tapi sekalinya abahnya si Pembakal kampung jua handak lawan si Muni. Timbul am dua abah anak ni basaing gasan memperabut akan si Muni.

(Kozero dan Jumiah “Masuk” duduk)

Jumiah : Eh Kozero, lawas dah kita nih bekawan.. dari bahari sampai wayah ni kada suah ikam nih pina memaraki binian? Umur tuha dah, pabila jua ikam nih kawin?

Kozero : Aku tuh lainnya kada handak memaraki binian pang, cumin asa kadada nang cocok masih dihati Jumiah ai,

Jumiah : Ikam nih dari lawas itu haja asalasan, mun kyatu-kyatu ja tarus, sampai tuha Bangka gin kada pacangan bisi bini ikam nih.

Kozero : Ikam tanang ja, aku dapat dah binian nang cocok gasan di hatiku nih.

Jumiah : Eh iyakah? Siapa tadih Kozero?

Kozero : Tapi asa supan pang nah aku nih menyambat..

Jumiah ; Uma ai, kenapa pulang jadi kisah supan ikam nih, kawan lawas jua sudah kita ni.

Kozero : Jangan padahi siapa-siapalah!

Jumiah : Ayuha, tanang, kada ku sambat ke siapa-siapa.

Kozero : Lawan Acil Muni..

Jumiah : HAH! Bebujur ikam nih Kozero!!

Kozero : Bujuran aku nih!

Jumiah : Akayah, ikam nih.. sidin tuh umurnya jauh banar wan ikam, sama kaya anak wan mama beda umurnya.

Kozero : Tapi sidin tuh pas kam asaku.

Jumiah : Apanya nang pas?

Kozero ; Pas pang, muha awak… NAHHH!!!!

Jumiah : Yaya ai, kada handak mencari nang saumuran ja kah?

Kozero : Bah, aku nih sudah mencari nang saumuran ya kadada nang pasnya di hati.

Jumiah : Mun kayatu tasarah ikam ja ai, tapi ikam kalo pina jadi sambatan warga pina memaraki janda.

Kozero : bah, beapa mendangari pandiran urang. Abaikan ja urang tuh..

Jumiah ; Ayuha, ikam nih dasar ngalih banar di padahi.. (Jumiah bediri)

Kozero : Handak ke mana ikam?

Jumiah : Bulik, handak bemasak..

Kozero : Eh, ayuha.. eh ikam nih jua lakasi bacari laki, kena sawat jadi perawan tuha..

Jumiah : Uma ai, bore banar ikam nih, yu ja nah ku bulik..

(Jumiah Keluar)

Kozero : Haduh, beapa yo nih nyamannya.. han, baik ku ke wadah acil Muni, sekaliah handak pendekatan.

(Kozero Keluar, Acil Muni Masuk)

Acil Muni : Uma ai, hari nih pina sunyi kenapa yo, belum ada lalu nah pelanggan dari pagi tadi… amun kayani, kadada duit am gasan bebelanja kena.

(Mang Amat dan utuh Udin Masuk)

Mang Amat : Uma ai acil Muni, Makin hari pina makin bebungas ja nah pian cil ai.

Acil Muni : Han, mang amat nih, bisa banar merayu-rayu.. handak nukar kopi kah mang?

Mang Amat : Inggih Cil ai, secangkir pang nah kopi, tapi jangan nang pahitlah cil, dimanisi ja kaya muha pian..

Acil Muni : Han, pian nih bisa banar..

Utuh Udin : Uma ai lah tuha sudah bisa banar merayu-rayu janda, bini di rumah di ganang mang  ai, anak jua di ingati.

Mang Amat : ikam nih masih halus jangan tapi menggaduhi urusan urang tuha pang.

(Bini Mang Amat (Acil Nunu) masuk)

Utuh Udin : Ulun nih maingatkan ja Mang ai, pas bini pian muncul bakajutan kena kayapa?

Mang Amat : Bah, kadanya ah, bini ku lagi tulak kaluar kota. Kada mungkin pacangan ka sini..

Utuh Udin : Pas sidin tiba-tiba bulik kayapa?

Mang Amat : Bukah ai aku ka rumah?

Utuh Udin : Amun pian taciduk pang marayu Acil Muni kayapa?

Mang Amat : Di rayu ai, gampang ja merayu biniku tuh…

Mang Amat : Kenapa yo aku asa merasa ada hawa-hawa kada nyaman..

Utuh Udin : Hawa-hawa handak membunuh kayatukah mang?

Mang Amat : Hi ih, pina hawa-hawa mematikan kayatu..

Utuh Udin : Coba pian balik kanan grak mang..

Acil Nunu : Ohh, kayani leh kelakuan amunnya ulun kadada…

Mang Amat : Eh, umanya.. pabila pian bulik..

Acil Nunu : Kada usah tapi kisah kada tahu ja, mandangar sudah ulun dari tadi pemandiran pian abahnya ai..

Mang Amat : Anu umanya ai, kawa ulun jelas akan.

Acil Nunu : Kada usah bajelas-jelaskan, jelas banar sudah ulun malihat wan mandangar.. malam ni kada mau tahu, pokoknya pian guring di luar abahnya ai..

Mang Amat : Uma ai umanya, teganya pian, pas ulun kanyamukan kayapa?

Acil Nunu : Pakai obat nyamuk!

Mang Amat : Bolehlah basangu bantal..

Acil Nunu : Kada usah babantal-bantalan, pakai batu bata j asana gasan bantal, lakasi j apian bulik, kalo pina panic ni nah malapau muha pian.

Mang Amat : Ngerinya pian nih umanya ai..

Acil Nunu : Tiwas pina melelanji wan binian lain, tahu ja ulun nih ada jiwa psikopat, loko pian ulun mutilasi banar ai sawat katahuan ulun pulang marayu Acil Muni.. Pian jua Acil Muni ai jangan pina kagatalan ja wan laki urang, mantang-mantang janda lalu ai kasana-kasini bacari lalakian, membari supan ja.

Acil Muni : EH, jangan bahapal ja bapandir, laki pian tu nah yang pina lanji banar marayu ulun, ulun nih baya melayani pembeli ja, nyata ai harus ramah, maupang manyanyarik, mun basasarik kadada nang handaknya kena batukar kopi di sini.

Acil Nunu : Mauk ah, baik aku bulik.. lakasi abahnya pian jangan pina tapi bejalan lagi ha, kalo pina melelanji tarus gawian.. ( DI jewer)

Mang Amat : Aduh umanya, sakitnya pian menjewer..

Acil Nunu : Lakasi ja bulik, jangan tapi banyak bapandir.

(Mang Amat, Acil Nunu Keluar)

(Masuk Kozero)

Kozero : Assalamualaikum..

Acil Muni, Utuh Udin: Walaikumsalam..

Acil Muni : Nah ada kozero, handak mangopikah ikam Kozero?

Kozero : Inggih Cil ai, sekalian handak menjinguk pian, asa karindangan hati ulum sehari ja kada tetamu pian cil ai..

Acil Muni : Han bisa banar, tuha dah aku nih kozero ai, jangan tapi di gombali pang.

Kozero ; Berapa garang umur pian cil?

Acil Muni : Kepala empat dah aku nih..

Kozero : Bah dusta banar, sebuting ha te kepala pian.

Acil Muni ; Maksudnya umurku nih sudah empat puluhan kozero ai.

Kozero : Bah, kada papa cil ai, muha pian kaya abg ja masih biar umur empat puluhan.

Acil Muni : Han kalo, bisa banar ikam nih merayu-rayu.

Udin : Jaka ikam bacari bini kozero ai, dari pada merayu janda tarus.

Kozero ; Ini pang aku lagi bacari bini.

Udin : Ikam handak mengawani acil Muni kah?

Kozero ; Hi ih.

Acil Muni : Uma ai, jangan tapi balalabih bagayaan tuh kozero ai. Nah kopi ikam.

Udin : Abah ikam mana Kozero?

Kozero ; Ada ai di rumah, kenapa garang?

Udin : Aku handak ma antar durian pesanan abah ikam banar ai kozero ai, semalam batampah sidin wan aku.

Kozero : UH, iyakah sakalian ai nah, aku gin imbah ni handak bulik jua sudah.

Udin : Baik wayah ini ja nah, nyaman lakas jua pasanan abah ikam nih ku julung.

Kozero : Hadang pang, aku handak bapandiran dulu wan acil Muni.

Udin : Ayu nah, esok-esok kawa haja pulang, ikam nih kadada kah selera nang ta anum sedikit, pada wan acil Muni baik wan Jumiah, nyata pas saumuran.

Kozero : Bah aku wan Jumiah nih bebaya kawan ja, kada handak labih.

Udin : Loko ikam nyesal kena nyambat kayatu, pas am ikam handak wan inya tapi dikawini urang sudah kayapa lagi?

Kozero : Bah ai, baik kita ke wadah ku dah, asa bore banar ikam nih dari tadi.

Udin : Nah, mengkanya lakasi kita menamui abah ikam.

Kozero : Acil Muni, ulun handak bulik dahulu lah, kena kasini pulang ulun.

Acil Muni : Eh, ayuha… kasian abah ikam kena kalawasan mahadangi pasanannya.

Udin ; Badahulu nah cil, Assalamualaikum.

Acil Muni : Walaikum salam.

(Udin, Kozero Keluar)

(Pembakal Masuk)

Pembakal : Assalamualaikum.

Acil Muni ; Walaikum Salam.. han tasalisih am wan anak pian pambakal ai, Udin Tadi minta kawani Kozero ke wadah pian gasan ma antar durian pasanan pian jar.

Pembakal : Hah, iyakah.. ayu ai to kadapapa jua.

Acil Muni : Handak ngopikah pambakal?

Pembakal : Hi ih nah, nang kaya biasalah.

Acil Muni : Inggih pembakal ai.

Pembakal : Asa panas banar harinya kanapa yo?

Acil Muni : Wajar ai, kita masuk musi kamarau dah, maka am pina rancak kebakaran jar di kamoung subalah.

Pembakal : Hi ih, sawat ai mendangar aku… banyak tanaman karing jadi nyaman banar tebakar.

Acil Muni : Nah, kopinya pembakal.

Pembakal : Makasihlah…. Ramilah jualan pian acil Muni?

Acil Muni : Alhamdulillah rami ai pembakal ai, satiap hari ada ja yang dating batukar kopi, banyak pang jua nang katuju bahutang.

Pembakal : Kadapap cil ai, asal kena bayar ha..

Acil Muni : Inggih pang pambakal ai… tapi biasanya nih nang dating katuju modus.

Pembakal : Modus kayapa cil?

Acil Muni : Modus pang, kena ada ja nang manggoda-goda ulun, mentang-mentang ulun nih janda, padahal babini sudah, ya kagatalan ja katuju manggodai janda.

Pembakal : Mun aku nih pang kayapa?

Acil Muni : Mun pian tuh sama ja pang asa ulun, tapi mending ;pian kadada bini, jaka ada bini pian bisa di gusur sudah warung ulun nih.

Pembakal : Bah ai balabih banar, mana ada jua aku katuju modus.

Acil Muni : Pian adalah kapikiran handak babini pulang pembakal?

Pembakal : Ada ai nah semenjak melihati ikam, timbul asa handak mangawini ikam.

Acil Muni : Han kalo, sama ja jua katuju manggodai ulun, bingung ulun nih, padahal bungas jua kada tapi ulun nih.

Pembakal : Kada bungas napanya, bungas bangat ikam tuh cil ai, kaya babuhan blackpink kayatu muha pian, korea-korea kayatu.

Acil Muni : Han balabih lo pian nih pembakal. Timbul gulu baju ulun baganal nah di puji tarus.

Pambakal : Ayuha nah, handak bulik dulu aku, pina abut kena kozero mancarii.

Acil Muni : Ayu ja pembakal ai, hati-hati ja di jalanlah.

(Pembakal, Keluar)

Acil Muni : Pinanya sadang pang nah tutup, habis jua sudah jualan. Bulik, baolah makan, mandi, guring ai sudha.

(Acil Muni keluar… Kozero dan Udin Masuk)

Kozero : Bah, OOO abah…

Udin : Mana abah ikam Kozero?

Kozero ; Kada tahu nah, ajin kaluar sidin.

Udin : Bah iyakah, ayu ai nah, ku andak ai durian nih di wadah ikam.

Kozero : Hi ih gin.

Udin ; EH Kozero, bujuran kah ikam handak wan acil Muni?

Kozero : Hi ih, kada begegayaan pang aku nih.

Udin : Oi, umur sidin tuh kapala empat dah, ikam kapala dua, kajauhan umur asaku, baik jadi mama ikam pada jadi bini ikam.

Kozero : Bah, kada kawa, pokoknya harus jadi biniku tuh pang acil Muni.

Udin : Nah Kozero, nih panglihat ku ja panglah. Abah ikam tuh pina rancak kam ka warung acil Muni.

Kozero : Imbah tu pang kenapa?

Udin : Kada paham ja ikam nih. Ajin abah ikam handak jua lawan acil Muni.

Kozero : Kada mungkin ah.

Udin : Apanya nang kada mungkin, abah ikam jua sudah kada babini lagi, jadi kawa ai abah ikam jua mangawini acil Muni.

Kozero : Ayu nah jangan tapi mangutani.

Udin : Kada mangutani pang, mamadahi ja aku nih Kozero ai… Ayu ai nah, pina sanja dah hari, bulik dulu aku nah, assalamualaikum..

Kozero : Walaikumsalam.

(Udin keluar)

Kozero : Bujurankah yo abahku nih, ah kadamungkin pang kayaknya. Tapi bisa jua pang bujur, han bingung aku timbul, kayapa nih mun bujuran abahku nih handak jua  wan acil Muni, perang abah anak am timbul. Ku takuni gin kena mun abahku sudah bulik.

(Pembakal masuk)

Pembakal : Assalamualaikum.

Kozero ; Walaikumsalam.

Pembakal : Mana Udin? Jar handak maantar durian pesananku?

Kozero : Bulik dan Udinnya, tuh ada ai duriannya.

Pembakal : Han, mantap banar nah malam nih kita makan durian kozero ai.

Kozero ; Bah, ada nang handak ulun takun akan kalawan pian bah ai.

Pembakal : Nah, pas banar jua aku jua handak ada nang dipandir akan nak ai.

Kozero : Napa nang handak pian pander akan?

Pembakal : Tapi jangan sariklah ikam?

Kozero : Napa garang dulu kisahnya?

Pembakal : abah pinanya handak kawin pulang Kozero ai.

Kozero : Hah, babujur bah?

Pembakal : Hi ih bujuran.

Kozero : Kanapa tadih handak kawin pulang?

Pembakal : Samanjak aku wan mama ikam bacerai, kadada lagi nang mamanja-manjakan aku, asa rindu aku kam belaian bini nih.

Kozero : Rindu, kakaya dilan ja ha lagi.

Pembakal : Abah serius nah kozero ai.

Kozero : Inggih Bah ai, ayuja kadapapa pian mun handak kawin pulang.

Pembakal : Han, berarti ikam satujulah mun abah kawin pulang?

Kozero : Satuju ai bah ai, kasian jua pang abah kadada nang maurusi, ulun gin jua ngalih kadada nang maurusi.

Pembakal ; Mangkanya lakas-lakas bacari bini Kozero ai.

Kozero : Hadang dulu bah, sapa garang dulu biniannya, dapat kah sudah pian calonnya?

Pembakal : Dapat sudah..

Kozero : Siapa?

Pembakal : Acil Muni..

Kozero ; OOOOO…. Acil Muni.. sakan ulun sapa…

……………….

Kozero : Hah, acil Muni?

Pembakal : Hi ih.

Kozero : Babujur bah.

Pembakal : Bujuran.

KOzero : MamPreng kalo abah nih.

Pembakal : Napa pulang nitu preng?

Kozero : Bagayaan kah pian nih bah?

Pembakal : Bujuran Nak ai, kanapa garang.

Kozero : Kayani nah bah, jadi lo ulun nih barancana handak melamar urang bah ai.

Pembakal : Han, bagus lagi, imbah pang kenapa?

Kozero ; Jadi urang nang ulun handaki tuh si acil Muni Jua bah ai.

Pembakal : Babujur ikam nih Zero.

Kozero : Bujuran bah ai.

Pembaka ; Begayaan kalo nih..

Kozero : Kada begayaan bah ai.

Pembakal : Mampreng jua kalo nih ajin.

Kozero : Maka jar pian kada paham napa tuh preng.

Pembakal ; Ikam nih tahu lo acil Muni tuh Tuha pada ikam.

Kozero : Inggih, kenapa garang?

Pembakal : Katuhaan nak ai gasan ikam.

Kozero : Amun sudah cinta bah ai, kada kawa lagi ulun nih mamandang umur atau napa-napa kah.

Pembakal : Kada kawa nak ai, abah kada satuju tuh pang ikam kawin wan acil Muni.

Kozero : Ulun gin  kada satuju pian kawin wan acil Muni Bah ai.

Pembakal : Mau pang aku nih abah ikam.

Kozero : Ulun Nih anak pian bah ai.

Pembakal : Abah nag kasian sudah lawas manduda.

Kozero : Ulun kasian lagi manjomblo dari lahir.

Pembakal : Abah lawas kada nang meurusi.

Kozero : Kena ulun nang maurusi akan.

Pembakal : Abah handak ada yang memasak akan.

Kozero : Ulun kena nang memasak akan.

Pembakal : Abah lawas kadada nang membelai.

Kozero : Kena ulun belai akan.

Pembakal : Kada waras ikam nih kozero ai.

Kozero : Cinta nih ngalih bah ai, rancak meulah urang kada waras.

Pembakal : Ikam harusnya mengalah nak ai wan abah, ikam tuh masih anum, baik bacari bini nang saumuran wan ikam ja.

Kozero : Nah, maaf bah ai, amun masalah cinta nih kada kawa bakalah ulun.

Pembakal : Abah gin jua kada handak bakalah wan ikam.

Kozero : Han kayani ja nah bah, kita meolah taruhan ja kayapa?

Pembakal : Bah napa ttaruhan-taruhan, kada satuju aku amun kita taruhan, kada baik.

Kozero : Aja kita olah perjanjian ja nah..

Pembakal : Nah itu aku hanyar satuju. Kayapa perjanjiannya?

Kozero : Kita adakah saimbara ja nah, antara pian wan ulun, nah nang kalah harus merestui nang menang. Misalkan abah nang kalah pian harus merestui ulun kawin wan acil Muni. Nah amunnya ulun nang kalah pian harus merestui ulun kawin wan acil Muni.

Pembakal : Hadang dulu lah, perasaanku kadada untungnya aku umpat saimbara nih, kenapa aku mun kalah atau menang tetrap ikam yang kawin wan acil Muni.

Kozero : Karena nang tuha harus bakalah wan anag anum bah ai.

Pembakal : Bah, Kada kawa, pokoknya intinya sapa nang menang itu nang kawa mangawini acil Muni.

Kozero : Ayuha. Deal.

(Mang AmAT, Utuh Udin, Acil Nunu Masuk)

Udin : Nah panonton hari ni kita pacangan melihati pertarungan nang sangat sengit antara Pembakal lawan anaknya nag bangaran Kozero gasan memparabutkan cinta sejatinya jar, sapa juakah nang menang, jangan kamana-mana tetap saksikan Alam Subalah.

Udin : Nang, pamirsa pertandingan pertama kita hari ni adalah panco, siapa nang kira-kira kawa menang, kita lihatiu ja pamirsa.

Mang Amat : Pembakal sudah siap?

Pembakal : Siap.

Mang Amat : Kozero sudah siap?

Kozero : Siap..

Mang Amat : Go!

Seluruh orang menyoraki pertarungan antara Kozero dan Pembakal…

Pembakal menang.

Udin : NaH, nang berhasil menang adalah Pembakal.. 1-0, saying sekali Kozero kalah satu angka, tapi masih ada kesempatan gasan kozero menyul pembakal di lomba selanjutnya. Lomba selanjutnya adalah tarik tambang.

Mang Amat : Pembakal siap?

Pembakal : Siap!

Mang Amat : Kozero siap?

Kozero : Siap!

Mang Amat : Go!

Seluruh orang menyoraki pertarungan antara Kozero dan Pembakal…

Kozero Menang.

Udin : Nah pamirsa rupanya si Kozero di babak ke dua ini berhasil mengalahkan Pembakal, jadi sekornya sama pamirsa 1-1. Han tapi masil ada satu lagi pertandingan pamirsa ai, nah ini panentuan sapa nang kawa menang di babak nih berarti inya pemenangnya. Nah lomba terakhir nih pamirsa ai adalah lomba catur.

Mang Amat : Siap kah sudah pambakal?

Pembakal : Siap!

Mang Amat : Kozero jua sudah kah siap?

Kozero : Siap!

Mang Amat : Go!

.

.

.

Kozero : SKAK!!!

Udin : Han pemirsa ai, sakalinya kozero menang pulang di babak katiga nih, jadi sudah dapat diputuskan amun pemennang si Kozero.

Kozero : Han bah, baik pian dari pertamaan mengalah wan ulun, ulun jua te nang menang.

Pembakal : Bah, tapi tetap ai abah kada terima nak ai, ikam nih ketulahan kena mun melawan abah ikam.

Kozero : Maupang, maka kita sudah maulah perjanjian.

(Acil Muni Masuk)

Acil Muni : Assalamualaikum..

Semua : Walaikumsalam..

Acil Muni : Napa nih pina rami banar, ada lomba tujuh belasan kah?

Udin : Kada cil ai, ini nah Pembakal wan Kozero lagi saimbara jar cil ai.

Acil Muni : Hah? Saimbara napaan?

Kozero : Saimbara memperebutakan pian cil ai.

Acil Muni : Ai, jangan tapi begayaan pang!

Pembakal : Bujuran Muni Ai, kami nih lagi memperebutakan ikam.

Kozero : Nah Cil Ai, ulun nang sudah menang berarti ulun nang kawa mengawini pian.

Pembakal : Kada kawa nak ai, ikam tuh ke anuman gasan acil Muni, harusnya abah nang mengawini acil Muni.

Kozero : Kada kawa bah ai, ulun sudah menang saimbara, maka kita sudah bisi perjanjian.

Acil Muni : Sebelumnya maaf banarlah gasan, Kozero, lawan pembakal, lawan jua seberataan warga, gara-gara ulun kampung nih smapai resah, abah anak ja timbul bamusuhan ghara-gara ulun te. Gasan Pembakal maaf banar nah, ulun kada kawa menerima cinta pian pembakal ai, karena ulun nih meanggap pian tu kaya kakak ulun sudah.

Pembakal : Maka biasanya ikam baik lawan aku Muni, sakan ku ikam handak jua wan aku.

Acil Muni : Nah berarti pian am nang jua terlalu baper wan ulun. Nah gasan Kozero, aku tuh maginnya kada kawa menerima cinta ikam, ikam tuh sadar ja lo kita nih beda usia dua puluh tahun, ikam tuh pas nya jadi kemanakan ku Kozero ai.

Kozero : Nah, imbah pang nih kayapa? Percuma ai lah berarti saimbara nih?

Udin : Nah cil, kayapa garang lakian nang pian handaki nih cil?

Acil Muni : Nah, kayani. Aku nih sudah bajanji wan almarhum lakiku, lamunnya aku nih kada pacangan kawin lagi kena. Jadi kada kawa ulun menerima cinta sapa-sapa lagi, tatutup sudah hati ulun gasan lakian mana aja, jadi tolong banar hargai komitmen ulun nah Kozero wan pembakal jua, lawan warga nag lainnya jua.

Kozero : Nah, kayani pada jaid bujang lapuk am ulun.

Acil Muni : Ikam nih Kozero Ai, melihati nang kajauh-jauh, padahal ada ja binian nang handak di parak ikam. Peka pang sedikit ikam nih.

Kozero : Siapa cil?

Acil Muni : Uma, kada peka ja kah lagi. Si Jumiah tu nah, inya rancak bacurhat wan aku, ikam tuh kada peka jar nya.

Kozero : Hah, babujur cil?

Acil Muni : Bujuran..

Udin : Handak kamana ikam kozero.

Kozero : Handak manamui si Jumiah.

Udin : Bah lambat ikam, si Haji Ibas semalam sudah melamar si Jumiah, nah Undangan kawinannya.

Kozero : Ai, kenapa aku kada tahu..

Udin : Ikam jua handak menyasah Acil Muni Ja gawian, kayapa handak tahu.

(Jumiah dan haji Ibas masuk)

Kozero : Jumiah, bujurankah ikam wan haji Ibas handak kawin?

Jumiah : Hi ih Kozero ai.

Kozero : Hah, maka ikam jar handak wan aku, kenapa ikam meneroima lamaran haji Ibas?

Jumiah : Ikam pang kada suah peka, jadi baik aku terima ai lamaran sidin pada jadi bujang lapus kena.

Haji Ibas : Tiwas lambat, kedahuluan aku am.

Acil Muni : Han Kozero, kadada nang kawa ikam salah akan lagi, ikam jua tiwas kada mau peka wan perasaan binian nang diparak ikam. Ikam jua kada baik tahulah menjadikan urang taruhan, kisah meadakan saimbara kayatu, piker jua perasaan nang urnag ikam jadikan taruhan tuh kayapa. Wan jua nah, ikam tuh kada boleh takalahi wan abah ikam, tahu ja lo kada baik, badosa ikam melawan nasehat orang tuha, kalo pina durhaka kada merasa ikam.

Udin : Han kajadian barabut Acil Muni, timbul am mambujang tarus.